PERKEMBANGAN
PERADABAN ISLAM
MAKALAH
Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Seminar
Pendidikan Agama Islam
Dosen
Dra. Hj. Titing Rohayati, M.Pd
oleh:
Difanty
Meza 1103845
Ghina
Wulansuci1102229
Rere
Anisah 1102322
Kelompok
2
5B PGPAUD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
BANDUNG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelaesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan
Peradaban Islam”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam.
Makalah ini
membahas sejarah perkembangan Islam pada masa kejaayan khilafah Rasyidiah dan
peradaban Islam pada masa kini beserta berbagai perubahan yang terjadi dan
penyebabnya. Sebagai umat Muslim, kita diperintahkan untuk membaca dan
mempelajari sejarah, agar hal-hal yang merugikan manusia tidak terulang
kembali. Banyak sekali ayat-ayat didalam al-Qur’an yang mendorong kita untuk
senantiasa membaca dan mempelajari sejarah.
Pada
kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Dra. Hj. Titing Rohayati, M.Pd, selaku dosen mata kuliah Seminar
Pendidikan Agama Islam,
2.
semua pihak
yang telah mendukung, dan membantu kami dalam menyusun makalah ini, baik
material maupun nonmaterial.
Penyusun
menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya kepada
penyusun dan umumnya kepada pembaca.
Bandung, September 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan
Makalah........................................................................ 2
E. Prosedur Penulisan Makalah....................................................................... 3
F. Sistematika Penulisan Makalah
................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Peradaban.................................................................................. 4
BAB
III PEMBAHASAN
A. Peradaban
Islam pada Masa Khilafah Rasyidiah........................................ 7
B. Peradaban
Islam pada Masa Kini................................................................. 11
C. Penyebab
kemunduran Peradaban Islam...................................................... 18
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan...................................................................................................... 20
B. Saran............................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Peradaban Islam menjadi sangat kuat dan dominan pada abad
pertengahan, masyarakat Eropa cenderung meniru atau "berkiblat ke
Islam". Kini ketika giliran kebudayaan Barat yang kuat dan dominan maka
proses peniruan itu juga terjadi. Terbukti sejak kebangkitan Barat dan lemahnya
kekuasaan politik Islam, para ilmuwan Muslim belajar berbagai disiplin ilmu
termasuk Islam ke Barat dalam rangka meminjam. Hanya saja karena peradaban
Islam dalam kondisi terhegemoni maka kemampuan menfilter konsep-konsep dalam
pemikiran dan kebudayaan Barat juga lemah.
Dalam kehidupan kita mengenal adanya pembagian waktu
diantaranya; masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Dengan adanya
sejarah kita dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu. Keadaan
pada masa lalu mempengaruhi masa kini dan mendatang. Mengetahui sejarah dan
perjalanan Islam pada masa-masa tersebut dapat membantu dalam menerawang
perkembangan dan perubahan yang terjadi pada peradaban Islam. Sejalan dengan
waktu yang terus berjalan maka perubahan pasti terjadi baik ke arah positif
maupun negatif. Perubahan tersebut perlu disadari agar tidak terus berkembang
kepada arah yang negatif.
Jika kita tela’ah Qs. Al-fatihah, surat pertama di dalam
Al-Qur’an, kita akan mendapati:
الْمُسْتَقِيمَ
الصِّرَاطَ اهْدِنَا
الضَّالِّينَ وَلَا
عَلَيْهِمْ الْمَغْضُوبِ غَيْرِ عَلَيْهِمْ ينَ أَنْعَمْتَ الَّذِ صِرَاطَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang
yang telah engkau anugrahkan ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.” (QS. 1:6,7)
Jelas sekali ayat diatas menganjurkan kita untuk banyak
membaca sejarah, agar hal-hal yang dapat merugikan manusia tidak akan kita
ulangi lagi. Kita juga harus tanggap dan peka atas kejadian-kejadian yang
terjadi di sekitar kita saat ini, dengan mengambil pelajaran dari sejarah masa
lalu untuk bekal kita dimasa yang akan datang.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
peradaban Islam pada masa Nabi Muhammad saw?
2. Bagaimana
peradaban Islam pada masa kini?
3. Apakah
penyebab kemunduran peradaban Islam?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. menjelaskan
peradaban Islam pada masa Nabi Muhammad saw,
2. menjelaskan
peradaban Islam pada masa kini,
3. mengetahui
penyebab kemunduran peradaban Islam.
D.
Manfaat
Penulisan Makalah
Makalah
ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis, makalah ini berguna sebagai bahan ajar yang
tepat untuk memahami, mengembangkan, serta menerapkan ilmu pengetahuan tentang
perkembangan peradaban Islam. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat
bagi:
1. penulis,
sebagai wahana penambah pengetahuan tentang peradaban Islam,
2. pembaca,
sebagai media informasi tentang memahami ilmu pengetahuan peradaban Islam dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik secara teoritis maupun
praktis.
E.
Prosedur
Penulisan Makalah
Makalah
ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun metode yang
digunakan adalah metode deskriptif, dimana penyusun menguraikan permasalahan
yang dibahas secara jelas dan komperhensif. Data teoritis dikumpulkan dengan
menggunakan teknik studi pustaka yaitu penyusun mengambil data melalui kegiatan
membaca dari berbagai literatur yang sesuai dengan tema makalah. Kemudian data
tersebut diolah dengan teknik analisis isi dengan melakukan kegiatan
pengeksposisian data serta menerapkan data tersebut dalam konteks tema makalah.
F.
Sistematika
Penulisan Makalah
Kata pengantar, daftar isi, bab I pendahuluan, latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, prosedur penulisan makalah, sistematika penulisan makalah, bab II kajian teori, pengertian peradaban, bab III pembahasan, peradaban islam pada masa Nabi Muhammad saw, peradaban Islam pada masa kini, penyebab kemunduran peradaban Islam, bab IV penutup, simpulan, saran, daftar pustaka.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. Pengertian
Peradaban
Demokrasi
sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,
partisipasi dalam pengambilan keputusan dan persamaan hak di depan hukum. Dari
sini kemudian muncul idiom-idiom demokrasi, seperti egalite (persamaan),
equality (keadilan), liberty (kebebasan), human right (hak asasi manusia), dan
sebagainya.
Demokrasi
secara etimologis terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu
‘demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat “cratein” atau “cratus”
yang berarti kekuasan dan kedudukan jadi secara istilah demokrasi adalah
keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan
rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat
berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat. Dalam pengertian ini,
demokrasi berarti demokrasi langsung yang dipraktikkan di beberapa negara kota
di Yunani kuno. Dengan demikian, demokrasi dapat bersifat langsung seperti yang
di Yunani kuno, berupa partisipasi langsung dari rakyat untuk membuat peraturan
perundang-undangan, atau demokrasi tidak langsung yang dilakukan melalui
lembaga perwakilan. Demokrasi tidak langsung ini cocok untuk negara yang
penduduknya banyak dan wilayahnya luas.
Demokrasi sering diartikan
sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, partisipasi dalam
pengambilan keputusan, dan persamaan hukum. Dalam tradisi Barat, demokrasi
didasarkan pada penekanan bahwa rakyat seharusnya menjadi pemerintah bagi
dirinya sendiri dan wakil rakyat seharusnya menjadi pengendali yang bertanggung
jawab terhadap tugasnya. Oleh karena rakyat tidak mungkin rakyat mengambil
keputusan karena jumlah terlalu besar maka dibentuklah dewan perwakilan rakyat.
Sistem ini popular karena melibatkan masyarakat merupakan komponen utamanya.
Pemerintah dipilh langsung oleh rakyat yang berfungsi sebagai penyalur aspirasi
dan membuat kebijakan untuk kepentingan rakyat demi kesejahteraan rakyat.
Dari penjelasan tersebut jelas
sekali bahwa demokrasi menginginkan pemerintahan diselenggarakan secara terbuka
dan rakyat diberi kesempatan dalam memerintah. Demokrasi dan kebebasan sering
digunakan secara timbal balik. Namun keduanya tidak sama atau berbeda.
Demokrasi merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan dan juga
seperangkat praktek dan prosedur tertentu melalui sejarah panjangnya yang
berliku-liku. Oleh karena itu, demokrasi sering diartikan sebagai sebuah
pelembagaan kebebasan.
Sistem Demokrasi juga digunakan di
Indonesia dengan berdasarkan Pancasila. Indonesia memiliki Badan Legislatif
yang anggotanya merupakan wakil rakyat. Rakyat juga berwenang untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Dalam Islam, demokrasi sudah
diajarkan oleh Rasulullah. Contohnya, pada saat Perang Badar beliau
mendengarkan saran sahabatnya mengenai lokasi perang walaupun itu bukan pilihan
yang diajukan olehnya.
Pada saat ini, banyak Negara
yang mengadaptasi sistem Demokrasi yang berasal dari Negara Barat. Dalam
tradisi Barat, demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat seharusnya
menjadi “pemerintah” bagi dirinya sendiri, dan wakil rakyat seharusnya menjadi
pengendali yang bertanggung jawab atas tugasnya. Karena alasan inilah maka
lembaga legislatif di dunia Barat menganggap sebagai pioner dan garda depan
demokrasi. Lembaga legislatif benar-benar menjadi wakil rakyat dan berfungsi
sebagai agen rakyat yang aspiratif dan distributif. Keberadaan wakil rakyat
didasarkan atas pertimbangan, bahwa tidak mungkin semua rakyat dalam suatu
negara mengambil keputusan karena jumlahnya yang terlalu besar. Oleh sebab itu
kemudian dibentuk dewan perwakilan. Di sini lantas prinsip amanah dan tanggung
jawab (credible and accountable) menjadi keharusan bagi setiap anggota dewan.
Sehingga jika ada tindakan pemerintah yang cenderung mengabaikan hak-hak sipil
dan hak politik rakyat, maka harus segera ditegur. Itulah perlunya perwakilan
rakyat yang kuat untuk menjadi penyeimbang dan kontrol pemerintah.
Padahal, sistem demokrasi
tersebut belum tentu sesuai dengan kaidah-kaidah Islam. Sistem Demokrasi di
Barat memiliki tujuan-tujuan yang sifatnya duniawi dan materialistis. Oleh
karena itu, kita perlu mempelajari Sistem Demokrasi yang sejalan dengan aturan Islam.
Pada kenyataannya demokrasi negara yang berkembang atau
terbelakang cenderung pelaksanaan demokrasi tidak berjalan baik dan bahkan
tidak berjalan sama sekali. Salah satu faktornya adalah kebutuhan biologis
masyarakat belum sepenuhnya terpenuhi. Oleh karena itu, mereka tidak banyak
memikirkan hal-hal lain yang mendasar dan luas bagi kelangsungan kehidupan
mereka dalam kancah perpolitikan. Mereka hanya cukup untuk mendapatkan sesuap
nasi guna mendapati kelangsungan hidup mereka dan yang terpenting perut tidak
kosong.
Perhatikan FirmanNya:
(٤٣) تَعْلَمُونَ ل كُنْتُمْ إِنْ الذِّكْرِ أَهْلَ فَاسْأَلُوا إِلَيْهِمْ
نُوحِي رِجَالا إِل لِكَقَبْ مِنْ أَرْسَلْنَا وَمَا
Artinya:
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” (Q.S An-Nahl: 43).
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” (Q.S An-Nahl: 43).
Dari contoh ayat-ayat Al-Qur’an di atas dapat
dipahami adanya prinsip musyawarah dan persatuan dan kesatuan umat sebagai
salah satu sendi atau pilar demokrasi. Disamping itu, pilar yang lain seperti
tolong-menolong, rasa kebersamaan, dan sebagainya.
BAB III
PEMBAHASAN
Islam adalah agama yang
berdasarkan pada ketundukkan terhadap aturan Allah. Islam adalah agama
penghambaan kepada Allah yang mencipta, mengatur, dan memelihara alam semesta. Islam adalah
agama yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk bagi
manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam sebagaimana
dijelaskan oleh surat Al Anbiya ayat 107.
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“Kami tidak
mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia”
(QS. Al Anbiya: 107)
Islam dalam arti agama
yang disampaikan melalui Nabi Muhammad saw, lahir bersama dengan turunnya
Al-Quran 14 abad lebih yang lalu. Masyarakat jahiliah adalah masyarakat pertama
yang bersentuhan dengannya, serta masyarakat pertama pula yang berubah pola
pikir, sikap, dan tingkah lakunya, sebagaimana dikehendaki Islam.
A.
Peradaban Islam pada Masa Rasulullah
saw
Dalam masa tiga tahun
sejak wafatnya Nabi Muhammad saw pada tahun 623 Masehi, pasukan kaum Muslimin
yang telah menguasai jazirah Arab. Di bawah pimpinan para khalifah, pemimpin
spiritual dan politik yang menggantikan Nabi Muhammad, pasukan Muslim menyebar
dengan cepat ke segala Arah.
Beberapa hal yang
menjadi spirit yang sangat penting dalam meraih sukses kaun Muslimin membangun
imperium Islam yang besar selama berabad-abad adalah pendakatan yang rasional,
adil, dan manusiawi terhadap peraturan dan pengaturan masyarakat di
daerah-daerah yang ditaklukkannya, tidak memaksakan untuk pindah agama bagi
penganut agama-agama yang sudah ada, suatu pendekatan yang mencerminkan
ajaran-ajaran moral Islam yang berasal dari Al-Quran, sehingga banyak penganut
baru agama Islam berlimpah di banyak daerah.
Cepatnya ekspansi
wilayah pemerintahan Muslim yang diikuti perpindahan agama secara sukarela dari
banyak pengikut Kristen, Yahudi, dan lain-lain menyebabkan kaum Muslimin Arab
dihadapkan pada pilihan bagaimana cara dan mengadaptasikan kepercayaan dan
pemikiran Islam dengan kepercayaan, pemikiran, budaya, dan filsafat dari
wilayah-wilayah yang telah kaum Muslimin taklukkan. Islam telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat dalam peradaban dalam beberapa masa yang puncaknya
terjadi pada era Rasulullah saw.
Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung
sangat lama sekitar 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah saw di
Madinah, Khulafaur Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah, sampai tumbangnya kehilafan
Turki Utsmani. Masa-masa kejayaan dan puncak keemasan peradaban Islam
melahirkan banyak ilmuan muslim berkelas internasional yang telah menghasilkan
karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama
kurang lebih 700 tahun. Pada masa tersebut, kendali peradaban dunia berada pada
tangan umat Islam.
Kita dapat membagi masa dakwah Rasulullah saw menjadi dua
periode, yaitu fase Mekkah dan Madinah.
1. Fase Mekkah
Setiap periode memiliki tahapan-tahapan sendiri dengan
kekhususannya masing-masing yang satu berbeda dengan yang lain. Hal ini tampak
jelas setelah meneliti berbagai unsur yang menyertai dakwah itu selama dua
periode secara mendetail. Fase Mekkah berjalan kira-kira selama tiga belas
tahun. Peiode Mekkah dibagi menjadi tiga tahapan dakwah yaitu:
a)
Tahapan
dakwah secara sembunyi-sembunyi yang berjalan selama tiga tahun.
b)
Tahapan
dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Mekkah yang dimulai sejak
tahun keempat hingga akhir tahun kesepuluh.
c)
Tahapan
dakwah di luar Mekkah dan penyebarannya yang dimulai dari tahun kesepuluh
hingga hijrah ke Madinah.
2. Fase Madinah
Fase Madinah berjalan selama sepuluh tahun penuh. Pada
periode Mekkah Nabi Muhammad saw belum berhasil meletakkan dasar-dasar Islam
karena tidak mendapatkan sambutan dari sebagian besar kaum Quraisy. Tetapi
setelah pindah ke Madinah, Nabi Muhammad saw berhasil meletakkan dasar-dasar
masyarakat Islam. Rasulullah mendapatkan sambutan yang hangat ketika tiba di
Madinah, segera mendapatkan pengikut dan sebagian penduduknya menjadikan
Muhammad sebagai pemimpin mereka. Pada saat itu, penduduk kota Madinah terdiri
dari tiga golongan, yaitu
a)
Penduduk
asli, mereka yang membantu kepentingan Nabi Muhammad saw.
b)
Muhajirin,
mereka yang hijrah dari Mekkah untuk mencari perlindungan di dalamnya.
c)
Umat
Yahudi, mereka yang sedikit demi sedikit dipaksa keluar dari Arab.
Dari golongan pertama dan kedua, Nabi Muhammad saw membentuk
pasukannya. Seseudah hijrah, kota Madinah menajdi tempat kelahiran Islam dan
tempat berlindung bagi umat Islam dan akhirnya disebut “kota Nabi”.
Pada saat berjaya, peradaban Islam semangat pencarian ilmu
sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Semangat pencarian ilmu yang
berkembang menjadi tradisi intelektual secara historis dimulai dari pemahaman
terhadap al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw yang kemudian
dipahami, ditafsirkan, dan dikembangkan oleh para sahabat.
Kesuksesan Rasulullah saw dalam membangun peradaban Islam
yang tiada taranya dalam kurun waktu 23 tahun merupakan rentang waktu kurang
dari satu generasi saat Rasulullah saw berhasil memegang kendali kekuasaan atas
bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia dan
Mesir. Rasulullah merupakan pemimpin yang luar biasa, beliau membangun
peradaban Islam hingga puncak kesuksesannya hanya dalam kurun waktu yang
terbilang singkat. Masa kerasulan Muhammad saw pada akhir periode Madinah merupakan
puncak Islam karena sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
دِينًا الْإِسْلَامَ لَكُمُ وَرَضِيتُ
نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَأَتْمَمْتُ دِينَكُمْ لَكُمْ أَكْمَلْتُ الْيَوْمَ
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama
bagimu”. (Q.S. Al-Maidah ayat 3)
Kesuksesan tersebut membawa Islam menjadi sumber kemajuan
peradaban Islam berskala dunia terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan
teknologi, sesungguhnya kemajuan yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari
peradaban Islam. Islam menciptakan peradaban yang gemilang dengan menciptakan
karya-karya teknologi yang mempengaruhi kehidupan dunia sampai saat ini.
Dari abad ke-9 sampai ke-12, karya-karya tentang filosofi,
sejarah, kedokteran, keagamaan, astronomi, dan geografi lebih banyak ditulis
dalam bahasa Arab daripada bahasa lainnya.
Islam adalah salah satu peradaban yang paling unik, terlahir
paling muda, menyebar paling cepat, mencakup wilayah yang paling luas, dianut
oleh sangat banyak jenis suku bangsa dan ras, muncul dalam berbagai aspek yang
sangat beragam, baik dalam bidang teknologi, sastra, kaligrafi, arsitektur,
busana, dan berbagai disiplin keilmuan.
Sekian lamanya Islam melakukan penyebaran ajarannya telah
menorehkan banyak hasil yang dapat dirasakan oleh dunia saat ini. Beberapa
warisan peradaban Islam yang telah mendunia antara lain operasi bedah
(dasar-dasar ilmu bedah modern) oleh Al-Zahrawi, pesawat terbang oleh Abbas
Qasim Ibnu Firnas, optik oleh Ibnu Haytam, mesin robot oleh Al-Jazari,
perancang air mancur oleh Banu Musa bersaudara, hukum gravitasi universal oleh
salah satu Banu Musa bersaudara yaitu Abu Ja’far Muhammad.
Berbagai hasil yang luar biasa dari masa-masa peradaban saat
itu telah tercipta dan membuat peradaban Islam memiliki pengaruh yang luar
biasa terhadap peradaban dunia.
B.
Peradaban
Islam pada Masa Kini
Kita saat ini hidup di abad modern yang kebetulan dimulai
dari Eropa Barat. Namun sesungguhnya bahan-bahan pembentuk kemodernan berasal
dari pengalaman hampir seluruh umat manusia dari Cina di Timur sampai Spanyol
di Barat. Rentang daerah peradaban umat manusia pra-modern itu berpusat di
kawasan Timur Tengah dengan budaya Islamnya membuat peradaban Islam menjadi
pemberi paling banyak sumbangan bahan klasik bagi timbulnya abad modern.
Dalam kosakata ilmu pengetahuan modern dapat kita temukan
berbagai “jejak kaki” yang menunjukkan bahwa sumbangan Islam itu terutama
berwujud sebagai bahan yang merupakan high
culture umat manusia saat itu dan sampai sekarang, sebagaimana tercermin
pada istilah-istilah ilmiah seperti aljabar (al-jabr), alkohol (al-kuhul),
logaritma (al-khawarizmiyyah) dan
lain-lain.
Sejarah mencatat bahwa umat Islam adalah kelompok umat
manusia yang pertama menginternasionalkan ilmu pengetahuan. Jika sebelumnya
suatu cabang ilmu pengetahuan hanya merupakan kekayaan nasional bangsa
tertentu, seperti Yunani, Persia, India, dan Cina, maka sejak Islam dan
perdaban Islam, ilmu-ilmu itu tumbuh menjadi kekayaan bersama umat Islam.
Berawal pada abad ke-14, Islam sebagai sebuah imperium
mengalami kemunduran dibidang militer, politik, budaya, sebuah kondisi dan
kecenderungan yang tidak berubah hinga saat ini. Penaklukkan oleh Turki Seljuk,
perang salib, dan perebutan kembali wilayah Spanyol Muslim menimbulkan gejolak
dan ketidakstabilan di wilayah Islam yang mengakibatkan hilangnya vitalitas dan
tujuan sosial.
Setelah abad ke-15 sains dan ilmu pengetahuan di wilayah
Muslim menjadi tertutup dari energi yang inovatif dan keberhasilan di bidang
ilmu pengetahuan lebih berkembang di Eropa yang telah belajar dari
ilmuan-ilmuan Muslim.
Antara pertengahan abad ke-18 dan abad ke-20, teknologi,
prosedur pendidikan, dan strategi politik yang dikembangkan Barat menjadi
kekuatan-kekuatan sosial dan budaya baru yang progresif dan menjadi asing bagi
Islam yang semakin kurang dinamis dalam karakter, bentuk, dan tujuan.
Dunia Muslim hari ini memiliki keterbatasan dalam berbagai
bidang terutama ekonomi, politik, dan militer. Dalam konteks ekonomi, misalnya
mayoritas negara-negara Islam merupakan negara berkembang dan tergolong miskin,
kecuali di beberapa negara seperti di Kuwait, Saudi Arabia, Brunei Darussalam,
Persatuan Emirat Arab, Qatar, Libya, Iran. Sedangkan 60 negara berpenduduk Muslim
dapat dikatakan memiliki penduduk miskin yang kurang lebih sama dengan
Indonesia, bahkan lebih menderita, misalnya Somalia, Jibouti, Kashmir,
Afghanistan, Nigeria, Mali, Kamerun, Gaban, Kosofo, dan banyak lainnya.
Sedangkan di negara-negara Muslim yang relatif kaya pun, terdapat kesenjangan
mutu kehidupan antara kaya dengan yang miskin masih merupakan kenyataan yang
mengganggu keseimbangan kehidupan umat di masa-masa mendatang.
Dalam politik, negara-negara Muslim belum sepenuhnya bisa
mempraktikkan sistem demokrasi, sehingga belum tercipta stabilitas politik.
Apalagi kalau dilihat dari perspektif militer, dunia Muslim masih jauh
tertinggal.
Di samping dalam ketiga bidang di atas, negara-negara Muslim
juga mengalami ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Perkembangan dan penguasaan IPTEK masih didominasi negara-negara Barat,
walaupun faktanya negara-negara Muslim tersebut memiliki harta kekayaan yang
banyak seperti berbagai macam harta galian emas, perak, gas alam, minyak bumi,
dan harta kekayaan lainnya, namun karena keterbatasan sumber daya manusia
Muslim dalam bidang teknologi, akhirnya menghambat terciptanya kesempatan
menciptakan kemakmuran dari hasil mengekplorasi sumber daya alam yang dikarunia
Allah, dan tidak dapat keluar dari krisis peradaban yang mengelilingi Islam
dari berbagai penjuru.
Padahal seperti pembahasan di atas bahwa era golden age Islam sesungguhnya ditopang oleh penguasaan
kaum Muslim terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi modern kala itu. Pada era
tersebut, komunitas Muslim menjadi rujukan dan sentra peradaban dunia.
Mahasiswa berdatangan dari berbagai penjuru dunia untuk mendalami berbagai
varian ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasilnya, terlihat beberapa abad
kemudian. Eropa yang sebelumnya dalam “kegelapan”, akhirnya dapat mengejar
ketertinggalan mereka dan menjadi pusat peradaban baru.
Ditambah lagi, saat ini terjadi perubahan yang sangat serius
yaitu muncul rasa takut yang tidak beralasan di Barat terhadap Islam yang
dianggapnya sebagai musuh atau bahaya baru yang mengancam peradaban dunia
setelah lemahnya ideologi komunisme dengan bubarnya Uni Soviet. Selain
tantangan yang berasal dari luar, ada juga tantangan dari dalam yang bermacam-macam.
Di antaranya, tersebarnya fenomena terorisme di dunia Islam, walaupun ia
dianggap sebagai fenomena universal dan adanya gambaran pemahaman yang salah
tentang Islam dan penafsiran-penafsiran yang salah tentang ajaran-ajaran Islam.
Jika membahas mengenai bagaimana kondisi umat Islam saat ini,
khususnya dalam hal moralitas, maka akan ditemukan satu kenyataan yang rasanya
tidak cukup memuaskan. Saat ini, umat Islam sudah terlalu terlena dengan
ilmu-ilmu pengetahuan yang semakin banyaknya dan pada akhirnya menjauhkan
mereka dari nilai-nilai keislaman yang sebenarnya. Di lain pihak, golongan umat
yang lebih sedikit mengenyam pendidikan justru menjadi fanatis terhadap Islam
dan kemudian melakukan tindakan-tindakan yang menjurus pada radikalisme. Dari
kondisi ini, dapat terlihat bahwa umat Islam Indonesia masih terjebak dalam
suatu ketersesatan karena tidak sanggup menunjukkan nilai-nilai keislamannya
meskipun sudah mengakui Islam sebagai agamanya. Bisa dilihat dari bagaimana
maraknya kasus-kasus besar yang telah menjangkiti para pemimpin bangsa saat ini. Mulai dari kasus korupsi yang
sangat marak, kerusuhan-kerusuhan atas dalih agama, dan lain-lain. Semua ini
bisa terjadi karena masih kurangnya pemahaman akan moralitas yang benar tentang
agama Islam oleh sebagian besar umat Islam. Dengan kata lain, penanaman
benih-benih keislaman umat melalui pendidikan tidaklah cukup berhasil dalam
prakteknya.
Penanaman benih-benih Islam dalam umat tidak harus dilakukan
dalam sekolah-sekolah yang berbasiskan Islam saja, namun juga di sekolah-sekolah
umum. Permasalahannya ialah kurangnya kesadaran untuk menjalani kehidupan
bernegara yang sekaligus beragama. Konsep negara pada dasarnya adalah konsep
yang dibawa dari Barat, yang sebelumnya masih sangat asing bagi orang-orang Indonesia.
Oleh karena itu, konsep negara ini harus bisa diselaraskan dengan Islam sebagai
tempat bernaung umat sebelum konsep negara itu dapat diterima oleh setiap
muslim Indonesia. Bisa dilihat dari contoh yang terjadi pada kasus Ahmadiyah
beberapa waktu lalu, di mana terjadi penyerangan dan perusakan terhadap
penganut Ahmadiyah dan juga fasilitas-fasilitas umum lainnya. Pada dasarnya,
masalah ini bisa diselesaikan oleh negara melalui jalan hukum, namun masyarakat
justru mengambil tindakan terlebih dahulu untuk membereskan masalah ini dengan
jalan kekerasan. Meskipun begitu, lambatnya pemerintah untuk mengatasi masalah
ini juga menjadi bukti bagaimana ketidaksigapan mereka dalam mengatasi masalah
penistaan agama.
Berbagai macam permasalahan negara dan umat tersebut menjadi
sesuatu yang sangat disayangkan dan disesalkan, karena dapat dilihat bagaimana
moral umat saat ini sudah demikian jatuh. Kalaupun menunjukkan kemajuan,
sayangnya itu hanya berlaku untuk segolongan umat saja, apalagi dalam dunia
politik. Padahal, para pemimpin dan penggerak umat pada masa-masa menuju
kemerdekaan sanggup menggerakkan dan membangkitkan umat Islam Indonesia untuk
satu tujuan yang mulia (kemerdekaan Indonesia).
Umat Islam Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk maju
kedepannya. Selain karena jumlah umat yang besar, umat Islam di Indonesia
relatif tidak terlalu mengalami pergolakan-pergolakan yang saat ini tengah
melanda Timur Tengah. Selain itu, SDA yang dimiliki sangat banyak dan
seharusnya umat bisa menguasai itu dibandingkan orang-orang Barat yang notabenenya
adalah orang asing. Umat Islam sejauh ini sudah memiliki peranan yang besar
dalam kehidupan bernegara di Indonesia, namun masih kurang mampu untuk
menselaraskannya dengan kehidupan beragama. Karena itu, peningkatan moralitas
umat Islam Indonesia harus digencarkan kembali melalui pembaharuan-pembaharuan
yang sifatnya tidak bertentangan dengan dasar-dasar Islam dan di lain pihak
juga dapat membentuk karakter Bangsa Indonesia yang mayoritas adalah muslim
ini.
Fakta, umat Islam di masa sekarang berada pada salah satu
masa terburuknya sejak cahaya Islam muncul di Makkah dan benderang di Madinah.
Keadaan umat Islam sekarang lebih buruk daripada masa-masa suram ketika bangsa
Mongol menghancurkan Baghdad, membunuh khalifah dan menjadikan jalanan Baghdad
basah oleh darah umat Islam. Masa itu memang merupakan masa yang sangat suram
bagi umat Islam, namun kondisi umat Islam sekarang lebih buruk dari masa
tersebut.
Saat itu, Baghdad menjadi lautan darah. Saat ini, bukan cuma
Baghdad yang bermandikan darah dan porak-poranda, tapi juga Bashrah, Yerusalem,
Ghaza, Kabul, Islamabad, Kashmir dan kota-kota Islam lainnya. Saat itu,
khalifah terbunuh oleh pasukan Mongol. Sekarang, umat Islam telah hidup puluhan
tahun tanpa khalifah, tanpa imam bagi seluruh umat Islam, padahal semua ulama
bersepakat bahwa mengangkat seorang imam atau khalifah bagi seluruh umat Islam
merupakan kewajiban yang dibebankan di setiap pundak umat Islam.
Fitnah terbesar umat Islam di masa ini adalah ketika sebagian
besar umat Islam tidak menyadari kondisi mereka sebenar-benarnya. Mereka
sekarang tak peduli lagi dengan Islam dan peradabannya dan lebih mengagungkan
peradaban barat yang sekuler bahkan anti tuhan. Mereka menganggap Islam sama
dengan agama-agama lain, hanya mengatur aspek-aspek spiritual saja, dan tak
punya aturan dalam kehidupan masyarakat, tak punya tuntunan dalam bidang
sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, politik dan pemerintahan. Umat Islam
sekarang senang mendengar ceramah dan khutbah yang menganjurkan sedekah dan
sabar, namun ‘sakit telinga’ ketika mendengar da’i yang menyerukan penerapan
Islam secara kaffah.
Umat Islam sekarang dengan ‘senang hati’ terlibat dalam
aktivitas riba bunga bank, muamalah batil ala asuransi, pakaian setengah
telanjang dan pergaulan bebas, sebaliknya mereka ‘anti dan alergi’ terhadap
celana cingkrang, wajah yang jenggotan, muslimah yang berjilbab (baju kurung)
dan berkerudung menutupi seluruh auratnya, mirip teroris kata mereka.
Lihatlah umat Islam sekarang ini. Perzinaan merajalela, judi
menjadi-jadi, minum khamr jadi kegemaran, suap-menyuap hal biasa, malah yang
taat kepada Allah dianggap hina. Saksikanlah, seorang artis yang telah
melakukan zina tetap dipuja-puja bahkan didukung oleh masyarakat banyak,
terutama kalangan remaja dan para artis, mereka meminta artis tersebut
dibebaskan dari ancaman hukuman dan dipulihkan nama baiknya. Saksikanlah juga
artis wanita pasangan zinanya, baik yang sudah punya suami dan yang belum,
mereka hanya menjadi saksi atas kejahatan yang mereka lakukan dan mereka akui
sendiri. Bandingkanlah dengan yang terjadi pada seorang ustadz yang
ditinggalkan jamaah pengajiannya dan dikecam dimana-mana hanya karena ustadz
tersebut menikah lagi secara syar’i. Bandingkanlah wahai orang-orang yang
berakal!
Ingatlah wahai seluruh umat Islam, jika standar hidup
diserahkan pada manusia, maka kekacauan yang akan terjadi. Jika tolok ukur
benar-salah tergantung hawa nafsu, maka kezaliman yang akan merajalela. Hanya
Islamlah solusi bagi semua permasalahan umat ini. Mari kembali kepada Islam,
secara kaffah, jangan setengah- setengah.
Mari kita sama-sama renungi ayat-ayat al-Qur’an berikut ini:
Artinya:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” (QS. Al- A’raf: 96)
Ayat ini menunjukkan dua akibat berbeda, berkah dari langit
dan bumi jika penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa serta siksa jika
penduduk negeri- negeri mendustakan ayat- ayat Allah ta’ala. Semoga kita
termasuk orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah subhanahu wa
ta’ala.
Artinya:
“Dan peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang
yang zalim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras
siksaan- Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah ‘azza wa jalla akan
menimpakan siksaan bagi umat manusia secara umum, baik terhadap orang-orang
yang zalim maupun terhadap yang taat. Kondisi ini terjadi ketika kemaksiatan
telah nampak nyata dan kemungkaran telah merajalela serta tidak ada upaya yang
cukup untuk melakukan perubahan terhadap kemaksiatan dan kemungkaran tersebut
oleh orang-orang yang taat. Semoga ancaman ayat ini tidak menimpa kita,
na’udzubillah min dzalik.
Artinya:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan
tangan-tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.
Ar-Rum: 41)
Kata al-fasad menunjukkan kerusakan secara umum, baik
kerusakan alam, moral, kerusakan di bidang sosial, budaya, pendidikan, ekonomi
dan politik. Kerusakan- kerusakan tersebut menurut ayat ini disebabkan oleh
kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia.
Saudaraku sesama muslim, jika Anda ingin mengecek kebenaran
syarah (penjelasan) saya terhadap ayat-ayat di atas, silakan cek di kitab-kitab
tafsir mu’tabar. Ayat-ayat diatas merupakan peringatan Allah yang sangat jelas
kepada kita semua, agar kita tak coba-coba untuk bermaksiat kepada-Nya dan
menentang perintah-Nya. Allah telah menyiapkan azab di dunia dan di akhirat
bagi ahli maksiat yang senang berlumur dosa dan para penentang ayat-ayat-Nya.
Hanya kepada-Nya kita bermohon keselamatan dan perlindungan dari azab dunia dan
azab yang sangat pedih di akhirat.
C.
Penyebab
Kemunduran Peradaban Islam
Islam sebagai suatu sistem peradaban merupakan sistem
budaya, oleh karena itu bersifat simbolik, sebagai model untuk realitas. Dalam
agama, konsepsi manusia mengenai realitas tidak didasarkan pada pengetahuan
tetapi pada keyakinan yang berbeda antara agama yang satu dengan agama yang
lain. Dalam agama monotheistik, otoritas ini adalah Tuhan dengan semua wahyu
yang diturunnkan oleh-Nya. Konsep-konsep untuk realita akan mengalami suatu
perubahan yang paralel. Wahyu al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw merupakan kebenaran akhir, yang valid untuk segala waktu, semua agama dan
seluruh kemanusiaan. Dalam intepretasi ini, agama Islam tidak dapat diubah dan
tidak dapat disesuaikan dengan realitas apapun, karena agama Islam merupakan
agama terakhir yang di turunkan kepada Nabi terakhir.
Ketika kita telah mengetahui bagaimana peradaban Islam zaman
dahulu pada masa kejayaan, dimana para pemimpin masih sangat kuat dalam
memperjuangkan serta menyebarkan Islam hingga akhir hayatnya, tentu terlihat
perbedaan yang sangat kontras bila dibandingkan dengan peradaban Islam
sekarang. Dari abad ke abad terjadi penurunan peradaban Islam dimulai dari abad
ke-14, Islam sebagai sebuah imperium mengalami kemunduran dibidang militer,
politik, budaya, sebuah kondisi dan kecenderungan yang tidak berubah hinga saat
ini. Pendapat Wakil Ketua
MPR RI 2012, Hajriyanto Y. Thohari yang dipetik dari portal Republika,
mengatakan bahwa terdapat
2 alasan yang menjadi faktor menurunnya peradaban Islam.
a. Pertama, umat Islam punya kecenderungan
meninggalkan budaya-budaya lama yang Islami di tengah arus modernisasi dan
globalisasi. Pasalnya, beberapa budaya Islam dianggap tidak relevan dan
rasional.
b. Kedua, budaya Islam di Indonesia banyak
dipengaruhi oleh budaya barat yang lebih modern dan kosmopolitan sebagai akibat
dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Selain disebabkan kedua hal tersebut, semakin hari benteng
pertahanan umat Islam semakin berkurang, banyak masyarakat yang beragama Islam
namun tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya, bahkan melanggar pada ajaran
Islam. Hampir sebagian besar umat Islam larut dalam arus modernisasi dan
globalisasi yang di antaranya tidak memiliki pondasi agama yang kuat, sehingga
lebih mudah dipengaruhi hal negatif ketimbang hal positif. Kemudian dari
berbagai hal tersebut jarang sekali ada orang yang ingin memperbaikinya,
sehingga peradaban Islam kurang berkembang dengan baik sekarang.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Kesuksesan Rasulullah saw dalam
membangun peradaban Islam yang tiada taranya dalam sejarah dicapai dalam kurun
waktu 23 tahun. Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu
generasi, di mana Nabi Muhammad saw telah berhasil memegang kendali kekuasaan
atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi,
Persia, dan Mesir. Nabi Muhammad saw merupakan pemimpin yang sangat luar biasa,
beliau membangun peradaban Islam hingga puncak kesuksesannya hanya dalam kurun
waktu yang terbilang singkat.
Peradaban Islam sangat mempengaruhi
peradaban dunia karena kemajuan yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari
peradaban Islam. Tak banyak yang mengetahui bahwa Islam menciptakan peradaban
yang gemilang dengan menciptakan karya-karya teknologi yang mempengaruhi
kehidupan dunia sampai saat ini. Salah satu ilmuan Eropa melukiskan
perkembangan peradaban Islam sebagai suatu ledakan yang mengguncangkan seluruh
dunia.
Banyak penemuan-penemuan oleh
ilmuan Islam menciptakan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berpengaruh bagi
dunia. Hasil karya ilmuan-ilmuan Islam bisa kita rasakan sampai saat ini,
meskipun dalam hal ini ilmuan-ilmuan Eropa yang mengembangkan hasil karya
ilmuan Islam.
Dunia pengetahuan dan teknologi mengalami
zaman keemasan dengan bermunculannya ilmuan-ilmuan Muslim yang sampai sekarang
penemuannya masih digunakan dan menjadi rujukan sebagai dasar dari perkembangan
pengetahuan modern, tapi mungkin karena kurangnya publisitas dan banyaknya
peristiwa sejarah yangmenjadikan nama-nama mereka kurang dikenal bahkan
dikalangann para umat Muslim itu sendiri.
Berawal pada abad ke-14,
Islam sebagai sebuah imperium mengalami kemunduran pada bidang militer,
politik, budaya, sebuah kondisi dan kecenderungan yang tidak berubah hinga saat
ini. Bidang teknologi, prosedur pendidikan, dan strategi politik yang
dikembangkan Barat menjadi kekuatan-kekuatan sosial dan budaya baru yang
progresif dan menjadi asing bagi Islam yang semakin kurang dinamis dalam
karakter, bentuk, dan tujuan. Berbagai penurunan terjadi dari berbagai segi,
termasuk norma. Arus modernisasi dan globalisasi yang masuk diterima oleh
kebanyakan umat tanpa disaring terlebih dahulu baik dan buruknya. Pondasi
kehidupan setiap orang yang berpegang pada agama Islam tidak kokoh sehingga
menjadi salah satu penyebab menurunnya peradaban Islam yang berkualitas seperti
pada masa-masa sebelumnya.
B. Saran
Peradaban Islam yang kini kian
menurun perlu segera dibenahi. Perubahan ini tidak hanya dilakukan esok atau
bagi orang lain saja, namun kesadaran diri sendiri. Kita dapat memulainya dari
detik ini dan bisa dari hal terkecil. Sebagai umat kita perlu saling
mengingatkan sesama dan yang paling penting adalah menjadikan Al-Quran sebagai
pedoman hidup.
Umat
Islam perlu menyelaraskan modernisasi dan globalisasi dengan kehidupan
beragama. Oleh karena itu, peningkatan moralitas umat Islam Indonesia harus
digencarkan kembali melalui pembaharuan-pembaharuan yang sifatnya tidak
bertentangan dengan dasar-dasar Islam serta perlu membentuk karakter umat
Muslim saat ini. Budaya
Islam terutama di Indonesia yang banyak dipengaruhi oleh budaya barat yang
lebih modern dan kosmopolitan sebagai akibat dari perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi tetap dapat diterima namun kita dapat berupaya
menyaring segala hal yang baik dan buruk sesuai dengan ajaran Islam sehingga
kehidupan kita dapat seimbang.
Salah satu upaya lain yang dapat
kita lakukan khususnya sebagai pendidik adalah menanam benih karakter Islami
yang matang kepada anak didik. Segala hal yang didapat oleh anak pada masa golden age akan menjadi pondasi bagi
kehidupan masa depannya. Oleh karena itu, sebagai pendidik harus mampu
memaksimalkan masa tersebut untuk membentuk karakter anak sebaik mungkin agar
mereka tumbuh menjadi generasi yang berakhlak dan mampu menjadi umat Muslim
yang kokoh.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
M. (2003). Islam Pribumi. Jakarta:
Erlangga
Thohir,
A. (2004). Perkembangan Peradaban Di
Kawasan Dunia Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Srijayanti,
dkk. (2007). Etika Membangun Masyarakat
Islam Modern.
Yogyakarta:
Graha Ilmu
Yatim,
B. (2008). Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Rundjan,
R. (2011). Kondisi Umat Islam Saat Ini.
Jakarta:
Catatanraha.blogspot.com
Apakah ada ppt nya kak?
BalasHapus