Laman

Selasa, 26 Februari 2013

Terimakasih Ya Rabb


Ya Allah...
Kau anugerah kan hdup pda diri Kami
Kau kucurkan Nikmat pda tubuh Kami
Kau Tanamkan iman pda hati kami
Ya Allah...
Begitu agung nya kmuliaan Mu
Smesta brtasbih atas nama Mu
Bintang2 brsujud d hadapan Mu
Dan kami pun trsungkur mmuji Kasih Mu
Ya Allah...
Awan pun mnangis atas izin Mu
tanah pun menghijau atas Kuasa Mu
Sungai pun mngalir atas Ridho Mu...
Dan Kami Pun Hdup atas Nikmat Mu...
Ya Allah...
Sungguh Kecil nya tubuh kami,
Alangkah Lemah nya kuasa kami
Begitu rapuhnya pendirian kami
laksana pasir sitengah lautan biru

Ya Allah...
Firdaus mu amat Indah
Firdaus Mu amat Mnjanjikan
Kami pun ingin mraihnya
Namun kami Brgelimang dosa
Ya Allah...
Ridhoi lah diri kami,
tuk bsa tmpat kan pelabuhn trakhir kami,
d dalm Indahnya Syurga Mu,
yg tk trnilai oleh suatu apapun...
Amiin

dikirim oleh Muhammad Ramdlan

Senin, 25 Februari 2013

pemenang dan pecundang

Pemenang selalu menjadi bagian dari jawaban
Pecundang selalu menjadi bagian dari masalah

Pemenang selalu punya program
Pecundang selalu punya kambing hitam 

Pemenang selalu berkata,”Biarkan saya yang mengerjakannya untuk Anda”
Pecundang selalu berkata,” Itu bukan pekerjaan saya.”

Pemenang selalu melihat jawaban dalam setiap masalah
Pecundang selalu melihat masalah dalam setiap jawaban

Pemenang selalu berkata,”Itu memang sulit, tapi kemungkinan bisa.”
Pecundang selalu berkata,” Itu mungkin bisa, tapi sulit.”

Saat pemenang melakukan kesalahan, dia berkata,”saya salah.”
Saat 
pecundang melakukan kesalahan dia berkata,” itu bukan salah saya”

Pemenang membuat komitmen-komitmen
Pecundang membuat janji-janji

Pemenang punya impian-impian
Pecundang punya tipu muslihat

Pemenang berkata,” saya harus melakukan sesuatu.”
Pecundang berkata,”Harus ada yang dilakukan.”

Pemenang adalah bagian dari tim
Pecundang melepaskan diri dari tim

Pemenang melihat keuntungan
Pecundang melihat kesusahan

Pemenang percaya pada menang-menang (win-win)
Pecundang percaya, mereka harus menang orang lain harus kalah.

Pemenang melihat potensi
Pecundang melihat yang sudah lewat

Pemenang seperti thermostat- alat pengatur/pengimbang panas
Pecundang seperti thermometer

Pemenang memilih apa yang mereka katakan
Pecundang mengatakan apa yang mereka pilih

Pemenang menggunakan argumentasi keras dengan kata-kata lembut
Pecundang menggunakan argumentasi lunak tapi dengan kata-kata yang keras

Pemenang berpegang teguh pada nilai-nilai, tapi bersedia berkompromi pada hal-hal remeh
Pecundang berkeras pada hal-hal remeh tapi mengkompromikan nilai-nilai

Pemenang menganut filosofi empati, “Jangan berbuat kepada orang lain apa yang Anda tidak ingin orang lain perbuat kepada Anda”
Pecundang menganut filosofi,” Lakukan kepada orang lain sebelum mereka melakukannya kepada Anda”

Pemenang membuat sesuatu terjadi
Pecundang membiarkan sesuatu terjadi

Minggu, 24 Februari 2013

Secerah inspirasi ini

sebelumnya saya menulis ini dengan panjang lebar, saya ingin meminta maaf dulu kepada teman saya Dinar Khairunnisa dan suaminya kang Ridho karena menulis posting ini tanpa persetujuan dari mereka... maaf yaaa adin, hanya ingin berbagi dan menginspirasi yang lainnya juga :D

17 febuari merupakan sebuah titik tolak kehidupan baru dari saya, hikmah ini muncul ketika saya mengadiri sebuah undangan penikahan dari Dinar Khairunnisa :')
betapa bahagianya saya melihat mereka yang sudah menjadi pasangan yang begitu serasi, begitu cocok dan bahkan mungkin begitu sempurna dimata saya, hmmmmm :')
yang pertama kali saya ucapkan adalah Barakallah yaa dinar semoga sakinah mawadah warahmah, entah itu terdengar atau tidak yang pasti dinar mengaminkan doa saya. :)

ketika saya mendengar cerita dari sahabat saya Adzani nur Syamsyina mengenai proses demi proses yang mereka jalankan, hati saya terasa terketuk, tetegun begitu indah dan mengarukah :')
selesai makan saya melihat foto-foto dari SLR yang sahabat saya pegang, itu semua foto dinar dari awal pernikahan, air mata saya tiba-tiba menetes, entah apa rasa yang ada dihati saya ...
yang saya ketahui itu perasaan sangat gembira saya bisa mengenal Dinar Khairunnisa,
tapi ada rasa lain di hati saya, sebuah penyesalan yang sangat besar .....
yang ada dibenak saya saat itu adalah "mengapa saya tidak mengikuti jejak dinar?"
yang teguh pada agamanya, yang teguh pada aqidahnya, dan prinsip-prinsipnya ...
ya Rabb betapa ruginya saya selama ini ... hina dimata-Mu ...
saya hanya bisa bernafas panjang agar tidak ada seorangpun yang tahu saya menangis,
ohh yaa Allah pikiran ini terus bergejolak didalam hati saya,
terlebih ketika mendengar cerita dari sahabat saya juga bahwa salah satu mahar mereka adalah Hafalan QS Ar-Rahman, surat yang selama ini saya sukai saya hafalkan,,,

"MAKA NIKMAT TUHAN MU YANG MANAKAH YANG KAU DUSTAKAN?"
Subhanallah Subhanallah dan Subhanallah ... :')
Allah membukakan hati saya lewat pernikahan Dinar,
satu yang ada dibenak saya saat itu, lebih mendekatkan diri pada Yang Maha Pencipta,
Allah yang telah memberikan seluruh anugrah dalam hidup ini, Allah memberikan segalanya,
betapa hina dan piciknya saya ketika saya masih menjalankan apa yang Allah larang,
sedangkan semua larangan Allah itu hanya untuk kebaikan semua umat-Nya..
Ya Allah ampuni ampuni ampuni segala kesalahan hamba, ampuni karena hamba lalai dalam bersyukur kepada-Mu,
Engkau yang Maha Pemberi, Engkau memberikan setiap yang Terbaik dan Terindah,
semoga hamba bisa menjalankan sisa hidup hamba untuk terus selalu berbakti kepada-Mu

saya percaya Engkau akan memberikan takdir imam saya, dihari dan waktu yang terindah dan sesuai dengan yang telah Engkau tentukan di Lauhul Mahfudz-Mu.... amin :)




terimakasih kepada temanku Dinar Khairunnisa beserta suaminya yang telah menginspirasi hidup saya, semoga kalian menjadi keluarga yang barokah yaaa sakinah mawadah warohmah yaaa :)
doain hana dan adz biar cepet nyusul :D



always big thanks buat sahabatku tersayang sayang dunia akhirat pokonya mah Adzani Nur Syamsyina ku :*
terimakasih jet makasih buat semua perhatian adz, selalu dengerin curhat hana, selalu jadi kakak, temen ade sahabat ah pokona mah makasih we ... semoga adz sukses slalu diberikan yang terbaik sama yang Maka Kuasa, ... dan yang paling penting semoga kita cepet nyusul kaya Dinar :D amin ;)



yang paling big big big itu terimakasihnya buat mamah saya tercinta yang slalu membimbing saya, yang selalu memberi saya kepercayaan yang selalu memberi saya makna dalam hidup My MOM, mamah saya tercinta ... ibu eros tersayang :* thanks mom .. semoga Allah memberkahi mamah dimanapun mamah berada, didunia dan akhirat amin :')

Jumat, 22 Februari 2013

ANTROPOLOGI PENDIDIKAN DALAM KONTEKS PENDIDIDKAN BANGSA


BAB II
PEMBAHASAN

Pada awalnya antropologi menggambarkan kebudayaan masyarakat yang ada di luar Eropa. Awal mulanya banyak cerita-cerita dari orang perorang yang bertemu dengan orang-orang yang kehidupannya amat unik, sederhana dan bersahajah. Cerita ituu diperkuat dengan laporan perjalanan para ilmuan yang berpetualang ke daerah asia. Sejumlah informasi-informasi tersebut menjadi data untuk bahan analisi para ilmuan untuk dilakukannya sebuah penelitian yang sistematis mengenai kehidupan bangsa diluar eropa.
Hasil penelitian awal berupa laporan yang diarahkan pada deskripsi yang sangat jelas mengenai satu budaya dimasyarakat tersebut. Tetapi sejak dirasakan perlu dilakukan penelitian yang berkesinambunagn antara satu budaya dengan budaya lain, maka penelitian mulai mulai menghasilkan teori-teori. Dalam hal ini antropolog berhasil menggeneralisasikan perbedaan perbedaan dan persamaan kebudayaan setiap bangsa, termasuk kebudayaan eropa.
A.    Transmisi Budaya, Enkulturasi dan Sosialisai sebagai Landasan dalam Kajian Antropologi Pendidikan
Kebudayaan merupakan hasil yang diperolehan manusia selama menjalin interaksi kehidupan dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun non fisik yang melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya kelak. Untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat serta kebudayaanya, maka masyarakat selalu melakukan sosialisasi dan enkulturasi juga transmisi budaya terhadap generasi mudanya yang ada dimasyarakat.
Transmisi dapat diartikan sebagai pengiriman, penerusan atau penyebaran. Jadi dapat dikatakan transmisi budaya merupakan pengiriman, penerusan atau penyebaran budaya yang telah ada kepada generasi berikutnya agar budaya tersebut tidak punah.
Menurut Imran Manan enkulturasi adalah suatu proses dimana individu belajar cara berpikir, cara bertindak dan merasa yang mencerminkan kebudayaan masyarakatnya. Jadi dapat disimpulkan enkulturasi adalah proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya selama hidup seorang individu dimulai dari institusi keluarga. Dalam enkulturasi kita mempelajari budaya, bukan hanya mewariskannya. Budaya disebarkan melalui proses belajar bukan dengan gen. Sedangkan Menurut Peter L. Berger (Effendi, 2010:49) mendefinisika sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member of society” yaitu suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. sosialisasi berartiproses dimana seseorang dapat berinteraksi dan berpartisipasi dengan masyarakat yang ada disekitarnya. Sosialisasi sangat erat kaitannya dengan berinteraksi, maka interaksi sangat dibutuhkan dalam mentransmisikan budaya juga enkulturasi budaya dimasyarakat.  Melalui sosialisasi kita bisa menyampaikan apa yang kita maksud dalam proses mentransmisikan juga enkulturasi budaya.
     Anak akan mengetahui perannya dalam kehidupan bermasyarakat setelah ia melakukan sosialisasi dengan masyarakat dimana ia tinggal. Sedangkan mengenai kebudayaan perlu ia pelajari melalui enkulturasi. Jika anak tidak mengalami sosialisasi dan/atau enkulturasi, maka ia tidak akan dapat berinteraksi sosial, ia tidak akan dapat melakukan tindakan sosial sesuai status dan peranannya serta kebudayaan masyarakat. Sosialisasi menekankan kepada pengambilan peran, sedangkan enkulturasi menekankan kepada pemerolehan kompetensi budaya.
Pendidikan pada hakikatnya meliputi sosialisasi dan enkulturasi. Didalam sosialisasi melekat juga kebudayaan. Karena kebudayaanlah yang menentukan arah dan cara-cara sosialisasi yang dilaksanakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, didalam proses sosialisasi terjadi juga proses enkulturasi. Dimana didalam enkulturasi ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, dn peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Kajian masalah pendidikan dalam antropologi pendidikan tidak bersifat parsial, melainkan secara holistik dengan menempatkan dalam pranata sosial. Dalam lingkungan masyarakat yang bersahaja dan sederhana, keluarga dipandang sebagai unit sosial terkecil namun memiliki peranan yang amat besar bagi pembentukan anggota masyarakat, dengan demikian enkulturasi atau pembudayaan nilai-nilai yang dianut masyarakat dilakukan melalui keluarga baik keluarga kecil maupun besar. Begitu pula konsep sosialisasi selalu memperhatikan pembelajaran yang dilakukan melalui mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang berlangsung antar individu, kelompok, tetangga, dan masyarakat lainnya.
Enkulturasi dan sosialisasi adalah turunana dari konsep transmisi budaya yang dijadikan “jurus” dalam membidik masalah keberlangsungan suatu kebudayaan dalam masyarakat sederhana. Fokus kajian dapat dimulai dengan permasalahan sistem nilai dan norma dalam adat-istiadat, aturan-aturan, keterapilan-keterampilan yang hidup dalam budaya suatu masyarakat. Kekuatan konsep enkulturasi dan sosialisasi juga dalam batas-batas tertentu dapat mengkaji pola pendidikan keluarga dilingkungan perkotaan dan pedesaan, mengingat kenyataan samapai saat ini perhatian pada fungsi keluarga, khususnya dalam menanamkan sistem nilai dan norma masih dipandang penting dalam konteks pembentukan kepribadian anak.
Transmisi kebudayaan ini dapat pula digunakan untuk mengkaji perubahan nilai budaya yang berlangsung dalam suatu linkungan keluarga, lingkungan pedesaan maupun lingkungan perkotaan.

B.  Perkembangan penelitian antropologi di Indonesia
Penelitian mengenai antropologi di Indonesia masih sangat minim, menurut Meyer Fortes (1990) penelitian transmisi budaya dalam antropologi relatif masih sangat sedikitdilakukan oleh para antropolog. Meyer Fortes meneliti mengenai transmisi kebudayaan pada suku Taeland di Ghana Utara. Kurang tertariknya antropolog meneliti masalah pendidikan karena masalah pendidikan sudah dipandang menjadi bagian dari psikologi pendidikan.
Lewat konferensi itu memberikan rekomendasi untukpemerintah mendanai serangkaian penelitian antropologi pendidikan dipersekolahan, mengingat jalur perubahan sosial salah satunya dapat dilakukan melalui pendidikan formal. Banyak penelitian menunjukan bahwa sistem pendidikan dinegara-negara baru diorientasikan untuk mengokohkan kelompok sosial tertentu yang berada dalam kekuasaan.
Adapaun beberapa orang yang melakukan penelitian antropologi di Indonesia, david redcliffe (1971) yang melakukan penelitian mengenai pendidikan Ki Hajar Dewantara mengenai dengan perubahan sosialnya. Hildrer geertz (1983) yang mengungkapkan pola pengasuhan keluarga jawa dalam konteks demokrasi. Dan Jane Belo (1986) mengenai pola pembelajaran budaya wayang yang berorientasi pada masa lalu pada masyarakat bali.
Peneletian mengenai sosiologi antropologi oleh orang-orang indonesia sendiridilakukan dalam bentuk thesis merek, diantaranya tahun 1990 oleh Selly Riawaty yang membuktikan adanya teori reproduksidalam pendidikan kolonial di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Hajriano Tohari tahun 1993 mengenai pola pewarisan kebudayaan batik. Penelitian Jajang Gunawijaya tahun 1995 tentang sistem pengasuhan anak di Bogor. Peneliti Z.A.M Syadili mengenai sosialisasi siswa dalam suatu lingkungan sekolah formal keagamaan. Dan juga mengenai pola bertahannya pendidikan melukis pada masyarakat jelekong-Bandung yang ditulis oleh Ayat Suryatna tahun 1996.
C.  Konsep budaya belajar sebagai kajian antropologi pendidikan
Pendidikan berperan sebagai agen pengajaran nilai-nilai budaya dalam proses pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki. Dan kebuadayaan diturunkan kepada generasi penerusnya lewat proses pendidikan.Pendidikan menjadi instrumen kekuatan sosial masyarakat untuk mengembangkan suatu sistem pembinaan anggota masyarakat dalam kebudayaan yang sesuai dengan tuntutan perubahan zaman.Pendidikan hadir dalam bentuk sosialisasi kebudayaan, berinteraksi dengan nilai-nilai masyarakat setempat dan memelihara hubungan timbal balik yang menentukan proses-proses perubahan tatanan sosio-kultur masyarakat dalam rangka mengembangkan kemajuan peradabannya.Landasan yang menjadi dasar kajian oleh para antropolog budaya adalah berasal dari pengamatan empirik bahwa salah satu sifat budaya dimanapun senantiasa dipelajari oleh individu atau kelompok sosial dilingkungannya, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Konsep ini menunjukan makna berupa adanya seperangkat pengetahuan yang berisi model pewarisan budaya yang berupa sistem pengetahuan, nilai keterampilan belajar dari suatu individu atau kelompok kepada individu atau kelompok lainnya. Mewariskan budaya dengan  budaya belajar ini dilakukan oleh individu atau kelompok yang sudah mapan(orang dewasa) ke[ada mereka yang belum mapan (belum dewasa). Individu atau kelompok yang belum mapan adalah anggota masyarakat yang telah mengembangkan potensi belajarnya untuk menjlankan fungsi dan peran sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Keesing & Keesing, () budaya belajar merupakan pola kelakuan manusia yang berfungsi sebagai pedoman hidupyang dianut secara bersama.Sedangkan menurut Ember budaya belajar adalah sistem pembelajaran yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan banyak pihak, termasuk didalamnya melibatkan pendidikan formal. Jadi dapat disimpulkan bahwa budaya belajar adalah pola atau sistem pembelajaran yang berlangsung dan dipakai dalam kehidupan masyarakat yang berfungsi sebagai pedoman hidup masyarakat tersebut.
Konsep budaya belajar ditafsirkan bukan sebagai kebiasaan-kebiasaan belajar yang bersifat statis, melainkan sebagai pengetahuan belajar yang dinamis yang bersifat fleksibel untuk menghadapi berbagai masalah perubahan yang berlangsung dilingkungannya. Budaya belajar diciptakan dan diprtahankan oleh masyarakat sebagai sarana untuk mempertahankan kehidupannya. Pola budaya belajarnya berlangsung pada 2 arah, yaitu sebagai pola bagi pewarisan dan juga dapat menjadi pola dari pewarisan. Sebagai pola bagi pewarisan berarti bahwa budaya belajar bersifat mempertahankan usaha pewarisan. Sedangkan pola dari pewarisan berarti budaya belajar dapat mengembangkan usaha pewarisan. Perbedaan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya terletak pada percepatan perubahannya. Pola belajar suatu masyarakat akan mengikuti perubahan yang ada dimasyarakatnya. Implikasinya adalah dapat ditemukannya teori-teori perubahan budaya belajar dari masyarakat, baik dalam segi keluarga, masyarakat, nasional maupun global.
Penemuan teknologi informasi telah mendorong pengembangan budaya belajar. Pada umumnya budaya belajar masyarakat indonesia sesuai dengan karakter pembangunan itu sendiri yang pada dasarnya adalah suatu proses perubahan. Gejala global yang terjadi menjadi fenomena semakin minimnya budaya, baik secara langsung maupun tidak langsung yang berdampak pada percepatan pengembangan pola budaya belajar yang terjadi dalam suatu masyarakat.
Budaya belajar yang dilakukan oleh individu atau kelompok pada suatu masyarakat pada dasarnya ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Fungsi budaya belajar akan terus dipertahankan ketika masih berdaya guna dalam mencaoai kebutuhan hidupnya. Budaya belajar akan dimodifikasi bahkan diubah apabila sudah dipandang tidak efektif lagi digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Budaya belajar telah diciptakan, dipertahankan dan dikembangkan oleh suatu masyarakat agar individu atau kelompok dapat mempertahankan dan mengembangkan kehidupan.
Menurut Talcott Parson ada beberapa prasyarat-prasyarat dalm upaya mempertahankan den mengembangkan kebudayaannya.
1.     Adaptasi (adaptation)
Adaptasi merupakan suatu keharusan bagi sistem budaya belajar harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkunagn yang dihadapi pada masyarakat disekitarnya.
2.     Pencapaian Tujuan (goal ettainment)
Pencapaian tujuan yaitu keharusan bagi sistem budaya belajar untuk bertindak dalam kerangka dalam pencapaian tujuan bersama.
3.     Integrasi (integration)
Integrasi yaitu keharusan bagi sistem budaya belajar untuk memiliki kemampuan agar tetap menjaga solidaritas dan kerelaan bekarja antar anggotanya.
4.     Latensi (latent pattern maintenance)
Latensi yaitu persyaratan fungsional yang mengarah pada keharusan sistem budaya belajar memiliki kemampuan menjamin tindakan yang sesuai dengan aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku.
Upaya menciptakan budaya belajar pada suatu masyarakat akan senantiasa mengikuti perubahan dan sekaligus menyesuaikan lingkunagna bersangkutan. Nilai-nilai, notma-norma dan aturan-aturan dijadikan petunjuk dalam modifikasi budaya belajar agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.Proses pengubahan budaya belajar berlangsung secara terus menerus dalam hubungannya dengan pengalaman yang didapat dari lingkungannya melalui komunikasi simbolik. Pengembangan budaya belajar akan mengarahkan pada suatu program yang menyeluruh yang mencakup sejumlah pengetahuan, keterampilan dan kmampuan lain. Budaya belajar berikut pengembangannya adalah serangkaian tindakan dan stategi adaptif yang dipilih dan disesuaikan dengan lingkungan setempat.
Lingkungan keluarga sebagai unit sosial terkecil yang memiliki peranan besar bagi keberlangsungan budaya belajar. Lingkunagn keluarga menjadi awal bagi setiap individu dalam menggali kebudayaanya yakni melalui upaya sosialisasi dalam bentuk pola pengasuhan anak. Lembaga pendidikan sebagai sarana  budaya belajar yang dikelola oleh orang yang profesional berfungsi ganda, yaitu sebagai sarana mempertahankan nilai, norma dan aturan yang berlangsung dalam kehidupan dan sebagai sarana mengembangkan nilai norma dan aturan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat.

D.    Peran guru dalam mengembangkan antropologi pendidikan
Sejak dini anak harus diajarkan bagaimana untuk menumbuhkan kesadaran terhadap banyaknya keragaman yang terjadi di masyarakat. Anak harus diajarkan saling memahami saling menghargai melalui interaksi dan pembelajaran yang bermakna antar satu dengan yang lainnya. Maka pembelajaran sebaiknya berorientasi pada keragaman latar sosialnya. Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik antara lain:
1.     Penyelenggaraan pendidikan harus memperhatikan pada kesadaran adanya keberagaman
2.     Memahami dan mengenali pengalaman setiap individu peserta didik berdasarkan pada etnis dan keturunan
3.     Orientasi pelayanan bertolak dari kondisi keberagaman menuju kebersamaan
4.     Kiat menunjukan perbedaan untuk membangun kesamaan dan tidak memperbesar perbedaannya.
Konsep hubungan antara pendidik dan interaksi sosialisasi memberikan harapan bagi setiap orang untuk dapat menaikan status/golongan didalam status sosialnya. Konsep ini akan dapat dijadikan acuan oleh para guru untuk memberikan dorongan atau motivasi bagi para siswanya agar mereka belajar untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya dan belajar sampai jenjang pendidikan tertinggi. Guru hendaknya dapat memberikan contoh atau teladan mengenai interaksi sosialisasi tersebut. Sangat tidak diharapkan apabila guru tidak yakin dengan kemampuan siswanya dan memandang rendah para siswanya tersebut khususnya yang berasal dari golongan rendah. Sikap guru yang seperti itu akan menghalangi untuk terjadinya mobilitas sosial. Para guru hendaknya menyadari betul bahwa pendidikan khususnya sekolah memiliki fungsi interaksi sosial yang tinggi.

Rabu, 20 Februari 2013

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL


MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
DAN MAKHLUK SOSIAL

MAKALAH

DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuTugas Mata Kuliah
Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi

Dr. Jenuri, S. Ag. M. Pd.




Oleh:
Hana Hapipah              1103063
Iin Muharomah           1102452
Yuli Kartini                 1107145
IV B PG-PAUD



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013


KATA PENGANTAR

Pujibesertasyukurpenulispanjatkankehadirat Allahswt.karenaberkatrahmat, hidayahdanmaunayahnya, penulistelasmampumenyelesaiakansebuahmakalah yang berjudulManusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. MakalahinidisusununtukmemenuhisalahsatutugasmatakuliahPendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi.
Sebagai makhluk individu  manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut. Untukitu, perlukiranyapenulismenulissebuahmakalah yang mengemukakanmanusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Semogadenganadanyamakalahinidapatmenjadiinspirasibagiparapembaca.
Penulismenyadaribahwaselamapenulisanmakalahinipenulisbanyakmendapatkanbantuandariberbagaipihak.Olehsebabitu, penulismengucapkanterimakasihdansemoga Allah swt.memberikanbalasan yang berlipatganda.
            Makalahinibukanlahkarya yang sempurnakarenamasihmemilikibanyakkekurangan, baikdalamhalisimaupunsistematikadanteknikpenulisannya.Olehsebabitu, kami sangatmengharapkankritikdan saran yang membangun demi kesempurnaanmakalahini.Akhirnyasemogamakalhinibisamemberikanmanfaatbagipenulisdanpembaca.

           

                                                                                    Bandung, Februari 2013
                                                                       

                                                                                    Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ............................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C.     Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................. 2
D.    Manfaat Penulisan Makalah ........................................................................... 3
E.     Prosedur Makalah ........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.    Hakikat Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial.................. 5
B.       Interaksi Sosial dan Sosialisasi dalam Kehidupan Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial    
C.     Masyarakat dan Komunitas.............................................................................
D.    Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Sosial.......................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan .....................................................................................................
B.     Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................











BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara yang satu dengan lainnya baik secara fisik maupun psikis. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran bahwa setiap individu akan berusaha untuk menemukan jati dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin menjadi orang lain sehingga dia akan selalu sadar akan keindividualitasannya.
Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa dalam mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah dengan sendirinya, tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya, tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu dengan lainnya.
Dari kedua hal diatas, manusiasebagaimakhlukindividudanmakhluksosial memiliki fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai makhluk individu  manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut. Untukitu, perlukiranyapenulismenulissebuahmakalah yang mengemukakanmanusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Semogadenganadanyamakalahinidapatmenjadiinspirasibagiparapembaca.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkanlatarbelakangmasalahdiatas, penulismerumuskanrumusanmasalahsebagai berikut.
1.         Apa yang dimaksud manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial?
2.         Bagaimana interaksi sosial dan sosial dalam kehidupan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial ?
3.         Bagaimana perbedaan antara masyarakat dan komunitas?
4.         Bagaimana dilema antara kepentingan individu dan kepentingan sosial?

C.       Tujuan Makalah
Sejalandenganrumusanmasalahdiatas, makalahinidisusundengantujuanuntukmengetahuidanmendeskripsikan:
1.         Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial;
2.         Interkasi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial;
3.         Masyarakat dan komunitas;
4.         Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan sosial.

D.      Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan, baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengetahuan mengenai manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial , secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.        penulis, sebagai penambah pengetahuan mengenai manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
2.        pembaca / guru, sebagai media informasi mengenai manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

E.       Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan metodedeskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritisdalammakalahinidikumpulkanmalaluistudipustaka, artinyapenulismengambil data melaluikegiatanmembacaberbagailiteratur yang relevandengantemamakalah.Data tersebutdiolahdenganteknikanalisisisimelaluikegiatanmengeksposisikan data serta mengaplikasikan datatersebutdalamkontekstemamakalah.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Padadasarnya, manusiaadalahmakhlukindividumanusia yang merupakanbagiandan unit terkecildarikehidupansosialataumasyarakatdansebaliknyasebagaimakhluksosial yang membentuksuatukehidupanmasyarakat, manusiamerupakankumpulandariberbagaiindividu. Adapunuraianlebihlanjutmengenaimanusiasebagaimakhlukindividudanmakhluk social adalah sebagai berikut.
1.      Manusia sebagai Makhluk Individu
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. yang pada hakikatnya mereka sebagai makhluk individu. Adapun yang dimaksud individu menurut(Effendi, 2010: 37) adalah berasal dari kata in dan divided. Dalam bahasa Inggris in mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi atau satu kesatuan. Dalam hal ini, artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani atau fisik dan psikologis, apabila kedua aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai individu.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri khas masing-masing, tidak ada manusia yang persis sama meskipun terlahir kembar. Secara fisik mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan namun secara psikologis akan banyak menunjukan perbedaan. Ciri khas dan perbedaan tersebut sering disebut dengan kepribadian. Kepribadian seseorang akan sangan dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungannya.
Menurut Nursid Sumaatmadja (Effendi, 2010:39) kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya jika mendapat rangsangan dari lingkungan.Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukkan karakteristik yang khas dari seseorang.Secara normal, setiap manusia memiliki potensi dasar mental yang berkembang dan dapat dikembangkan yang meliputi (1) minat (sense of interest), (2) dorongan ingin tahu (sense of curiousity), (3) dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of reality) (4) dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry), (5) dorongan ingin menemukan sendiri (sense of discovery). Potensi ini berkembang jika adanya rangsangan, wadah dan suasana kondusif. Jika fenomena sosial di lingkungannya telah tumbuh potensi-potensi mental yang normalnya akan terus berkembang.
Berawal dari potensi-potensi tersebut, manusia sebagai makhluk individu ingin memenuhi kebutuhan dan kehendaknya masing masing, ingin merealisasikan dan mengaktualisasikan dirinya. Dalam arti ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Setiap individu akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya yang berbeda dengan yang lainnya, tidak ada manusia yang betul-betul ingin menjadi orang lain, dia tetap ingin menjadi dirinya sendiri sehingga dia selalu sadar akan keindividualitasnya.
Menurut Zanti Arbi dan Syahrun (Sadulloh, 2009:81) menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas dirinya, atas pikiran, perasaan, pilihan, dan perilakunya. Orang yang betul-betul manusia adalah orang yang bertanggung jawab penuh. Tidak ada orang lain yang daoat mengambil alih tanggung jawab dalam hidupnya. Kata hatinya adalah kata hatinya sendiri.
Adapun dalam hal ini sebagai pendidik baik orang tua maupun guru kita harus memahami bahwa anak memiliki potensi untuk berkembang yang ingin menjadi pribadinya sendiri. Anak dalam perkembangannya akan memperoleh pengeruh dari luar, baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, tetapi anak akan mengambil jarak terhadap pengaruh-pengaruh tersebut. Dia akan memilihnya sendiri. Pengaruh tersebut akan dia olah secara pribadi, sehingga apa yang dia terima akan merupakan bagian dari dirinya sendiri sehingga anak menjadi pribadi individu yang berbeda dan tidak sama dengan yang lainnya. Selain itu, pendidik harus sadar bahwa anak bukan satu satunya manusia yang berhak untuk mendidik anak tersebut. pendidikan tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti atau menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri. ss
2.      Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan makhluk sosial. Adapun yang dimaksud Istilah sosial menurut Kappara (http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2234715-pengertian-sosial-dan-politik/#ixzz2KfDPhVhf) adalah ”Sosial” berasal dari akar kata bahasa Latin Socius, yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. Adapun dalam hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang hidup bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak dapat lepas dari manusia lain. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.Sepertikitaketahuibahwasejakbayilahirsampaiusiatertentumanusiaadalahmahkluk yang tidakberdaya, tanpabantuan orang-orang disekitariatidakdapatberbuatapa-apadanuntuksegalakebutuhanhidupbayisangattergantungpadaluardirinyaseperti orang tuanyakhususnyaibunya. Bagisibayikeluargamerupakansegitigaabadi yang menjadikelompoksosialpertama di kenalnya.Padaperjalananhidup yang selanjutnyakeluargaakantetapmenjadikelompokpertamatempatmeletakandasakepribadiandan proses pendewasaan yang didalamnyaselaluterjadi “sosialisi”  untukmenjadimanusia yang mengetahuipengetahuandasar, nilai-nilai, normasosialdanetika-etikapergaulan.
Manusiadapatdikatakanmakhliksosialkarenapadadirinyaterdapatdoronganuntukberhubunganatauberinteraksidengan orang lain, dimanaterdapatkebutuhanuntukmencaribertemandengan orang lain yang seringdidasariataskesamaanciriataukepentinganmasing-masing.Manusiajugatidakakanbisahidupsebagaimanusiakalautidakhidup di tengah-tengahmanusia. Tanpabantuanmanusialainnya, manusiatidakmungkinbisaberjalandengantegak.Denganbantuan orang lain, manusiabisamenggunakantangan, bisaberkomunikasiataubicara, danbisamengembangkanseluruhpotensikemanusiaannya.Makhluksosialadalahmakluk yang terdapatdalamberagamaktivitasdanlingkungansosial.Meliputiinteraksinyamaupunbagaimanakehidupannyadalamlingkungan-lingkungansosial yang menjaditempatmanusiaitutinggal.Tempatmerekaberkembangbiakdanmelakukanberbagaiaktivitasdalammengisihidupmerekadenganberkehidupansosial.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa anusia dikatakan sebagaimakhluksosial, karenabeberapaalasan:
a.       Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b.       Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c.       Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d.      Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

B.       Interaksi Sosial dan Sosialisasidalam Kehidupan Manusia sebagai Makhluk individu dan Makhluk Sosial
Manusiasebagaimahkluksosialdalam kehidupan sehari-harinya pasti membutuhkan orang lain. Proses interaksi dan sosialisasi selalu terjadi kapan dan dimanapun manusia itu berada. Dalam hal ini bentuk interaksi sosial sangat bermacam-macam.Pola sosialisasi pun ada bermacam-macam.Untuk lebih jelasnya uraian mengenai interaksi sosial dan sosialisasi adalah sebagai berikut.
1.      Interaksi Sosial
Manusiadikenalsebagaimakhluk individu dan makhluk sosial.Dikatakan makhluk sosial karena manusia sebagai individu saling membutuhkan dan saling berinteraksi dengan manusia atau individu lainnya.Olehsebabitumanusiasebagaimakhluksosialsangatmembutuhkan orang lain padahidupnyauntuksaling memberi, menolong, danmelengkapisatusama lain.
Adapunpengertianinteraksisosialmenurut Effendi (2010:46) adalah kata interaksiberasaldari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antar individu, kelompok social, dan masyarakat.Dalam hal ini berarti bahwa manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari hubungan dengan manusia lainnya.Interaksijugaberartibahwasetiapmanusiasalingberkomunikasidanmempengaruhibisadalampikiranmaupuntindakan.
MenurutGillindanGillin (Effendi, 2010:46) menyatakan bahwa interaksi sosia adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individu, antar kelompok, orang, dan orang perorangan dengan kelompok.Dalamhaliniinteraksisosialbisadilakukanoleh orang perorangan, bisaolehkelompok, jugabisaperorangandengankelompok.
Interaksisosialdimulaidari hal yang terkecil yaitu saling menegur, menyapa, berjabatangan, saling berbicara dan lain-lain.Bahkandalampertengkaranatauperkelahianpuntermasukinteraksisosial.
Interaksisosial yang dilakukan dipengaruhi oleh beberapa faktor.Menurut Effendi (Effendi, 2010:46) interaksisosialterjadidengandidasariolehfaktor-faktor: imitasi, sugesti, identifikasidan simpati.
Faktor yang pertamaadalah imitasi, imitasi merupakan proses peniruan. Kita sebagaimakhluksosialselalumembutuhkan orang lain termasukdalamhalmeniruperilaku orang lain yang positifbagikita. Peniruan sudah dilakukan pada rentan anak usia dini. Anak usia dini merupakan peniru yang ulung, maka dari itu sikap dan perilaku setiap orang dewasa perlu dijaga dan diperhatikan agar peniruan yang dilakukan anak usia dini bersifat positif. Pada proses peniruan ini mudah berubah-ubah karena perkembangan teknologi didunia ini berlangsung secara global dan sangat cepat.
Yang kedua yaitu Sugesti, sugesti adalah suatu proses dimana seorang individu menerima pendapat atau pandangan dari orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. Sugesti merupakan pengaruh psikis yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain. Orang akan mudah menerima sugesti dari orang lain ketika seseorang sedang ada pada kondisi yang dilematis. Dalam hubungan interaksi sosial, arti Imitasi dan sugesti hampir sama perbedaannya adalah dalm imitasi seseorang mengikuti atau meniru orang lain, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau pendapat menurut dirinya dan diterima oleh orang lain.
Yang ketiga yaitu Identifikasi, dalam psikologis identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik atau dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahir maupun batin.
Faktor yang keempatyaitu simpati, simpati yaitu perasaaan yang timbul pada orang lain atas dasar penilaian menurut perasaan didalam dirinya.
2.      Bentuk Interaksi Sosial
Ada beberapa bentuk interaksi sosial yaitu:kerjasama (cooperation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Menurut Gillin dan Gillin bentuk kerjasama dibagi dalam dua proses yang didalamnya terdapat bentuk bentuk khusus. Yang pertama yaitu proses Asosiatif terdiri dari 2 bentuk khusus yaitu akomodasi dan asimilasi. Yang kedua yaitu proses Disosiatif, disosiatif terdiri dari tiga bentuk khusus yaitu persaingan (competition), kontravnersi (contravention), dan pertentangan (conflict).
a.       Bentuk Interaksi Asosiatif
1)      Kerjasama (cooperation)
Kerjasama merupakan salah satu bentuk  interaksi sosial yang sering terjadi dimasyarakat pada umumnya. Kerjasama menggambarkan sebagian besar bentuk interaksi sosial. Dan setiap bentuk interaksi sosial dapat ditemukan pada setiap kelompok manusia. Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya atau kelompok yang lainnya.
Ada tiga bentuk kerjasama yang biasa dilaksanakan yaitu:
a)      Bargaining, yaitu pelaksanaan kerjasama atau perjanjian antara dua organisasi atau lebih mengenai pertukaran barang dan jasa.
b)      Cooperation, yaitu penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau dalam pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas organisasi tersebut.
c)      Coalition, yaitu kombinasi antar dua organisasi atau lebih yang mempunyai pandangan dan tujuan yang sama.
2)      Akomodasi (accomodation)
Dalam interaksi sosial, istilah akomodasi berarti suatu kenyataan adanya keseimbangan dalam interaksi orang perorangan dan kelompok manusia sehubungan dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat.
Ada beberapa bentuk akomodasi, diantaranya:
a)      Coertion adalah bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya suatu paksaan. Contohnya
b)      Compromise adalah salah satu bentukakomodasi dimana pihak yang terlibat perselisihan mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan tersebut. Contohnya
c)      Arbitration adalah suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berselisih tidak sanggup untuk mencapainya sendiri. Contohnya
d)     Mediation cara untuk mencapai penyelesaina dalam perselisihan dengan cara menghadirkan orang ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Contohnya dalam sidang perceraian.
e)      Concilitation adalah usaha untuk mengabulkan atau mempertemukan keinginan pihak yang berselisih agar tercapainya suatu persetujuan bersama. Contohnya
f)       Tolerantion adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal. Contohnya toleransi dalam beribadah.
g)      Stelemate adalah suatu akomodasi dimana pihak pihak yang berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Contohnya
h)      Adjudication adalah perselisihan perkara atau sengketa dipengadilan.
b.      Bentuk Interaksi Disosiatif
1)      Persaingan (competition)
Persaingan merupakan bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk memperoleh keuntungan tertentu baik bagi dirinya maupun kelompoknya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekersan.
2)      Kontravensi (contravention)
Kontraversi adalah rperasaaan yang menggejolak yang ada pada diri seseorang yag ditandai oleh adanya ketidakpastian dalam diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan kebencian terhadap orang lain. Tapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menimbulkan pertentangan atau pertikaian.
3)      Pertentangan (conflict)
Pertentangan merupakan suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha utuk mencapai tujuannya dengan cara menentang pihak yang lain atau pihak yang menghalangi dengan ancaman atau tindak kekerasan.
Bentuk-bentuk pertentangan dibagi beberapa macam, antara lain:
a)      Pertentangan pribadi, yaitu pertentangan yang dilakuakan oleh antar individu.
b)      Pertentangan rasional, yaitu pertentangan yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan ras.
c)      Pertentangan kelas sosial, yaitu perbedaan yang ditimbulkan karena adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial.
d)     Pertentangan politik, yaitu pertentangan yang biasanya terjadi diantara partai-partai polotik untuk mencapai keinginannya.
3.      Sosialisasi
Sosialisasi sangat erat kaitannya terhadap manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kita harus senantiasa hidup bersosial dengan orang lain agar dapat saling membantu, melengkapi, dan mencapai tujuan hidup kita. Menurut Berger (Effendi, 2010:49) mendefinisika sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member of society” yaitu suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dalam hal ini jelas dikatakan bahwa proses sosialisasi dimulai dari sejak anak usia dini hingga usia seseorang berakhir. Proses sosialisasi terus dilakukan selama kita masih hidup dan masih membutuhkan orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses dimana seseorang dapat berinteraksi dan berpartisipasi dengan masyarakat yang ada disekitarnya.
Setiap orang harus mempelajari peranan-peranan yang ada dalam masyarakat. Seseorang belajar memahami apa peranan dirinya yang harus dijalankan dalam masyarakat dan apa peranan orang lain yang harus dijalankan dalam masyarakat. Dengan mengetahui peranan yang ada didalam masyarakat maka timbullah proses interaksi sosial dengan orang lain. Menurut teori George Herbert Mead menjelaskan bahwa tahapan-tahapan pengembangan diri manusia dalam berinteraksi dibagi dalam beberapa tahap yaitu: play stage, game stage, dan tahap generalized other.
Tahap pertama yaitu play stage terjadi pada anak usia dini. Pada tahap ini anak mulai menirukan apa yang dilakukan oleh orang disekelilingnya terutama orang tuanya. Ia mulai menirukan apa yang biasa dilihatnya sehari-hari. Contohnya dalam bermain anak terkadang bermain peran yang dijalankan sebagai ibu atau ayah dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada tahap ini anak belum mengerti memahami peranan-peranan yang ditirunya. Tahap kedua yaitu game stage, pada tahap ini anak sudah mengetahui peranan yang harus dijalankannya dan juga anak telah mengetahui peranan yang haru dijalankan oleh orang lain. Contohnya dalam pertandingan sepak bola. Ketika anak menjadi kiper ia mengetahui tugasnya adalah menjaga agar gawangnya tidak termasuki bola oleh lawannya. Dan ia juga mengetahui peran teman-temannya dan peran tim lawan. Ia juga mengetahui peran wasit, hakim garis, pelatih dan lain sebagainya. Tahap ketiga yaitu generalized other, pada tahap ini seseorang sudah mampu mengambil peranan peranan yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Ia telah mampu berinteraksi dengan orang lain dan memahami dengan siapa ia berhadapan dan berinteraksi. Contohnya ketika ia menjadi seorang anak ia mampu memahami peran yang dijalankan orang tuanya. Ketika ia jadi siswa ia mampu memahami peran yang dijalankan oleh gurunya. Ketika ia jadi karyawan ia mampu memahami peran yang dilakukan atsannya dan laun sebagainya. Dari ketiga tahap tersebut terlihat jelas bahwa diri seseorang terbentik karena adanya interaksi sosial.
Setiap makhluk hidup pasti sangat membutuhkan proses sosialisasi, baik itu dimulai dari anak usia dini sampai dewasa bahkan sosialisasi berjalan seumur hidup.apa yang terjadi jika sejak usia dini anak tidak mengalami sosialisasi ? pasti anak tidak akan menjadi manusia seutuhnya, karenan kemampuan seseorang untuk berperan sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada proses sosialisasi. Ketika seseorang tidak mengalami sosialisasi maka yang terjadi adalah orang itu tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. Contohnya banyak ditemuakan anak anak yang terlantar dihutan dan dibesarkan oleh hewan atau yang disekap oleh orang tuanya sejak kecil. Mereka tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Mereka cenderung bagaimana berprilaku seperti hewan, mereka tidak dapat berbicara, tidak dapat berpakaian bahkan tidak dapat tertawa atau menangis. Ketika anak-anak itu diselamatkan dan diberi terapi seperti manusia umumnya, mereka mungkin bisa menerima sedikit demi sedikit perubahan pada diri mereka untuk menjadi manusia seutuhnya namun kemampuan mereka tidak akan mampu menyamai kemampuan anak lain yang sebaya dengannya, karena kemampuan kemampuan tertentu hanya dapat diajarkan pada periode tertentu dikehidupan anak. Bila proses sosialisasinya terlambat, maka proses tersebut tidak akan berhasil atau hanya berhasil untuk sebagian kecil saja. Mereka juga tidak akan menjadi manusia seutuhnya karena mereka tidak pernah tersosialisasi secara wajar dan mereka cenderung meninggal dengan usia muda.
Sosialisasi dilakukan oleh semua individu yang bersosial. Ada beberapa pihak yang membantu melaksanakan sosialisasi yaitu keluarga, kelompok bermain media massa dan sistem pendidikan. Peran agen utama yaitu orangtua merupakan peran penting bagi anak untuk bersosialisasi. Orang tua merupaka awal dimana kita melakukan interaksi dengan dunia pertama kita. Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan yang paling utama dalam hal pertumbuhan dan perkembangan anak begitupun dengan perkembangan sosialisasi mereka. Maka orang tua hendaknya mengoptimalkan proses sosialisasi pertama untuk anak. Kelompok bermain juga tidak kalah pentingnya dengan orang tua. Melalui kelompok bermain anak mulai bisa belajar bersosialisasi secara umum. Bagaimana ia berinteraksi dengan teman sebayanya, bagaimana ia menyelesaikan suatu permasalahan dalam berinteraksi dengan temannya dan juga bagaimana ia bisa memilih teman yang sejalan dengannya. Agen yang ketiga yaitu media massa. Media masa sangat erat kaitannya dengan teknologi yang makin maju dan berkembang. Media masa pun sangat penting untuk sosialisasi dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita
4.      Bentuk dan Pola Sosialisasi
Sosialisasi dalam hal ini vfnwavfbejhgaxhbfmejarhrnjfmesrkjythfjreky
a.         bentuk-bentuk sosialisasi
sosialisasi merupakan salah satu bentuk manusia dalam mempertahankan interaksi dengan lingkungannya. Proses ini berlangsung sepanjang hidup manusia.
Bentuk sosialisasi dibedakan menjadi dua yaitu sosialisasi primer dan sekunder. Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dilakukan oleh seluruh individu sejak ia kecil. Sosialisasi primer tidak ada proses identifikasi dan pada masa inilah dumia pertama anak terbentuk. Sosialisasi primer berakhir ketika konsep tentang orang lain pada umumnya telah terbentuk dan tertanam dalam kesadaran individu. Pada titik ini ia merupakan anggaota efektif masyarakat.
Yang kedua yaitu sosialisasi sekunder, sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objek masyarakat. Apabila sosialisasi ini tidak berjalan maka akan menimbulkan dampak yaitu pengetahuan yang dimiliki akan sangat sederhana.
b.      pola sosialisasi
pada dasarnya ada dua pola sosialisasi, yaitu pola represi (kekerasan/hukuman) dan pola partisipasi. Sosialisasi menggunakan pola represi menekankan pada penggunaan hukuman atau kekerasan apabila terdapat dan melakukan kesalahan. Adapun ciri-ciri lain dalam penggunaan prose represi yaitu penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan terhadap orang tua, penekanan terhadap komunikasi satu arah non verbal dan berisi perintah, sosialisasi terhadap orang tua dan keinginan orangtua dan lain-lain.
Sosialisasi secara partisipasi merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan ketika ia berlaku baik , hukuman dan imbalan berupa simbol, anak diberi kebebasan, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, kebutuhan dianggap sangat penting dal=n lain sebagainya.

C.      Masyarakat dan Komunitas
Dalamkehidupansebagaimaklukindividudansosial, manusiaselaluberhubungandan tidak dapat lepas denganmasyarakatdankomunitas.Seringkalipenggunaankeduaistilahtersebuttertukardalampenggunaannya, padahal pada hakikatnya kedua istilah tersebut tidaklah sama. Terdapat perbedaan mendasar antara kedua konsep tersebut, dan untuk mengetahui lebih lanjut, berikut akan penulis sajikan beberapa devinisi masyarakat dan komunitas menurut para ahli sebagai berikut.
1.      Masyarakat
Krech, Crutchfield, dan Ballachey (Effendi, 2010: 59) mengemukakan devinisi masyarakat sebagai ”a society is that it is an organized collectivity of interacting people whose actives become centered around a set of common goals, and who tend to share common beliefs, attitudes, and of action.” Dari devinisi tersebut dapat ditarik kesimpulan unsur-unsur yanga ada dalam masyarakat adalah kolektivitas interaksi manusia yang terorganisasi, kegiatannya yang terarah pada sejumlah tujuan yang sama, memilikin kecenderungan untuk memiliki keyakinan, sikap, dan bentuk tindakan yang sama. Dalam hal ini, interkasi dan tindakan itu tentu saja interaksi serta tindakan sosial.
Selanjutnya, Fairchild et al (Effendi, 2010: 59) memberikan batasan masyarakat sebagai berikut.
Society is a group human beings cooperating in the pursuit of several of their major interest, invariaby including selfmaintenance and self perpetuation. The concept of society includes continuity, complex associational relationships, and a composition including representatives of fundamental human types, specifically men, women, and childern.
Menurut konsep di atas, karakteristik dari masyarakat itu adalah adanya sekelompok manusia yang menunjukan perhatian bersama secara mendasar, pemeliharaan kekekalan bersama, perwakilan menusia menurut sejenisnya yang berhubungan satu sama lain secara berkesinambungan. Dengan demikian, relasi manusia sebagai suatu bentuk masyarakat itu tidak terjadi dalam waktu yang singkat, melainkan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif cukup lama.
Dari beberapa devinisi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan hubungan, bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam wkatu yang relatif lama yang menempati kawasan tertentu.
2.        Masyarakat Setempat/ Komunitas
Masyarakat setempat  atau komunitas merupakan bagian kelompok dari masyarakat dalam lingkup yang lebih kecil, serta ikatan kebersamaannya yang kuat dan lebih terikat oleh tempat.
Adapun menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto (Effendi, 2010: 62) istilah community dapat diterjemahkan sebgai masyarakat setempat, istilah ini menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok hidup bersam sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin hubungan sosial.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan social yang tertentu. Jadi dasar-dasr dari masyarakat setempat adalah lokalitas atau wilayah, perasaan sepenanggungan dan hubungan sosial tertentu yang merupakan perasaan saling ketergantungan .
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa devinisi masyarakat dengan masyarakat setempat/ komunitas. Devinisi masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedangkan devinisi masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh area kawasan serta sejumlah warganya. Ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuan lebih erat masyarakat setempat dibandingkan dengan masyarakat.
Lebih lanjut dalam kehidupan masyarakat, Ferdinand Tonnies (Effendi, 2010: 65) mengemukakan pemnbagian masyarakat dengan sebutan masyarakat gemainchaft dan geselshaft. Masyarakat gemainchaft atau disebut juga paguyuban adalah kelompok masyarakat dimana anggotanya sangat terikat secara emosional dengan yang lainnya dan biasanya cenderung sebagai refleksi masyarakat pedesaan. Sedangkan masyarakat geselshaft atau patembeyan ikatan-ikatan diantara anggota anggotanya kurang kuat dan bersifat rasional, biasanya cenderung sebagai refleksi masyarakat perkotaan.

D.      Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Sosial
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosialselaluterdiridariduakepentingan, yaitukepentinganindividu yang termasukkepentingankeluarga, kelompokataugolongandankepentinganmasyarakat yang termasukkepentinganrakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkankebingunganataudilemamanusiajikamerekatidakbisamembagikepentinganindividudankepentinganmasyarakat.Persoalanpengutamaankepentinganindividuataumasyarakatinimemunculkanduapandangan yang berkembangmenjadipaham/aliranbahkanideologi yang dipegangolehsuatukelompokmasyarakat. Adapun  Ariska (http://iraars-meandmyself.blogspot.com /2012/03/manusia-sebagai-mahluk-individu-dan.html) mengemukakan dua pandangan yaitu pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut kami sajikan uraian berikut.
1.      Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme) pada abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke, Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut.
a.       Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial, Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan.
b.      Pemberian kebebasan penuh pada individu. Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing.Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.
2.      Pandangan Sosialisme
Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan. Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi. Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih oleh system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang lebih luas. Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara untuk meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat produksi oleh perorangan. Paham  marxisme/komunisme dipelopori oleh Karl Marx (1818-1883).
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang hakikat manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam lapangan ekonomi dan sosial.  Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin terjadi kemakmuran, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.
Negara indonesia yang berfilsafahkan pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut filsafat pancasila, manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, yang secara hakikat bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Bangsa indonesia memiliki prinsip penempatan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. Demi kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan hak-hak dasar setiap warga negara.

 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkanuraianbabsebelumnya, penulisdapatmengemukakankesimpulansebagaiberikut.
1.         Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan antara jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila kedua unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
2.         Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial. Salah satunya dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain yang satu sama lain saling membutuhkan. Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk sosial setiap individu dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu proses  dimana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
3.         Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan masyarakat. Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh kawasan tertentu. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuannya lebih erat pada masyarakat setempat dibandingkan dengan masyrakat.
4.         Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan oleh dua kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang berkembang yaitu pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Sebetulnya kedua kepentingan tersebut tidak dapat dipisahkan dan bukanlah pilihan.
.
B.     Saran
Sejalandengankesimpulandiatas, penulismerumuskan saran sebagaiberikut.
1.         Setiap individu hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga mereka mampu menghargai satu sama lain dalam arti tidak mengambil hak orang lain ketika bertindak sebagai makhluk sosial dan sebaliknya.
2.         Dalam upaya pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati keindividualitasan, karakteristik, keunikan dan kepribadian anak. pendidikan tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti dan menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.
3.         Pembentukan proses sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial hendaknya harus didukung oleh semua pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat juga tenaga pendidik harus membantu menstimulasinya.
4.         Kesempatan berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam bersosialisasi dengan orang lain. Hendaknya kita sebagai calon guru dan calon ibu harus sadar bahwa pemberitahuan, pemberian contoh dan pembiasaan sangat penting dan dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan orang lain dimasyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Ariska, I. (2013). Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. [Online]. Tersedia: (http://iraars-meandmyself.blogspot.com /2012/03/manusia-sebagai-mahluk-individu-dan.html). [6 Februari 2013]
Effendi, R. dan Setiadi, E.M. (2010). Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya dan Teknologi. Bandung: UPI Press.
Kappara. (). Pengertian Sosial dan Politik. [Online]. Tersedia: (http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2234715-pengertian-sosial-dan-politik/#ixzz2KfDPhVhf). [11 Februari 2013].
Sadulloh, U. (2003). Pengantar Filsafal Pendidikan. Bandung: Alfabeta.