Laman

Selasa, 13 Mei 2014

aku merindukanmu, ibu...

14 hari setelah keprgian ibu, ah entah kata apa yang bisa menggambarkan perasaan ini,
teringat semua kebaikannya selama ini
baju, tas, sepatu aaah semua yang dia beri
terimakasih bu, maaf sekali hana belum berbalas jasa pada ibu
semoga Allah senantiasa melapangkan kubur ibu...
sampai saat ini menangis itu hal yang pasti ketika mengingat ibu
bahkan setiap hal kecil yang mengingatkan padanya sesak sekali didada
memang kematian hanya Allah yang kendalikan, kami hanya bisa berdoa untuk kebaikannya
pernah suatu ketika aku berandai-andai memohon pada Allah agar mengembalikan nyawa ibu, jangan secepat ini ya Rabb engkau ambil nyawa ibu
yah tapi Allah maha tau maha baik maha memberi yang terbaik untuk ibu
Allah sangat menyayangimu bu hingga engkau lebih cepat menghadap-Nya
semoga Allah melimpahkan semua rahmat dan karunia-Nya pada ibu amin
29 april tepatnya ibu wafat, khusnul khotimah tentunya (Amin), tapat hari itu aku berfikir bagaimana kedepannya tanpa ada ibu
bagaimana aku bertanya mengenai anak didiknya yang aku ajari les setiap sabtu
bagaimana aku bertanya apa yang harus ku ajarkan pada mereka
apa yang harus ku kembangkan dalam pembelajaran les ku
ah ibu ini terlalu cepat.....
aku merindukan mu ibu
bu sekarang tiap hana kerumah yang pertama kali dilihat adalah foto ibu disebelah kamar ibu
hana hanya bisa mendoakan ibu
maaf belum bisa memberi dan menunjukan yang terbaik hingga saat ibu wafat
bu, sekarang anak didik ibu nambah dua orang yang di les sama hana
aleum sama robi, sebenarnya banyak sekali yang mesti hana tanyain tentang mereka berdua
terimakasih bu, semua ini berkat ibu yang mempercayakan hana menjadi guru les anak didik ibu
makasih bu, setelah lidya, sami, dan alika, sekarang nambah robi dan aleum
rezeki yang Allah kasih lewat ibu, makasih bu terimakasih
banyak hal yang ingin hana sampaikan setelah kepergian ibu,
mengenai faisal anak bungsu ibu yang hana sayangi bu, doakan kita agar selalu dalam kebaikan ya bu, ridhoi kita semoga a isal bisa jadi imam hana amin
tentang teh isti dan teh ade bu, teh isti yang selalu merindukan ibu dalam keadaan apapun, teh ade yang sekarang hamil cucu ibu, fani agak rewel semenjak ibu pergi, bahkan anak-anak didik ibu yang selalu merindukan ibu
itu hanya sebagian kecil yang ingin hana bicarakan
semoga ibu tenang disana, dilapangkan kuburnya, diterangi kuburnya, dijauhkan dari siksa kubur, ditempatkan ditempat yang paling indah dan dekat dengan Allah ... amin
bu, ini satu satunya foto yang hana punya buat ibu, maaf hana belum bisa membuat kenangan indah lebih banyak sama ibu, makasih atas segala kebaikan yang ibu kasih ke hana, makasih atas pengalaman ilmu dan pengalaman guru yang hana terima dari ibu, makasih telah melahirkan faisal yang menyayangi hana apa adanya hingga saat ini, terimakasih bu, maafkan atas kesalahan hana selama ini, i love you bu, i love you so much... forgive for every mistake from me, i miss you, really miss you :*

13 mei 2014
yang merindukanmu ibu

Minggu, 23 Maret 2014

Pengaruh Pendidik Muslim Pada Pendidikan Anak Usia Dini


Pengaruh Pendidik Muslim
Pada Pendidikan Anak Usia Dini

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Seminar Pendidikan Agma Islam

Dosen
Dra. Hj. Titing Rohayati, M.Pd










Oleh:




Oleh:

Dian Surya Aprilyanti                        1103011
Irma Noffia                             1105161
Rini Fitriani                            1105963
           

V B PG-PAUD



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013




BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu cara dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan meningkatkan kualitas dari tenaga pendidiknya. Seorang pendidik adalah pigur yang memiliki pengaruh besar terhadap jalannya perkembangan yang dilalui oleh anak,  keberhasilan seorang anak dimasa yang akan datang tergantung pada  bagaimana cara lingkungan di sekitarnya memberikan pengaruh terhadap kehidupannya. Oleh karena itu, penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui dan dapat mengimplementasikan berbagai metode dalam mendidik anak.
Sejalan dengan pemaparan diatas, partisipasi guru sebagai pendidik dapat dengan menggunakan metode yang digunakan oleh Rasulullah saw. dalam mendidik sebagai contoh teladan guru.  Pigur pendidik muslim memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan karena upaya dalam  mendidik tidak hanya mengedapankan keberhasilan didunia akan tetapi keberhasilan di akhirat. Hal ini sejalan dengan Firma-Nya Qs. Al’ahzab ayat 21:
      لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Kebesaran Allah swt. atas rahmat-Nya yang telah menciptakan seorang Rasul yang dapat menjadi teladan hingga akhir jaman. Namun dalam perkembangan kehidupan yang semakin berkembang dengan pesat, tidak sedikit umat manusia yang melupakan Rasulullah saw. sebagai suri teladan. Kenyataannya,  di dalam mendidik anak terkadang orang tua atau pendidik mengalami kendala untuk membentuk kepribdian anak yang berakhlak mulia. Hal ini terjadi karena anak mengalami masalah dalam dirinya yaitu anak yang mengalami ketidaknormalan atau  anak normal tetapi menunjukkan perilaku yang bermasalah.  Hal tersebut adalah berbagai tantangan bagi pendidik untuk dapat memperbaiki akhlak-akhlak anak didiknya, selain mengembangkan kemampuan intelektual anak didik. Diperlukanlah pigur pendidik muslim yang dapat membantu serta memperbaiki akhlak, moral, budi pekerti dan budaya-budaya hedonisme yang terjadi saat ini.
Dengan demikian, penulis menyusun makalah ini sebagai salah satu media informasi tentang pentingnya ”Pengaruh Pendidik Muslim pada Pendidikan Anak Usia Dini”. Semoga pembaca khususnya calon pendidik dapat menjadi pigur pendidik muslim yang berpengaruh bagi terciptanya pendidikan bangsa yang madani.
B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1.     Bagaimana metode Rasulullah saw. dalam mendidik?
2.     Bagaimana tugas pigur pendidik muslim dalam proses pembelajaran?
3.     Bagaimana sikap pigur pendidik muslim dalam menyikapi anak yang bermasalah?

C.      Tujuan penulisan makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.     Metode Rasulullah saw. dalam mendidik;
2.     Menjelaskan tentang tugas pigur pendidik muslim dalam proses pembelajaran;
3.     Menjelaskan sikap pigur pendidik muslim dalam menyikapi anak yang bermasalah.


D.      Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat baik itu secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini bermanfaat sebagai pentingnya pigur pendidik muslim dimiliki oleh para pendidik. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.       Penulis, sebagai cara untuk menambah pengetahuan khususnya tentang pentingnya figure pendidik muslim;
2.       Pembaca/guru, sebagai media informasi tentang pentingnya figure pendidik muslim  baik secara teoritis maupun secara praktis.

E.      Metode Penulisan Makalah
Metode yang digunakan dalam menyusun makalah, mengumpulkan data, dan menganalisis data menggunakan teknik pustaka artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah.

F.       Sistematika Uraian
KATA PENGANTAR , DAFTAR ISI , BAB I PENDAHULUAN (Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan Makalah, Manfaat Penulisan makalah, Metode makalah, Sistematika Uraian), BAB II KAJIAN TEORI, BAB III PEMBAHASAN (Metode Rasulullah saw dalam mendidik, Alasan figure pendidik muslim penting dimiliki oleh seorang pendidik, Menjelaskan hambatan dan solusi bagi seorang pendidik muslim pada masa kini), BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN (Kesimpulan, Saran)


BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam Undang-Undang sistem pendidikan Nasional (2003) pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa Pendidikan anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
 Tercapainya setiap perkembangan anak merupakan cerminan dari keberhasilan pendidik dalam membimbingnya. Menjadikan anak yang memiliki akhlak mulia akan sulit untuk diraih jika pendidiknya sendiri tidak memiliki contoh teladan yang baik dalam mengajar. Untuk itu, menjadi pigur pendidik muslim merupakan sosok yang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Arham (www.diatercinta.pun.bz/pengertian-muslim.com) menyatakan “muslim berarti berserah diri”. Pendidik muslim merupakan pigur yang membimbing, mengajar, dan melatih anak didik nya disertai niat hanya karena Allah swt.
Rasulullah saw. merupakan teladan terbaik bagi umat manusia. Semua umat muslim di dunia mengenal bagaimana sosok Rasulullah saw. sesungguhnya. Oleh sebab itu sebagai umat Islam kita patut untuk menjadikan Rasulullah saw. sebagai figur atau referensi dari segala hal terutama dalam pendidikan Islam bagi anak. Ditegaskan bahwa Rasulullah saw. adalah sosok penyabar, baik, suka menolong kepada siapapun, penyayang, sehingga contoh terkecil yang dilakukan oleh Rasulullah saw. adalah sebagai acuan cara mendidik anak dengan Islami. Hal ini sejalan dengan Firman-Nya dalam Qur’an Surat Al-Anbiya:107
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya            :“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)                             rahmat bagi             semesta alam. (qs.alanbiya:107)”
Dalam hadist-hadist terpercaya yang telah dikumpulkan para ulama (Wendi Zarman 2011:158) menyatakan bahwa metode pendidikan Rasulullah saw. dapat diterapkan dalam pendidikan dalam rumah tangga ataupun di sekolah (1) menasehati melalui perkataan; (2) mendoakan anak; (3)memberikan pujian sebagai motivasi; (4) memberikan kasih sayang yang tulus; (5) mendidik dengan keteladanan. Sosok Rasulullah saw. memberikan petunjuk bagi pendidik dalam hal mendidik anak. Hingga sebenarnya anak mendapatkan haknya dalam memperoleh pendidikan dan pendidik dapat melaksanakan kewajibannya dalam mendidik anak dengan baik. Allah swt. berfirman dalam QS.Ali Imran ayat 14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-                  apa      yang diingini yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan binatang-binatang ternak dan SAWah    ladang.”
            Sejalan dengan ayat tersebut diterangkan bahwa anak adalah salah satu anugrah dari Allah swt. sebagai titipan dunia yang harus dipertanggung jawabkan dalam segala hal, termasuk dalam pendidikan.  Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan anak sebelum ia dilahirkan. Masa kanak-kanak dalam kehidupan manusia mempunyai kedudukan yang sangat penting. Karena masa kanak-kanak merupakan umur-umur paling penting yang didalamnya kepribadian anak terbentuk juga. Dari masa kecil pengendalian keagamaan, pengetahuan terhadap hal-hal yang haram dan mubah pada diri seorang anak telah terbentuk. Begitu pula dengan hati nuraninya dari sisi moral, sosial dan emosionalnya. Hal itu karena anak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya terutama dari orang dewasa, yaitu anak cepat meniru, dan menerima apa adanya masalah-masalah agama.
            Sejalan dengan hal tersebut, Rishelcha (www.blogspot.com) menyatakan tugas khusus pendidik adalah “(1) Sebagai pengajar (instruksional) (2) Edukator (3) Pemimpin ( managerial) pakar lain menyebutkan Abdul mustaqim 2005 : 103 menyatakan bahwa, tugas pendidik muslim dalam mendidik anak adalah (1) mengembangkan perilaku moral pada anak (2) mengajarkan sopan santun kepada anak (3) memahami bakat dan mengembangkan kreativitas (4) menumbuhkan dan meningkatkan minat baca anak (5) mengurangi kemanjaan dan mendidik anak. Tugas bagi pendidik dalam mendidik anak menurut Abdul Mustaqim 2005: 38 tentu tidak mudah, maka dari itu seorang pendidik haruslah dapat menjadi sosok yang dapat diteladani anak seperti (1) sabar (2) lemah lembut (3) luwes dalam bertindak dan (4) bersikap moderat. Sikap pendidik tersebut akan terlihat dalam keseharian pendidik, hingga anak akan meniru setiap langkah, dan gerak gurunya disadari atau tidak.
Cara mendidik anak tidak hanya dilakukan oleh pendidik di sekolah, akan tetapi cara mendidik anak juga harus selalu senantiasa dilakukan di luar sekolah atau rumah yaitu oleh orang tua. Sehingga peran pendidik ataupun orang tua harus mampu memberikan lingkungan yang cocok sehingga anak terdidik dan tumbuh dengan baik di dalamnya. Sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah saw bahwa memberikan pendidikan bagi anak harus dengan penuh kasih sayang. Di dalam pendidikan Islam itu bukan hanya teori – teori saja yang diajarkan, akan tetapi implementasi secara praktikum pun harus disampaikan dan diberikan kepada anak. Dengan contoh – contoh yang baik, yang patut untuk ditiru oleh anak.   Namun di dalam implementasinya, tidak jarang pendidik menemukan masalah yang terjadi pada anak sehingga mengganggu pada proses perkembangannya. Firman Allah swt. Dalam QS. At-taghabun ayat:15
                            http://www.surah.my/images/s064/a015.png
Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) dan disisi Allah-lah pahala yang besar”.
Anak dapat menjadi cobaan bagi orang tua di dunia untuk menguji keimanan kedua orang tuanya, diantaranya ujian saat anak berprestasi ataupun anak yang bermasalah. Sehubungan dengan ayat tersebut maka sebagai pendidik tentunya harus mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi anak yang bermasalah.
Abdul Mustaqim 2005:145 mengemukakan tentang kiat-kiat menangani anak yang bermasalah diantaranya (1) Bagaimana menangani anak yang malas, (2) Bagaimana menangani anak yang suka berbohong, (3) Mengatasi rasa takut pada anak, (4) Jika prestasi anak menurun, (5) mengatasi anak yang sulit belajar, (6) Mengatasi anak yang sulit bergaul dengan teman sebaya. Anak sangat membutuhkan bimbingan dalam menjalani kehidupannya, karena anak belum mengetahui konsekuensi dari perbuatan atau perilaku yang dilakukannya, bimbingan dari pendidik dapat membawa anak menjadi pribadi yang diharapkan sesuai dengan nilai dan norma yang ada.



BAB III
PEMBAHASAN

A.      Metode Rasulullah saw dalam mendidik
            Di dalam Firman-Nya telah ditegaskan bahwa Rasulullah saw. merupakan teladan terbaik bagi seluruh umat manusia. Setiap perilaku yang dilakukan oleh Rasul merupakan acuan bagi umat manusia dalam segala hal, termasuk dalam pendidikan anak. Mengingat bahwa anak merupakan suatu investasi masa depan maka sangat penting menyiapkan pendidikan anak yang dimulai sejak dini. Tercapainya suatu pendidikan yang telah dirancang dengan baik, tidak terlepas dari pigur yang mengimplementasikannya yaitu guru ataupun orang tua melalui proses pembelajaran. Sehingga pigur pendidik muslim dalam pendidikan menjadi penting keberadaannya. Metode Rasulullah saw. dalam mendidik merupakan cara-cara yang dilakukan olehnya dalam mendidik anak.         Melalui metode Rasul, pendidik dapat mencontoh hal-hal yang dilakukan olehnya, mengambil pelajaran (ibrah) sehingga pembelajaran yang diberikan pada anak akan bermanfaat dan menjadikan anak didik memiliki akhlakul karimah. Berikut ini merupakan metode Rasulullah yang diterapkan oleh pendidik muslim.
1.       Menasehati melalui perkataan
            Dalam Kamus Bahasa Indonesia, nasehat adalah ajaran yang baik. Artinya bahwa menasehati anak adalah mengajarkan kebaikan. Menasehati adalah cara paling mendasar dan sering dilakukan oleh pendidik, oleh karena itu penting untuk diperhatikan bagaimana cara yang baik untuk menyampaikan nasehat kepada anak. Untuk itu, ketika menasehati penting untuk diperhatikan kedisiplinan dalam berbicara baik itu kata-kata yang diucapkan, ataupun irama saat berbicara. Jangan sampai maksud baik untuk menasehati memiliki pengertian yang salah bagi anak hanya karena cara menyampaikannya yang salah. Allah swt menegaskan dalam Qur’an surat Luqman tentang pendidikan dilihat dari nasehat-nasehat yang diberikan. Sebenarnya, Luqman al-Hakim adalah seorang pria yang shaleh dan namanya diabadikan menjadi nama surat dalam Al-Qur’an. Sebagai contoh, ketika menasehati anak supaya bersikap sopan dan patuh terhadap orangtua, maka sampaikanlah dengan bijaksana sehingga anak memahami bahwa menyayangi,mendidik, merawat, dan menjaganya dari bahaya dilakukannya sepenuh hati tanpa mengaharapkan balasan apapun dari sang anak. Hal ini sejalan dengan Firman-Nya dalam Q.S Luqman:13

         
Artinya  : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-yapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu           bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
2.       Mendoakan anak
            Pada waktu ibadah atau dalam keadaan apapun Rasulullah SAW adalah orang yang suka berdo’a. Beliau banyak mendo’akan keluarga, sahabat-sahabat dan umat islam pada umumnya. Dengan berdo’a bersungguh-sungguh kepada Allah SWT, niscaya Allah akan mengabulkan do’a yang dipanjatkan hambaNya. Maka dari itu, pendidik tentunya harus senantiasa mendo’akan anak didik nya supaya diberikan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, karena sekeras apapun untuk mengupayakan keberhasilan anak, pada akhirnya hanya Allah lah yang akan menentukan. Pendidik juga tidak boleh lupa untuk mengajarkan anak supaya senantiasa berdo’a untuk dirinya sendiri, meminta kepada kedua orang tua, kakek, nenek dan orang-orang yang shaleh baik dikala ia dalam kesulitan ataupun dalam keadaan lapang. Dengan mengajarkan anak untuk selalu berdo’a kepada Allah SWT telah menjadikannya termasuk dalam golongan anak yang soleh, karena Allah SWT menyukai hamba-hamba yang suka berdo’a kepada-Nya. Sejalan dengan Firman Allah SWT dalam QS. Al-mu’minun [40]:60.
دَاخِرِينَ جَهَنَّمَ سَيَدْخُلُونَ عِبَادَتِي عَنْ يَسْتَكْبِرُونَ الَّذِينَ إِنَّ ۚ لَكُمْ أَسْتَجِبْ ادْعُونِي رَبُّكُمُ وَقَالَ

Artinya:“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.                            Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari                                    menyembah (berdo’a) kepada-Ku akan masuk neraka jahanam                               dalam keadaan hina dina”
            Maha Suci Allah dengan segala FirmanNya, sebagai pendidik penting untuk diingat bahwa janganlah mendo’akan keburukan bagi anak. Terkadang dalam keadaan emosi yang meluap-luap orang tua tidak sadar dan tidak berhati-hati sehingga mengungkapkan suatu hal yang buruk, padahal hal itu dapat menjadi do’a yang dikabulkan oleh Allah SWT. Misalnya ketika marah orang tua mengatakan “Dasar kamu anak yang malas”, maka hal itu bisa saja dikabulkan Allah SWT  sehingga anak benar-benar menjadi anak  pemalas. Larangan mendo’akan keburukan terhadap anak telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Beliau mengingatkan kepada umat manusia supaya berhati-hati karena bisa saja Allah SWT mengabulkan keburukan tersebut.
3.       Pujian sebagai motivasi
            Banyak cara yang dilakukan oleh orang tua dalam memotivasi anak supaya menjadi giat belajar. Mulai dari cara yang halus maupun tegas namun tetap saja tidak ada perubahan dalam diri anak. Mungkin saja sebagian orang tua melakukannya dengan mengiming-iminngi hadiah yang akan diberikan, sehingga membuat anak  giat untuk belajar. Namun kenyataannya, ini bukan hal yang mudah, untuk sementara waktu anak mau, semangat dan giat dalam belajar, namun pada akhirnya begitu mendapatkan hadiah yang di inginkan, kebiasaan belajar kian mengendor dan bahkan hilang. Hal ini  membuat orang tua kehabisan akal dalam memotivasinya. Maka dari itu, guru ataupun orang tua dapat mempraktikkan metode memotivasi Rasulullah SAW yang sangat sederhana yaitu dengan memberikan pujian tanpa menghilangkan esensi nasehat itu sendiri. Misalnya dengan mengatakan “Nak, kau adalah anak yang sangat mandiri dan bertanggung jawab jika sehabis main kamu membereskan kembali mainannya”.     Pujian ini akan memberikan efek yang berbeda dibandingkan dengan hanya menyampikannya begitu saja, selain itu pujian ini akan membantu anak untuk mengidentifikasi siapa dirinya. Jika seorang anak sering dipuji sebagai anak yang soleh maka ia akan memandang dirinya memang soleh. Hal penting lainnya yang harus diingat adalah memberikan pujian yang sewajarnya terhadap anak supaya tidak membuatnya menjadi sombong.
4.       Kasih sayang yang tulus
            Menunjukkan kasih sayang terhadap anak tidak harus selalu dengan ungkapan kata-kata, melainkan dapat ditunjukkan melalui sentuhan-sentuhan fisik seperti memeluk, mencium, merangkul, mengusap rambut, menggendong dan sebagainya. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW terhadap anak cucunya dan anak yang lainnya. Beliau tidak segan untuk mencium, menggendong, dan merangkul anak-anak dihadapan orang banyak sekalipun.
            Memberikan ciuman terhadap anak bukan hanya sebagi tanda kecintaan kedua orang tua terhadap anaknya, melainkan dapat bernilai ibadah yang dapat mengantarkan orang tua menjadi ahli surga. Sebagaimana Sabda Rasul yang artinya “perbanyaklah kamu mencium anak cucumu, karena imbalan dari setiap ciuman adalah surga”.
            Ada 3 manfaat yang yang dapat diperoleh dari sentuhan kasih sayang. Pertama  akan mendekatkan jiwa orang tua dengan anak. Kedekatan orang tua dengan anak dapat meningkatkan ikatan batin antar keduanya, sehingga hubungan keluarga selalu tercipta harmonis. Kedua, adanya kepercayaan sehingga menjadikan anak selalu terbuka kepada orang tua. Dengan begitu, anak akan selalu menjadikan orangtua nya sebagai tempat bercerita pengalaman dan perasaannya. Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi orang tua untuk menilai perkembangan anaknya. Ketiga, akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosi anak.
5.       Mendidik dengan keteladanan
            Keteladanan merupakan pondasi dari pendidikan. Pendidikan tanpa adanya keteladanan hanyalah suatu kemunafikan. Artinya untuk mengajarkan suatu kebaikan haruslah dengan menunjukkan dan mencontohkan perilaku baik pula, sehingga tidak berlainan dengan apa yang dinasehatkannya. Pendidik penting untuk mewaspadai peneladanan anak di luar rumah atau sekolah, karena anak dapat meneladani sesuatu hal yang seharusnya tidak ditiru seperti teladan yang di tampilkan dari televisi, internet atau film-film yang ditonton. Miasalnya anak meneladani idolanya, yang rambutnya diwarnai, memakai perhiasan yang berlebihan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu pendidik  perlu mencermati siapa yang menjadi idola anak. Sebagai pendidik yang menjadi teladan perlu untuk memahami prinsip-prinsip keteladanan. Pertama pigur pendidik muslim teladan akan memiliki kepribadian yang kuat artinya pendidik tersebut dapat menjadi seseorang yang memilliki keutamaan dimata anak didiknya, sehingga pantas untuk diteladani. Kedua, bagi pigur pendidik muslim keteladanan akan dilakukan secara alamiah, artinya sifat-sifat teladan itu merupakan cerminan akhlak dari pendidik tersebut. Ketiga, keteladanan yang ditunjukkan pigur pendidik muslim adalah bersifat konsisten.
            Pada dasarnya setiap anak memiliki pembawaan yang berbeda-beda, seperti memiliki sifat pendiam, pemarah, cerdas, dan sebagainya. Sifat-sifat yang dimiliki anak bergantung pada pola asuh yang diperoleh anak. Perbedaan karakter ini juga memunculkan tanggapan yang berbeda-beda antara anak satu dengan yang lain, seperti anak sudah mengerti dengan diberikan sedikit nasihat, anak sudah mengerti dengan hanya melihat ekspresi orang tuanya,  namun ada juga anak yang perlu diingatkan dengan keras untuk membuatnya mengerti. Perbedaan karekter ini membutuhkan pendekatan pendidikan yang berbeda pula, namun dalam Islam pigur pendidik ditekankan untuk lemah lembut dan ramah tamah dalam mendidik anak. Sehingga pemberian hukuman dan penghargaan  merupakan sesuatu hal yang lazim dialami anak atas perilakunya, hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Maryam ayat 97

Artinya: “maka sesungguhnya telah kami mudahkan al-qur’an itu dengan                        bahasamu agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan al-qur’an itu             kepada orang-orang yang bertaqwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.”
            Maha suci Allah SWT dengan segala firmannya, meskipun demikian dalam konteks pendidikan Rasulullah SAW, terbilang sangat jarang menghukum dan cenderung sering memberi penghargaan. Pernyataan ini menjadi tolak ukur bagi pigur pendidik muslim bahwa pendidik lebih baik membrikan penghargaan kepada anak dari pada hukuman. Pigur pendidik muslim sebaiknya mengetahui prinsip dalam memberikan penghargaan kepada anak seperti pemberian penghargaan tidak harus berupa materi, penghargaan yang diberikan karena proses bukan hasil, penghargaan tersebut tidak harus mengikuti keinginan anak, berikan penghargaan sepantasnya dan tidak berlebihan, dan pendidik harus memberikan penghargaan yang telah dijanjikan kepada anak.
            Hukman bukanlah hal yang diharamkan diberikan kepada anak, adapun dalam memberikan hukuman kepada anak sebaiknya pigur pendidik muslim sebaiknya mengetahui prinsip dalam memberikan hukuman, sepertti memberi tahukan kesalahan anak, memberikan hukuman secara bertahap, tidak mengatakan kata-kata kasar, pendidik tidak sepenuhnya menyalahkan anak atas kesalahannya karena pendidik ikut andil dalam mendidik anak, hukuman yang diberikan sesuai atas dasar perilaku anak, konsisten dalam menghukum dan hukuman yang diberikan adalah bertujuan untuk memperbaiki perilaku anak.

B.          Tugas-Tugas Pendidik Muslim Dalam Proses Pembelajaran
Setiap makhluk hidup di dunia ini memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan perannya masing-masing. Pendidik merupakan salah satu pigur yang amat sangat ditiru oleh anak didiknya, sehingga adanya suatu kewajiban untuk menciptakan perilaku yang baik yang dapat ditiru oleh anak didiknya. Kewajiban seorang pendidik diantaranya yaitu mendidik, membimbing, mengajar serta tanggung jawab terhadap tugas yang dipeganggnya sebagai guru.  Tugas pendidik itu pun tidak hanya dilakukan oleh guru saja akan tetapi orang tua pun ikut andil dalam peranan kehidupan anak. Menjadi seorang pendidik tidaklah mudah apalagi untuk menjalankan tugas apa yang harus dikerjakannya, pendidik harus mampu terjun langsung dalam kehidupan anak, menyelami kehidupan sehari-hari anak. Begitupun sebagai pendidik muslim memiliki tugas bagaimana cara mendidik anak dalam proses pembelajaran dengan baik, karena  menjadi pendidik yang baik termasuk syarat utama yang akan membantu jalannya suatu pendidikan.
            Dengan adanya pendidik muslim, maka akan menciptakan anak didik yang memiliki budi pekerti yang baik, karena di dalam pendidikan yang  penuh akan kasih sayang, perhatian yang tulus,  dan bimbingan yang islami akan membentuk perilaku serta sikap anak yang sesuai norma dan ajaran agama. Kesuksesan dalam mendidik sangat terlihat dari seorang pendidik itu sendiri. Bagaimana kemampuan pendidik menjalankan tugasnya dengan baik dalam proses pembelajaran. Maka sebagai pendidik harus memiliki sifat-sifat yang baik dalam membimbing dan mendidik anak. Sifat-sifat yang tentunya membawa pengaruh positif terhadap perkembangan kehidupan anak didiknya.
            Pendidik dalam islam bertanggung jawab terhadap  perkembangan peserta didik dalam mengembangkan potensinya serta pencapaian tujuan dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Menjadi pendidik muslim harus mampu membentuk pribadi anak yang shaleh, membentuk perilaku anak ke arah yang positif sehingga anak mampu untuk menyesuaikan diri di dalam limgkungannya serta mampu diterima di lingkungannya. Selain itu juga pendidik harus mampu mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembagan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dan pendidik juga sebagai pengganti orang tua anak selama berada di dalam lingkungan sekolah.
            Dari beberapa penjelasan di atas maka adapun beberapa tugas pokok sebagai pendidik muslim dalam proses pembelajaran anak, sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al baqarah ayat 129
رَبّـَنَا وَابْعَثْ فِـيْهِمْ رَسُـوْلًا مِـنْهُمْ يَتْلُوْاعَلَيْهِمْ اَيَااتِـكَ وَيُـعَلِّمُهُـمُاالكِتـاَبَ       
وَالحِكْمَةَ وَيُزَكِّـهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ العَزِيْزُ الحَكِيْم     ُ                                                                                     
Artinya : “Wahai Tuhan kami, Bangkitkanlah dari kalangan anak kami seorang               rasul, yang membacakan kepada mereka tentang ayat-ayat Mu, dan          mengajari mereka tentang kitab dan hikmah, serta menyucikan mereka.          Sesungguhnya Engkaulah Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha           bijaksana.
            Maka dari itu dapat disimpulkan beberapa tugas pendidik muslim diantaranya adalah sebagai berikut.
1.     Sebagai pengajar (instruksional)
            Merencanakan program pengajaran. Pada tugas ini seorang pendidik merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun yang diakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program usai dilakukan.
2.     Edukator
            Mengarahkan ke tingkat kedewasaan menuju kepribadian insan kamil, seiring dengan tujuan Alloh SWT menciptakannya. Pendidik memberikan pengetahuan yang sebelumnya anak tidak mengetahui menjadi tahu, menjadikan anak menuju kedewasaan baik dalam berpikir ataupun bertingkah laku.Dalam mengarahkan kedewasaan anak dalam kehidupannya harus diiringi dengan pendidikan yang islami sehingga perilaku anak dalam menuju kedewasaan dapat menunjukan sikap dan perilaku yang positif.
3.     Pemimpin (Managerial)
            Memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik serta masyarakat yang terkait, terhadap masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan.
4.     Mengembangkan perilaku moral pada anak
            Terbentuknya perilaku anak adalah dari lingkungan keluarga yaitu orang tua. Anak dididik dibesarkan pertama kalinya oleh orang tua, jadi tingkah laku ataupun kejaadian yang diperlihatkan anak adalah akibat dari pola asuh keluarga. Keluarga islami yang mampu mendidik anak dengan baik maka akan menciptakan perilaku, moral anak yang baik pula. Pada dasarnya manusai memiliki kesamaan pola perkembangan moral, seperti pada awal kehidupannya yang mencerminkan nilai moral, seperti sabda Rasulullah saw, beliau bersabda “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR AHMAD). Sebenarnya manusia telah memiliki potensi perilaku moral, hanya saja masih perlu disempurnakan. Maka dari itulah pentingnya tugas seorang pendidik untuk membentuk tingkah laku anak, sehingga anak memiliki moral yang baik yang sesuai dengan aturan dan norma di mana anak itu berada.
            Berkaitan dengan upaya mengembangkan perilaku moral anak, ada beberapa cara yang harus ditempuh oleh orang tua, yaitu.
a.       Menciptakan kasih sayang dan kehangatan.
            Kasih sayang yang diberikan orang tua ataupun guru sangat mempengaruhi perilaku moral anak. Curahan kasih sayang dari pendidik terutama orang tua akan berdampak positif terhadap perkembangan perilaku moral anak, kamungkinan tindakan untuk anak melakukan kejahatan seperti mencuri jauh lebih kecil dibandingkan dengan anak yang dibesarkan oleh orang tuanya dengan penuh kekerasan. Hal ini menunjukan bahwa sangatlah penting akan pendidikan di usia dini.
b.       Menjadi teladan yang baik.
            Orang tua baik guru yang biasanya menunjukan teladan baik di lingkungannya, maka akan ditiru oleh anaknya. Hal positif ini akan mengembangkan pergaulan yanng positif juga di dalam kehidupannya. Anak kecenderungan banyak meniru dari lingkungan yang ia lihat, apa yang ia dengar. Maka sebagai pendiik harus mampu memberikan contoh perilaku moral yang baik terhadap anak, misalnya jika ada orang yang terjatuh maka orng tua harus memberikan contoh dengan menolong orang tersebut, atau contoh kecil yang mudah dilakukan anak sehari hari adalah dengan membunag sampah pada tempatnya, maka anak kan meniru apa yang ia lihat.
c.        Mengajarkan disiplin dan empati.
            Disiplin yang dilakukna oleh orang tua ataupun guru dapat berfungsi sebagai upaya untuk memberikan pelajaran empati kepada anak. Misalnya melarang anak untuk melakukan sesuatu dengan memberikan alasan yang jelas bahwa jika ia melakukan itu maka akan membahaykan orang lain. Namun dalam mengajarkan disiplin terhadap anak tidak dengan menggunakan kekerasan. Contoh kecil lainnya mengajarkan disiplin bangun pagi, mandi dan belajar membereskan tempat tidur sendiri, sehingga dengan kebiasaan-kebiasaan terseebut akan terbentuk dalam diri anak.
5.       Mengajarkan sopan santun kepada anak
            Pada dasanya anak sejak lahir belum mengetahui mana yang buruk dan mana yang baik, mana yang harus mereka lakukan dan mana yang harus untuk tidak mereka lakukan, begitupun pada anak yang masih kecil ia belum mampu mengerti bagaimana untuk membedakan cara berperilaku terhadap teman sebaya ataupun terhadap yang lebih tua. Maka dari itu pendidikan dari seorang penidik baik itu dari orang tua ataupun guru amat sangatlah penting untuk membimbing dan mendidik agar anak mampu berperilaku sopan santun terhadap orang lain.    Agar anak memiliki sikap hormat dan sopan santun pendidik baik orng tua ataupun guru harus berusaha keras untuk menanamkan nilai-nilai akhlak melalui pendidikan keteladanan, baik di rumah ataupun di luar rumah. Pendidik membiasakan kepada anak untuk berbicara yang baik terhadap teman sebaya atau terhadap orang yang lebih tua. Misalnya anak diajarkan untuk bersalaman kepada tamu “ nak ini ada teman ibu yu salaman dulu sama tante”. Dari contoh terkecil dengan adanya suatu kebiasaan maka akan menjadikan anakpun terbiasa untuk melakukan hal tersebut. Tidak hanya di rumah, di sekolah pun anak dibiasakan untuk bersalaman dengan guru-gurunya dan mengucapkan salam.
            Adapun bebrapa langkah yang dapat dilakukan pendidik agar anaknya menjadi pribadi yang sopan dan santun, yaitu :
a.       Membangun hubungan yang positif dengan anak.
            Lingkungan yang baik di rumah ataupun sekolah yang santun, santai dan penuh kelembutan akan berpengaruh terhadap sikap anak. Dengan kata-kata yang lembut, sikap yang lembut akan menjadikan anak menjadi sopan dan menghormati orang lain terutama orang tuanya. Misalnya ketika orng tua mengajak anaknya mandi dengan kata-kata lembut dan enak di telinga naak, “Nak ayo cepat mandi ya supaya tidak terlambat”. Dengan kata-kata itu maka anak akan menurutinya karena kelemah lembutannya. Pujian, dan ucapan terima kasih akan mendoorng niat anak untuk terus bersemangat.

b.       Menanamkan sikap ramah dan sopan santun.
            Tanamkanlah sikap ramah dan sopan santun melalui keteladanan. Pendidik adalah cermin bagi anak-anaknya. Jika orang tua atau guru mampu menjadi teladan yang baik, maka anak akan meniru sikap dari orang tua dan gurunya tersebut.
6.       Memahami bakat dan mengembangkan kreativitas
            Semua anak yang lahir ke dunia ini sudah membawa takdir dari Illahi Robi, begitupun dengan anak ketika lahir ke dunia ini mereka sudah membawa bakat, potensinya masing-masing. Bakat atau potensi sudah bisa dimonitor sejak masih bayi. Karena bayi baru lahir belum bisa melakukan apa-apa, maka orang tua berkewajiban untuk memonitor dan mengembangkan bakat anak sejak masih bayi. Agama juga menjelaskan bahwa anak lahir dalam keadaan suci dan akan jadi apa anak itu kelak, tergantung bagaimana orng tua membimbingnya. Sebagai pendidik di sekolah seorang guru harus mampu untuk memahami bakat dan potensi setiap anak, mampu mengembangkan bakat dan potenmsinya sesuai dengan perkembangannya masing-masing.
            Terkadang ada beberapa anak yang memiliki bakat terpendam di dalam dirinya, maka tugas pendidik adalah dengan mengembangkan kompetensinya. Bakat, keterampilan, prestasi anak akan berkembang secara optimal,  jika anak memiliki kompetensi yang baik. Anak yang memiliki kompetensi tinggi akan mudah belajar dari lingkungan, mempelajari keterampilan-kterampilan baru, dan mudah beradaptasi. Semua ini merupakan modal awal untuk mengembangkan bakat anak yang masih terpendam dari diri anak. Selain bakat, pendidk juga harus mampu mengembangkan kreativitas anak. Kreativitas akan berkembang dengan baik jika dipupuk dari sejak usia kanak-kanak.
            Pendidik mengembangkan kreatifitas anak dapat dilakukan dengan membentuk pengalaman belajar sesuai dengan rasa ingin tahu alamiah anak dengan masalah yang relevan dan sesuai kebutuhan anak. Memberikan pengalaman yang nyata dengan kehidupannya yang menuntut peran aktif pada anak. Dorong dan hargai inisiatif dan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu. Biarkan anak belajar dari kesalahannya dan menerima akibatnya. Dan yang terakhir pendidik harus menghargai dan memuji usaha anak.
7.       Menumbuhkan dan meningkatkan minat baca anak
            Biasakan anak untuk menyukai cerita-cerita, dongeng-dongeng yang akan memancing anak untuk senang membaca. Sebenarnya minat baca anak bisa dipupuk sejak anak belum lahir, yaitu sejak masih dalam kandungan. Misalnya dengan diperdengarkan bacaan ayat-ayat suci AL-Quran, shalawat Nabi Saw, dzikir dan senanndung. Namun upaya ini harus terus berlanjut sampai anak lahir hingga anak mampu mnegenal kata, berbicara mampu membaca dan memahami bacaan. Selain itu juga berikan situasi yang menyenanggkan ketika anak membaca, atau bahkan bisa dengan adanya ilustrasi pada buku sebagai upaya agar anak mampu berfantasi. Kemudian memberikan buku-buku yang disukai anak.
8.       Mengurangi kemanjaan dan mendidik anak dengan baik
            Memberikan kasih sayang terhadap anak secara berlebih akan membentuk anak yang penuh dengan kemanjaan, misalnya dengan selalu memberikan apa yang anak inginkan, terlalu membiarkan anak bebas dalam bergaul sehingga anak akan menjadi pribadi yang tidak mandiri dan manja. Pendidik harus mampu memberikan kasih sayang, perhatian yang sewajarnya terhadap anak.
            Dari beberapa penjelasan diatas diketahui bahwa banyak sekali tugas yang harus dilakukan oleh pendidik baik sebagai orang tua ataupun sebagai guru, karena dengan adanya didikan, bimbingan yang baik akan menghindarkan anak dari perilaku-perilaku yang kurang baik. Apabila dilihat dari tugas-tugas sebagai pendidik msulim, maka seorang pendidik itu sendiri harus memiliki sifat-sifat yang baik yang patut untuk ditiru oleh anak.
            Adapun bebrapa sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pendidik diantaranya sebagai berikut.
a.        sabar
            Kesabaran merupakan sifat utama yang harus dimiliki oleh pendidik. Karena dengan kesabaran akan menciptakan jiwa pendidik yang dewasa ketika menghadapi suatu masalah anak didiknya. Melalui kesabaran akan memahami keinginan anak didiknya, dan anak didik pun akan memahami apa yang diharapkan pendidiknya. Hal ini sejalaan dengan firman Allah swt dalam QS Alfushilat ayat 35.
                        وَمَايُلَقَّاهَاإِلَّاالَّذِينَصَبَرُواوَمَايُلَقَّاهَاإِلَّاذُوحَظٍّعَظِيمٍ
Artinya: “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada                                       orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan yang                       mempunyai keberuntungan yang besar.
           
            Faktor yang terpenting dalam mengajar adalah kesabaran dari dalam jiwa pigur pendidik muslim, tanpa adanya suatu kesabaran mungkin kekacauan akan terjadi dalam proses pembelajaran ketika ada anak yang bermasalah atau berkelahi dengan temannya. Maka dari itu kesabaran harus dimiliki oleh setiap pendidik baik itu guru ataupun orang tua, dengan kesabaran insyaallah akan mendapatkan keberuntungan cukup besar.
b.       Lemah lembut
            Selain dari kesabaran, pigur pendidik muslim juga harus memiliki sifat lemah lembut terhadap anak didiknya, karena dengan kelemah lembutannya akan mejadikan anak patuh terhadap gurunya atau orang tua, jika dibandingkan dengan pendidik yang memiliki sifat kasar mungkin akan menjadikan anak tidah patuh bahkan takut untuk berhadapan dengan kita.
c.        Luwes dalam bertindak
            Pigur pendidik muslim sepatutnya bersikap luwes setiap kali menghadapi anak didiknya. Dengan adanya sikap luwes akan membantu proses penanganan setiap masalah anak didik. Contoh keluwesan dapat tercermin dengan sikap bijak    ketika menghadapi anak didiknya. Ketika pendidik menyuruh anak didiknya dengan ajakan yang penuh perhatian. Misalnya “Nak yu kita simpan sepatunya di rak sepatu biar rapih ya”. Dengan ajakan seperti itu anak akan merasa diperhatikan karena menyurhnya tidak dengan paksaan.
d.       Bersikap moderat
            Sikap berlebihan merupakan perbuatan tercela dalam urusan apapun. Karena itu Nabi Saw lebih menyukai sikap moderat dibandingkan sikap berlebihan dalam pandangan agama. Hal ini patut diterapkan dalam pendidikan anak usia dini. Pendidik yang bersikap moderat tentunya akan dikagumi oleh anak didiknya sehingga anak akan menirunya misalnya dalam berpenampilan yang anggun dan sederhana akan membuat anak untuk meniru, dibandingkan dengan sikap yang berlebihan, karena dengan sikap yang berlebihan juga akan membuat anak diddik menjadi berlebih pula.

C.      Pigur Pendidik Muslim dalam Menyikapi Anak Yang Bermasalah
            Firman Allah SWT menegaskan dalam QS. At-Tahrim ayat 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
            Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan                                                keluargamu dari api neraka”.
            Anak adalah sosok harapan bagi orang tua, dititipkan oleh Allah, SWT kepada orang tua. Namun tugas mengasuh dan mendidik anak bukan hanya tugas orang tua, keluarga dan masyarakat juga ikut mempengaruhi perkembangan anak secara fisik dan psikis. Dalam proses perkembangan anak, tentu banyak hal yang terjadi baik positif dan negatif. Hal positif dan negatif yang terjadi pada anak tersebut dapat menjadi pelajaran dan pengaruh pada anak. Tidak jarang anak melewati hal-hal negatif yang tidak diharapkan oleh orang tua, hal-hal tersebeut adalah sebagai berikut.
1.       Anak yang malas
            Banyak hal yang menyebabkan anak menjadi malas,  pertama mungkin anak tersebut belum mengerti manfaat dari sikap rajin dan bahaya dari sikap malas bagi masa depannnya. Kedua karena adanya pengaruh lingkungan pergaulan. Ketiga kemungkinan anak merasa jenuh dengan kegiatan-kegiatan karena tidak ada refreshing. Dalam Hadist Usman bin Affan mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda “ tidur pada waktu subuh (awal siang) akan mencegah datangnya rezeki ” (HR Ahmad). Selain itu Nabi saw juga suka mengajak anak-anak muda untuk memanfaatkan waktu luangnya untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti belajar memanah, berolahraga, berkompetensi dan sebagainya.
            Selain itu Nabi Muhammad saw juga menganjurkan anak-anak muda untuk menggunakan waktu luangnya dengan beribadah hanya kepada Allah swt. Hal ini agar menjadi kebiasaan bagi mereka bagaimana cara untuk memanfaatkan waktu yang sebenar benarnya. Secara umum ada dua kemungkinan mengapa anak menjadi super malas. Pertama mungkin kondisi fisiknya yang tidak beres. Kedua mungkin anak memiliki masalah atau pikiran yang belum terselesaikan. Sehingga membuat pikiran anak tidak fokus dan malas. Anak dapat dibentuk menjadi sosok yang giat, sejak anak usia dini. Saat anak mulai masuk Pendidikan Anak Usia Dini, anak sudah mulai dibiasakan dengan kegiatan bermanfaat di sekolah. Anak juga akan terbiasa bangun pagi karena harus siap-siap ntuk berangkat ke sekolah.
2.       Anak yang berbohong
            Selain malas, masalah yang kerap muncul pada anak adalah berbohong. Nabi saw bersabda “  tanda-tanda orang munafik ada tiga, jika bicara ia berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika dipercaya berhianat” (HR AL- Bukhari dan Muslim). Faktor yang menyebabkan anak yang suka berbohong adalah faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal yang membuat anak berbohong diantaranya.
a)       Rasa ingin tahu anak
            Anak tidak tahu bahwa itu perilaku berbohong, dan anak sengaja untuk berbohong. Rasa ingin tahu adalah salah satu karakteristik anak.Anak yang belum pernah berbohong, dan memiliki rasa ingin tahu untuk berbohong, akan melakukannya tanpa memikirkan apa konsekuensi yang akan di dapat dari hal tersebut. Peran pendidiklah yang dapat meluruskan dan membimbing anak, jika anak melakukan hal yang menyimpang. Berikanlah pengertian bahwa hal tersebut adalah perilaku  yang tidak boleh dilakukan anak.
b)     Anak tidak tahu bahwa itu adalah perilaku berbohong, hingga anak melakukan hal tersebut.
            Pendidik yang baik tidak akan mengajarkan berbohong kepada anak, hingga saat anak berbohong dan ia tidak mengetahui bahwa hal tersebut adalah keliru. Pendidik dapat memberikan pegertian dan stimulus untuk berlaku jujur dengan berbagaicara, misalnya melalui cerita atau contoh-contoh yang ada di sekitar anak.
c)       Anak sengaja untuk berbohong,
            Bisa saja terjadi jika anak tersebut merasa ada pada posisi yang ter sudutkan, tidakaman, dan tertekan atau anak sudah senang dengan perilaku berbohong, misalnya karena takut dimarahi orang tua. Saat pendidik mengetahui hal ini, pendidik bertugas memberikan tindakan dan larangan yang tegas namun penyampaiannya lembut hingga anak mengerti untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi.
      Faktor eksternal yang membuat anak berbohong diantaranya.
a)       Tidak konsisten dalam menanamkan kejujuran kepada anak.
            Hal tersebut memunculkan kebingungan kepada anak. Anak akan berpikir bahwa berbohong boleh dilakukan sesekali dan sesekali juga berbohong tidak boleh dilakukan. Dari pernyataan tersebut, maka inilah yang diperlukan pendidik dalam mendidik anak, yaitu ‘konsistensi’. Konsistensi dapat membuat anak menjadi pribadi yang tegas dan memiliki pendirian yang kuat.
b)     Mendidik dengan kekerasan kepada anak,
            Cara ini akan membuat anak merasa tidak aman tidak percaya kepada orang lain dan membentuk perilaku anak menjadi tertutup, karena mendidik anak dengan kekerasan akan menyakiti fisik dan psikis anak. Akibatnya perilaku tertutup tersebut akan mendektkan anak pada berbohong,anak tidak tahu harus jujur kepada siapa, karenaadanya rasa tidak percaya pada anakt ersebut. Sebagai pendidik anak usia dini, kita harus mampu menyediakan diri untuk dapat memenuhi rasa aman, kasih saying dan perlindungan yang  dibutuhkan anak.
c)     Sikap orang tua yang kurang adil,
            Sikap ini akan membentuk perilaku anak yang serbasalah, rendah diri, dan merasa dikucilkan .Anak akan lebih dekat dengan berbohong daripada kejujuran, tujuan anak tersebut adalah untuk menutupi kesalahannya dengan berbohong. Anak akan berusaha menjadi sosok yang diinginkan orang tua, walaupun dengan jalan berbohong. Pendidik yang baik, akan ikhlas dalam mendidik setiap anak, akan menghargai Allah SWT, sebagai pencipta maha sempurna. Keikhlasan tersebut akan mencerminkan perilaku yang adil kepada setiap anak didiknya.


3.       Anak dalam perkembangannya juga mengalami rasa takut.
            Dalam pandangan agama rasa takut adalah fitrah manusia yang harus dikembangkan ke arah yang positif, misalnya takut kepada Allah swt, takut berbuat salah, dan takut menyakiti orang lain. Faktor penyebab anak menjadi penakut adalah sebagai berikut.
a)               Orang tua yang suka menakut-nakuti, yang bertujununtuk agar anak dapat menuruti perkataan orang tua. Namun dampak negative dari perlakuan tersebut adalah anak menjadi ragu dalam melakukan sesuatu, tidak memiliki pendirian dan memiliki sugesti takut pada berbagai hal. Pendidik diharapkan senantiasa menggunakan kalimat yang dapat meningkatkan kewaspadaan anak, bukan yang menyebabkan anak menjadi penakut.
b)               Orang tua keliru dalam menyikapi ketakutan, seperti menyeplekan atau sebaliknya, sangat mengelu-elukan ketakutan anak, contohnya tidak jarang bayak anak dan orang dewasa yang takut buah. Hal tersebut dapat terjadi karena kebiasaan orang tua yang terlalu mengelu-eluka nketakutan seseorang terhadap buah saat ia masih kanak-kanak.
c)               Orang tua baik sadar maupun tidak sadar memeberikan andil kepada anak untuk mengisolasi diri. Perlakuan pendidik, memang tidak selalu tepat dalam mendidik anak. Hingga sada rataupun tidak, orng tua ikut andil membuat anak mengisolasi diri, seperti akibat dari larangan anak untuk pergi bermain, atau untuk tidak sering keluar rumah. Akibatnya anak akan merasa asing dengan dunia luar, dan lebih memilih mengisolasi diriuntuk berdiam di rumah.
d)               Orang tua suka menceritakan kisah-kisah misteri.Kisah-kisah misteri wallahu’allam benar atau tidaknya terjadi. Namu orang tua biasanya menceritaka nkisah misteri pada anakb ertujuan agar anak waspada dan takut untuk melakukans esuatu. Kisah misteri yang tidak mendidik, sebaiknya tidak diceritakn oleh pendidik, Karena akan mempengaruhi terhada pperkembangan pemikiran anak yang masih bersih dan polos. Rasa takut pada anak dapat diatasi dengan berbagai cara, seperti. Mengajari anak keimanan yang benar kepada Allah swt, memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan perbuatannya dan memegang tanggung jawab menurut kemampuan usianya, jangan mnakut-nakuti anak dengan hal-hal yang tidak perlu seperti ucapan ‘takut ada laba-laba’, mengajari anak untuk senang berteman,dan mengajari anak untuk meneladani Rasulullah
4. Orang tua menggantungkan harapan terhadap anaknya, salah satu harapan orang tua terhadap anak adalah memiliki prestasi yang baik. 
            Hal utama yang harus dilakukan supaya prestasi anak dapat dipertahankan yaitu, orng tua harus menyusun jadwal belajar yang benar dan berusaha mengambil jeda sebentar diantara waktu-waktu belajarnya. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyangngkan dan menggairahkan dan memberikan motivasi (Targhiib) ataupun memberikan cerita tentang orang-orang yang sukses sebagai upaya untuk menyemangati anak untuk dapat lebih giat belajar.
5. Masalah yang biasa muncul pada anak adalah sulit belajar.
            Untuk mengidentifikasi gangguan belajar pada anak dapat melakukan test perseorangnan yang dirancang untuk mengetahui apakah hubungan anak dengan orang tua cukup baik, apakah anak tidak mau belajar sebagai reaksi oposisi terhadap sikap otoriter pendidikan atau orang-orang di sekitarnya, apakah tuntutan orang tua terlalu tinggi  dan apakah anak selalu dikritik sehingga ia tidak mau mengambil resiko kegagalan. Di samping itu orang tua harus selalu berdoa kepada Allah swt supaya anak mereka menjadi cerdas seperti memanjatkan surat Alfatihah setelah selesai shalat, dan yang harus diingat adalah bahwa setiap anak terlahir dengan potensi kecerdasan yang berbeda-beda seperti yang telah dikemukankan oleh Howard Gardner.Anak adalah makhluk yang memiliki hati nurani, sehingga pendidik juga harus memperlakukanny adengan sebaik-baiknya, tidak memaksaka nsesuatu yang anak tidak mampu, dan tidak selalu menyalahkan atau menuntut anak.
6. Mengatasi anak yang sulit bergaul dengan teman sebaya.
            Jika anak mengalami kesulitan dalam bergaul atau mengenal orang lain maka ada beberapa cara supaya anak senang bergaul dengan teman sebayanya, yaitu sebagai berikut.
a). Menunjukkan pada anak manfaat pergaulan yang positif. Agar anak tertarik dan mau untuk bergabung dengan anak lain. Orang tua dapat mendukung anak pada kegiatan tersebut, dan pendidik atau guru di sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan yang dapat membuat anak tertarik untuk ikut berpartisipasi.
b). Mendorong anak untuk berperan dalam keluarga, seperti melibatkan anak pada kegiatan rumah. Seperti anak perempuan dilibatkan untuk memasak, anak laki-laki dilibatkan untuk mengurusi ternak. Sehingga anak merasa dirinya bertanggungjawab dan ada keterlibatan dalam keseharian.
c). Mendorong anak bergabung dalam kelompok khusus, seperti kelompok bimbel atau kelompok pengajian. Hal tersebut akan membuat anak senang berorganisasi dan berinteraksi dengan orang lain. Akan senang bergaul dengan orang lain.
d.) Mencari kelompok pelatihan keterampilan sosial, hingga anak dilatih untuk bersosialisasi dan dapat menerima keberadaan orang lain yang ada di luar dirinya.


BAB IV
PENUTUP
A.          Kesimpulan
            Bersadarkan pembahasaan di atas maka penulis dapat mengemukakan kesimpulan mengenai pengaruh pendidik muslim pada pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut.
1.       Mendidik anak bukanlah suatu hal yang mudah, akan tetapi mendidik anak membutuhkan cara. Cara yang dapat dilakukan dalam mendidik anak dapat mengacu atau melihat pada metode Rasulullah saw. karena metode Rasulullah saw. adalah metode yang paling baik untuk membawa anak pada kebaikan dunia dan akhirat. Metode-metode tersebut yaitu, (a) Menasehati melalui perkataan,  (b) Mendoakan anak,  (c)  Pujian sebagai motivasi,  (d) Kasih sayang yang tulus,  (e) Mendidik dengan keteladanan.
2.       Pendidik muslim memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan berbagai aspek dalam diri anak, terutamanya untuk membentuk pribadi anak yang berakhlak mulia. Tugas-tugas pendidik muslim itu sendiri yaitu (1) Sebagai pengajar, (2) Edukator, (3) Pemimpin (managerial), mengembangkan perilaku moral pada anak (4) mengajarkan sopan santun kepada anak (5) memahami bakat dan mengembangkan kreativitas (6) menumbuhkan dan meningkatkan minat baca anak  (7) mengurangi kemanjaan dan mendidik anak dengan baik.
Sebagai tauladan yang baik pendidik penting untuk memiliki sifat-sifat yang baik dalam melakukan pengajaran dan bimbingan diantaranya yaitu,  (1) sabar (2) lemah lembut (3) luwes dalam bertindak dan (4) bersikap moderat.
3.       Berbagai permasalahan muncul dalam mendidik anak, maka dari itu sebagai pendidik harus mampu untuk menyikapi  anak yang bermasalah. Sikap-sikap yang sering dimunculkan oleh anak yang bermasalah tersebut misalnya (1) Anak yang malas  (2) Anak yang suka berbohong, (3) rasa takut pada anak, (4) Jika prestasi anak menurun, (5) anak yang sulit belajar, (6) anak yang sulit bergaul dengan teman sebaya. Permasalahan sikap yang ditunjukan oleh anak, menuntut pendidik untuk menyikapi dan mengatasi permasalahan tersebut dengan baik.
B.      Saran
            Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1.       Pendidik harus benar-benar mampu  memahami karakteristik setiap anak,memahami irama perkembangannya yang berbeda-beda. Sehingga dalam mendidik anak harus  penuh dengan kesabaran, kasih sayang yang tulus, serta perhatian. Mendo’akan anak adalah hal yang sangat membantu karena anak adalah ciptaan Allah swt. paling sempurna, maka ebagai pendidik harus mendoakan anak didiknya agar senantiasa menjadi anak yang shalaeh dan shalehah.
2.       Pendidik hendaknya memiliki sifat-sifat yang baik yang patut ditiru anak ketika menjalankan tugasnya sebagagai pendidik.
3.       Pendidik hendaknya mampu  menyikapi setiap permasalahan anak baik ketika dalam proses belajar ataupun di luar proses pembelajaran.
4.       Pendidik hendaknya memberikan contoh-contoh yang baik dan bersifat positif, sehingga anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik serta memiliki perilaku, moral yang baik pula.



 DAFTAR PUSTAKA

Al-‘ALIM Alqur’an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan. 2011. Almizan             Publishing house. Bandung
Arham. (2013). Pengertian Muslim. [Online]. Tersedia:                  (http://www.diatercinnta.pun.bz/2013/9/pengertian-muslim.xhtml)
Mustaqim abdul.(2005).menjadi orang tua bijak.Al-Bayan Mizan: Bandung
Rishelcha. (2013). Tugas Pendidik. [Online]. Tersedia:                   (http://www.rishelcha.blogspot.com/2013/03/tugas-pendidik.html)
Zarman Wendi.(2012).Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu mudah & lebih efektif.Ruang Kata:Bandung.