Perkembangan Sosial
A. Pengertian
perkembangan sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial yang sesuai dengan tuntutan yang berlaku
dimasyarakat. Kematangan tersebut diperoleh dari proses belajar dan bertujuan
agar tingkah laku anak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat.
Pembentukan perkembangan sosial dimuai dari sejak konsepsi hingga akhir hayat.
Interaksi sosial anak dimulai ketika ia masih bayi yaang berinteraksi dengan
orangtuanya. Seseorang bisa bersosialisasi karena adanya kesempatan untuk
berinteraksi dengan orang lain.
B. Proses
perkembangan sosial
Menurut Hurlock (nugraha,2008:1.18)
menyatakan bahwa ada tiga proses sosialisasi:
1. Belajar
untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat
2. Belajar
memainkan peran sosial dimasyarakat
3. Mengembangkan
sikap/tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada
dimasayarakat.
Berdasarkan proses sosialisasi tersebut
individu dapat dibedakan menjadi tiga kelompok. Yaitu kelompok individu sosial individu
nonsosial dan individu antisosial. Individu sosial yaitu mereka yang tingkah
lakunya mencerminkan ketiga proses sosialisasi tersebut dan mereka selalu
diterima dan diinginkan sebagai anggota kelompok. Sedangkan individu nonsosial
adalah orang yang tidak berhasil memcerminkan ketiga kelompok sosialisasi
tersebut. Mereka tidak mengetahui apa yang diharapkan kelompok sosial sehingga
apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan harapan sosial. Dari individu
nonsosial bisa saja berubah menjadi individu antisosial, yaitu individu yang mengetahui
harapan dari kelompok sosial tetapi sengaja melawan hal tersebut dan berakibat
individu ini terkucilkan dari masyarakat.
Ada pula para ahli yang menyebutkan
istilah individu yang introvert dan extrovert. Introvert adalah kecenderungan seseorang
yang menarik diri dari lingkungannya. Dalam pengambilan keputusan, minat dan
juga sikapnya selalu didasari denagn perasaan dan pengalamannya sendiri.
Biasanya orang tersebut pendiam,tidak membutuhkan orang lain karena ia merasa
kebutuhannya telah bisa ia penuhi sendiri. Sedangkan extrovert adalah
kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga
segala minat, bakat dan keputusan yang diambil lebih ditentukan oleh peristiwa
yang terjadi diluar dirinya. Orang yang extrovert biasanya cenderung aktif,
suka berteman dan ramah.
C. Faktor
yang mempengaruhi perkembangan sosial
Perkembangan sosial khususnya pada anak
usia dini lebih dipengaruhi oleh 4 faktor. Yaitu faktor keluarga, faktor lingkungan
rumah/keluarga, faktor kematangan dan faktor pendidikan.
Faktor keluarga merupakan faktor
terpenting dalam perkembangan sosial anak usia dini, karena ketika anak
dilahirkan yang paling pertama bersosialisasi atau berinteraksi yaitu dengan
kedua orang tuanya. Ketika sosialisasi anak dengan orang tua baik, maka
perkembangan pada tahap selanjutnya akan dilalui anak dengan mudah.
Faktor lingkungan rumah atau masyarakat
sangat berpengaruh penting bagi perkembangan sosial anak. Ketika anak dapat
berinteraksi dengan baik dan diterima dilingkungan sekitarnya maka anakpun akan
merasa nyaman dan bebas. Begitu pula sebaliknya, ketika proses sosialisasi anak
tidak diterima dimasyarakat, maka akan terjadi penghambatan dalam proses
sosialisasinya dan anak akan melakukan perilaku yang menyimpang.
Faktor kematangan merupakan salah satu
aspek penting dalam sosialisasi. Ketika anak sudah matang dalam
perkembangannya, maka anak tersebut akan mudah dalam melakukan sosialisasi.
Tetapi jika kematangannya belum sempurna maka penyesuaian diri terhadap
lingkungannya akan terhambat.
Faktor yang tidak kalah pentingnya
dengan yang lain yaitu faktor pendidikan. Bagaimana seorang guru dapat
berkontribusi dalm perkembangan sosial anak. Guru harus memberikan pengawasan,
pengarahan juga motivasi yang baik dalam pergaulan sosial juga tidak lupa
pemberian contoh sangat diperlukan bagi anak usia dini.
D. Peran
bermain dalam mengembangkan keterampilan sosial anak
Bermain merupakan salah satu aktivitas
yang menyiapkan anak untuk menghadapi pengalaman sosialnya. Pengalaman tersebut
menjadikan anak dapat menentukan sikap kepada orang lain. Ada beberapa sikap
yang dapat dikembangkan melalui bermain, diantaranya:
1. Sikap
sosial
Bermain
mendorong anak untuk meninggalkan sikap egosentrisnya. Anak belajar
mempertimbangkan sudut pandang temannya, belajar bekerjasama, belajar menunda
keinginan beberapa saat, belajar berbagi, bersaing jujur, bertanding sportif,
dan peduli terhadap orang lain.
2. Belajar
berkomunikasi
Anak
didorong untuk bisa berkomunikasi dengan baik agar iabisa mengerti dan
dimengerti oleh teman-temannya. Anak belajar bagaimana menjalin hubungan sosial
dan bagaimana menghadapi dan menyelesaikan masalah.
3. Belajar
mengorganisasi
Saat
bermain bersama teman sekelompoknya anak belajar bagai mana berorganisasi.
Misalnya dengan pembagian peran yang diatur mereka, atau pembagian kelompok
menjadi kelompok kecil.
4. Lebih
menghargai orang lain dan perbedaan
Dalam
bermain dengan temannya anak belajar saling menghargai dan toleransi terhadap
perbedaan yang ada diantara mereka. Kemampuan empatinya akan dikembangkan,
membangun pemahaman yang lebih baik terhadap orang lain, lebih toleran serrta
mampu berlapang dada atas perbedaan yang terjadi.
5. Menghargai
harmoni dan kompromi
Ketika
anak sering bersosialisasi maka pengalamannya pun semakin bertambah dan akan
tumbuh kesadaran akan adanya peran sosial dimasyarakat, pentingnya
persahabatan, perlunya menjalin hubungan dengan orang lain serta mampu
menempatkan diri diantara orang lain.
Menurut
Patmonodewo, ada lima tingkatan dalam bermain sosial untuk anak yaitu:
1. Bermain
solitaire
Bermain solitaire yaitu ketika anak
bermain dalam satu ruangan, mereka tidak mengganggu dan tidak memperhatikan
satu sama lain. Contohnya didalam ruangan ada dua anak. Anak yang satu asyik
dengan boneka mainanya, anak lainnya asyik dengan mobil-mobilannya.
2. Bermain
sebagai penonton/pengamat
Bermain sebagai penonton atau
pengamat anak mulai peduli terhadap teman temannya yang berada satu ruangan.
Selama anak menjadi penonton ia sangat pasif padahal ia sangat mengamati dan
memperhatikan temannya.
3. Bermain
pararel
Bermain pararel yaitu permainan
dimana beberapa anak bermain bersama dengan mainan yang sama dalam satu
ruangan. Namun apa yang dilakukan masing-masing anak yidak saling bergantung
dan berhubungan. Jika seorang anak meninggalkan area permainan maka permainnan
tersebut masih bisa berjalan.
4. Bermain
asosiatif
Bermain asosiatif yitu permainan
yang melibatkan beberrapa orang anak namun belum terorganisir. Masing-masing
anak tidak mendapat peran secara spesifik sehingga jika ada anak yang tidak
mengikuti atauran permainan tetap dapat berlangsung.
5. Bermain
kooperatif
Bermain kooperatif dilakukan secra
berkelompok masing-masing anak memiliki peran yang spesifik untuk mencapai
tujuan permainan. Contohnya ada anak yang bermain peran menjadi penjual dan
pembeli, ketika anak yang menjadi pembeli meninggalkan permainan, maka
permainan tersebut tidak dapat dilanjutkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar