Laman

Senin, 31 Desember 2012

Staff Teras DIKSARKOP XXII


staf teras DIKSARKOP XXII yang menjadi panitia tertangguh di DIKSARKOP XXII
cc :
Didik Heryadi sebagai Ketua Pelaksana DIKSARKOP XXII
Hana Hapipah sebagai Sekertaris DIKSARKOP XXII
Vidya Pitaloka sebagai Bendahara DIKSARKOP XXII

semoga diksarkop berikutnya diisi oleh orang orang tangguh yang lebih baik dari kami :)

Sabtu, 17 November 2012

teori belajar sosial

Tokoh teori belajar sosial yang terkenal adalah Albert Bandura (lahir pada tahun 1925). Dia adalah seorang psikolog berkebangsaan amerika lulusan universitas Stanford amerika serikat. Pada mulanya Bandura adalah psikolog beralira Behaviorisme, Bandura memandang bahwa tingkah laku bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R bond) melainkan juga akibat yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.

Asumsi utama teori belajar sosial  adalah bahwa orang melakukan perilaku dengan cara yang memungkinkan timbulnya penguatan. Penguatan yang mengendalikan ekspresi tingkah laku yang dipelajari bersifat :
-          Langsung yakni ganjaran nyata, dukungan atau celaan sosial pengurangan kondisi afersif
-          Dari orang lain, pengamatan terhadap orang yang serupa dengan perilakunya
-          Dilakukan sendiri, evaluasi tentang penampilan diri sendiri dengan memuji atau mencela diri sendiri

Menurut ahli teori belajar sosial, tindakan seseorang dalam situasi tertentu tergantung pada karakteristik khusus situasi tersebut, penilaian orang itu mengenai situasi tersebut, penguatan masa lampau terhadap perilaku dalam situasi yang serupa/pengamatan terhadap orang lain dalam situasi yang sama.

Dalam memprediksi perilaku seseorang dalam situasi tertentu ahli teori belajar sosial lebih menekankan makna penting perbedaan perkembangan kognitif dan pengalaman belajar sosial daripada trait motivasional (seperti agresi/ketergantungan) perbedaan individual yang berinteraksi dengan kondisi situasional untuk mempengaruhi perilaku :
-          Kompetensi
-          Strategi kognitif
-          Dugaan
-          Nilai-nilai subyektif
-          Rencana dan sistem pengaturan diri

PEMBELAJARAN
Satu asumsi paling awal dan mendasar teori kognitif sosial Bandura adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari beragam kecakapan bersikap maupun berperilaku, dan bahwa titik pembelajaran terbaik dari semua ini adalah pengalaman-pengalaman tak terduga (vicarious experiences).
☻ Pembelajaran dengan Mengamati (Observational Learning)
Bandura yakin bahwa tindakan mengamati memberikan ruang bagi manusia untuk belajar tanpa berbuat apa pun. Manusia mengamati fenomena alam, tumbuhan, hewan, air terjun, gerakan bulan dan bintang, dan seterusnya, tetapi yang lebih penting bagi teori kognitif sosial adalah manusia belajar dengan mengamati perilaku orang lain.
Pembelajaran manusia yang utama adalah dengan mengamati model-model, dan pengamatan inilah yang terus-menerus diperkuat. Bandura (1986, 2003) yakin bahwa pembelajaran dengan mengamati jauh lebih efisien daripada pembelajaran dengan mengalami langsung.
☻ Pemodelan
Inti pembelajaran dengan mengamati adalah pemodelan (modelling). Yaitu, pemodelan melibatkan proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru, lebih dari sekedar menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain karena sudah melibatkan perepresentasian informasi secara simbolis dan menyimpannya untuk digunakan di masa depan.
Faktor yang menentukan seseorang belajar dari model atau tidak, yaitu:Pertama, karakteristik model sangat penting. Kedua, konsekuensi dari perilaku yang dimodelkan dapat memberikan efek bagi pengamatnya.
☻ Proses-Proses yang Mengatur Pembelajaran dengan Mengamati
Empat proses yang mengatur pembelajaran dengan mengamati:
1.      Perhatian: Pertama, memiliki kesempatan untuk mengamati individu yang padanya kita sering mengasosiasikan diri. Kedua, model-model yang atraktif lebih banyak diamati daripada yang tidak figur-figur populer di televisi, olahraga atau film sering kali diburu-buru beritanya.
2.      Representasi: Agar pengamatan dapat membawa kita kepada pola-pola respons yang baru, pola-pola tersebut harus direpresentasikan secara simbolis di dalam memori.
3.      Produksi Perilaku: Setelah memberi perhatian kepada sebuah model dan mempertahankan apa yang sudah diamati, kita akan menghasilkan perilaku. Untuk mengubah representasi kognitif menjadi tindakan yang tepat, kita harus menanyakan pada diri sendiri beberapa pertanyaan tentang perilaku yang dijadikan model.
4.      Motivasi: Pembelajaran dengan mengamati paling efektif ketika subjek yang belajar termotivasikan untuk melakukan perilaku yang dimodelkan.
☻ Pembelajaran dengan Bertindak (Enactive Learning)
Bandura yakin bahwa perilaku yang kompleks dapat dipelajari ketika manusia memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut. Konsekuensi-konsekuensi sebuah respons memiliki tiga fungsi. Pertama, konsekuensi-konsekuensi respons menginformasikan efek-efek tindakan. Kedua, konsekuensi-konsekuensi respons memotivasi perilaku antisipatif. Ketiga, konsekuensi respons-respons memperkuat perilaku.
            Bandura (1986) yakin bahwa meskipun penguatan sering kali tidak disadari dan bekerja otomatis namun, campur tangan kognitif juga mempengaruhi pola-pola perilaku yang kompleks. Dia yakin bahwa pembelajaran jauh lebih efisien ketika pembelajar secara kognitif terlibat di dalam situasi pembelajaran dan memahami perilaku mana yang dapat menghasilkan respons-respons yang tepat.
Bandura percaya bahwa perilaku baru dapat dicapai lewat dua jenis pembelajaran utama: pembelajaran dengan mengamati dan pembelajaran dengan bertindak.

PENYEBAB RESIPROK TRIADIK
Teori kognitif sosialnya meyakini fungsi psikologis bekerja dalam bentukpenyebab resiprok triadik. Sistem ini menyatakan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari interaksi tiga variabel yaitu lingkungan, perilaku dan pribadi.

KEAGENAN MANUSIA
Teori kognitif sosial mengambil sudut pandang keagenan terhadap kepribadian, artinya manusia memiliki kapasitas untuk melatih kendali atas hidupnya. Keagenan manusia (human agency) merupakan esensi kemanusiaan. Bandura (2001) yakin bahwa manusia adalah makhluk yang sanggup mengatur dirinya, proaktif, reflektif, dan mengorganisasikan diri, selain memiliki juga kekuatan untuk memengaruhi tindakan mereka sendiri demi menghasilkan konsekuensi yang diinginkan.

☻ Ciri-Ciri Utama Keagenan Manusia
1.      Intensionalitas, mengacu kepada tindakan-tindakan yang dilakukan dengan intensi tertentu.
2.      Prediksi, manusia saat menetapkan tujuan, mengantisipasi hasil tindakan, dan memilih perilaku mana yang dapat menghasilkan keluaran yang diinginkan serta menghindari yang tidak diinginkan.
3.      Refleksi diri, manusia adalah penguji fungsi dirinya sendiri, yang dapat memikirkan dan mengevaluasi sendiri motivasi, nilai, makna, dan tujuan hidupnya, bahkan sanggup memikirkan ketepatan pemikirannya sendiri.
4.      Kepercayaan diri, keyakinan bahwa mereka sanggup melakukan tindakan-tindakan yang akan menghasilkan efek yang diinginkan.
☻ Kemampuan Diri untuk Memengaruhi Hasil yang Diharapkan (Self-Efficacy)
Bandura (2001) mendefinisikan self efficacy ”keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya,” dan dia juga yakin kalau ”self-efficacy adalah fondasi keagenan manusia.”
Bandura membedakan antara ekspektasi-kemampuan-memengaruhi-hasil (efficacy expectation) dan ekspektasi hasil (outcome expectation). Ekspektasi-kemampuan-memengaruhi-hasil mengacu pada keyakinan manusia bahwa mereka memiliki kesanggupan untuk melakukan perilaku tertentu, sementara ekspektasi hasil mengacu kepada prediksi terhadap konsekuensi dari perilaku yang diinginkan.
Self-Efficacy pribadi didapatkan, dikembangkan, atau diturunkan melalui satu atau dari kombinasi dari empat sumber berikut (Bandura, 1997):
1.      Pengalaman-Pengalaman tentang Penguasaan. Sumber paling berpengaruh bagi self-efficacy adalah pengalaman-pengalaman tentang penguasaan (mastery experiences), yaitu performa-performa yang sudah dilakukan di masa lalu (Bandura, 1997).
2.      Pemodelan Sosial. Yaitu pengalaman-pengalaman tak terduga (vicarious experiences) yang disediakan orang lain.
3.      Persuasi Sosial. Self-efficacy dapat juga diraih atau dilemahkan lewat persuasi social. Efek-efek dari sumber ini agak terbatas namun, dalam kondisi yang tepat, persuasi orang lain dapat meningkatkan atau menurunkan self-efficacy.
4.      Kondisi Fisik dan Emosi. Emosi yang kuat biasanya menurunkan tingkat performa. Ketika mengalami rasa takut yang besar, kecemasan yang kuat dan tingkat stres yang tinggi, manusia memiliki ekspektansiself-efficacy yang rendah.

PENGATURAN DIRI
☻ Faktor-Faktor Eksternal Pengaturan Diri
1.      Faktor eksternal menyediakan standar untuk mengevaluasi perilaku kita sendiri.
2.      Faktor-faktor eksternal memengaruhi pengaturan diri dengan menyediakan cara-cara penguatan.
☻ Faktor-Faktor Internal Pengaturan Diri
1.      Observasian Diri (Self-Observationterhadap performa yang sudah dilakukan. Manusia sanggup memonitor penampilannya meskipun tidak lengkap atau akurat.
2.      Proses Penilaian (Judgmental Processmembantu meregulasi perilaku melalui proses mediasi kognitif. Proses penilaian bergantung pada empat hal: standar pribadi, performa-performa acuan, nilai aktivitas, dan penyempurnaan performa.
3.      Reaksi Diri (Self Reaction). Manusia merespons positif atau negatif perilaku mereka tergantung kepada bagaimana perilaku ini diukur dan apa standar pribadinya.

PERILAKU YANG DISFUNGSIONAL
☻ Depresi
Standar pribadi dan tujuan yang tinggi dapat mengarahkan kita kepada pencapaian dan kepuasan diri. Namun ketika manusia menetapkan tujuan terlalu tinggi, mereka akan lebih mudah gagal. Kegagalan sering membawa manusia kepada depresi, kemudian memandang rendah nilai pencapaian mereka sebelumnya.
Depresi disfungsional dapat terjadi di salah satu subfungsi pengaturan diri:Pertama, selama observasi diri, manusia bisa keliru menilai performa mereka atau mendistorsi memori tentang pencapaian di masa lalu. Kedua, pribadi yang depresi lebih mudah membuat penilaian yang keliru.
☻ Fobia-Fobia
Fobia adalah rasa takut yang cukup kuat dan bertahan lama, cukup untuk memberikan efek yang melumpuhkan seseorang dalam hidup sehari-harinya. Fobia dan rasa takut dipelajari melalui kontak langsung, generalisasi yang tidak tepat, khususnya dari pengalaman mengamati. Fobia sulit dihilangkan karena pribadi yang mengalaminya berusaha keras menghindari objek yang mengancam dirinya.
Perilaku disfungsional (penghindaran) terbentuk dan dipertahankan oleh interaksi mutual ekspektansi seseorang (keyakinan bahwa mereka akan diserang), lingkungan eksternal (taman kota), dan faktor-faktor perilaku (pengalaman mereka sebelumnya dengan rasa takut).
☻ Agresi
Menurut Bandura, perilaku agresif terbentuk dari mengobservasi orang lain, pengalaman langsung dengan penguatan positif dan negatif, pelatihan, atau instruksi, dan keyakina yang ganjil. Bandura, Dorrie Ross, dan Sheila Ross (1963) menemukan bahwa anak-anak yang mengamati orang lain bersikap agresif menunjukkan perilaku lebih agresif daripada kelompok terkontrol anak yang tidak melihat tindakan agresif.
Beberapa orang berpendapat bahwa anak-anak yang melihat perilaku kekerasan ditelevisi akan memiliki efek merusak pada anak. Artinya, anak-anak yang mengalami agresi terang-terangan akan lebih termotivasi untuk bertindak dengan cara-cara yang agresif. Bandura, Ross & Ross (1963) membuktikan bahwa kekerasan di televisi tidak menghentikan sifat agresi penontonnya, malah semakin menambah sikap agresif penontonnya.

TERAPI
Tujuan utama terapi kognitif sosial adalah pengaturan diri. Terapis harus menggunakan strategi, yaitu menggeneralisasikan perubahan itu ke situasi lain, dan mempertahankan perubahan-perubahan itu dengan mencegah pasien jatuh kembali ke perilaku yang sama.
Bandura (1986) menyarankan sejumlah pendekatan dasar terapi. Pertamaadalah pemodelan menyolok atau terang-terangan. Kedua pemodelan tersamar atau kognitif, terapis melatih pasien untuk memvisualisasikan model melakukan perilaku yang menakutkannya. Ketiga penguasaan tindakan, meminta pasien melakukan sejumlah perilaku yang menghasilkan ketakutan yang menyimpang.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR SOSIAL
·        Kelebihan
1. Berfokus pada situasi yang mempengaruhi perilaku
Satu karakteristik dari struktural, trait, dan teori organisme adalah bahwa mereka menempatkan penyebab perilaku utama di dalam diri seseorang dan oleh karena itu teori ini meramalkan bahwa seseorang akan bertindak sama pada situasi yang berbeda. Dengan begitu Freud, mengharapkan seorang anak dengan superego yang kuat menjadi sangat sulit dikontrol dalam kebanyakan situasi. Pada hal yang sama Piaget relatif tidak tertarik pada kenyataannya bahwa konservasi diperoleh untuk area tertentu sebelum yang lainnya atau memperoleh sebagian pengetahuan baru boleh jadi diperlihatkan di dalam situasi yang lainnya. Teori belajar, pada lawannya telah mengambil cara berpendirian berperilaku seseorang pada kenyataannya jenis tipikal dari situasi ke situasi yang lain, tergantung pada stimulus dan penguat yang ditemukan pada masing-masing situasi dan pada pengalaman masa lalu apakah yang diperoleh seseorang pada situasi tersebut.
2. Berfokus pada alat pengamatan, perilaku sosial emosional dan motivasi
Walaupun banyak ahli teori yang mengakui bahwa pikiran dalam suatu konteks sosial, mereka tidak banyak menyediakan keterangan yang detail. Pembatasan ini adalah suatu masalah yang serius. Ada 2 pertanyaan inti di sini yaitu: pertama, bagaimana pengalaman sosial mempengaruhi perkembangan kognitif? Berkenaan dengan pertanyaan pertama, teori belajar sosial menguraikan bagaimana modeling, instruksi dari lainnya dan pelajaran seolah mengalami sendiri tentang hukuman dan penguatan mengabarkan informasi untuk anak-anak. Banyak informasi baru yang datang dari yang lainnya dibanding dari trial and error yang langsung dialami oleh dunia fisik. Bahkan gaya pengolahan informasi, seperti pengambilan keputusan yang mengikuti kata hati dapat ditiru. Kedua, bagaimana cara pengembangan teori mempengaruhi pemahaman peristiwa sosial anak-anak? Berkenaan dengan pertanyaan ini, jawaban Bandura adalah perkembangan kognitif pengertian sosial dengan cara berikut ketika anak-anak menjadi semakin terampil dalam mengambil keputusan, mewakili peristiwa secara simbolis, menggunakan strategi memori dan menyusun kembali pengetahuan yang lalu, hal ini menjadi lebih efisien pada pemahaman perilaku yang mereka amati.
3. Memberikan pengertian tentang gejala-gejala perkembangan anak.
4. Memberikan pengertian mengenai peranan interaksi antara lingkungan dengan anak
misalnya : ibu dengan anaknya yang sedang belajar bahasa.

·        Kelemahan
1. Perhatian tentang perkembangan kognitif tidak cukup
Teori Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bagaimanapun, alam dari sistem kognitif, bagaimana itu berkembang, dan bagaiman pengembangan ini mempengaruhi penelitian belajar mengutamakan untuk keberhasilan. Walaupun teori ini telah bebas mengadopsi teori pengolahan informasi yang telah diperhitungkan dari pemikiran, hanya gambaran umum yang diperhitungkan, seperti penyajian simbolis, perhatian, penyimpanan informasi, konstruksi aturan dan verifikasi.




KESIMPULAN
Teori belajar sosial adalah sebuah teori belajar yang relative masih baru dengan teori belajar lainnya. Salah satu tokohnya adalah Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika Serikat.
Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning(pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak, faktor sosial dan kognitif.
Teori belajar sosial melalui tekanannya pada penelitian variable yang menimbulkan perilaku tertentu. Kita bukan reactor pasif terhadap kondisi situasional. Hubungan antara perilaku dan situasi yang kita jumpai dalam kehidupan bersifat timbal balik. Melalui tindakannya sendiri orang menciptakan kondisi lingkungan yang mempengaruhi perilakunya. Teori ini menuntun kita untuk melihat tindakan manusia sebagai reaksi terhadap lingkungan tertentu dan untuk memperhatikan cara lingkungan mengontrol perilaku, serta cara mengubah lingkungan untuk memodifikasi perilaku, penerapan prinsip dapat menimbulkan maladaptive.

what should i do ?

hari ini lagi .... besok mungkin lagi.
pfuiih ... >,<
what should i do ? what should i do ?
i'm tired ... :'(
yaaa mungkin ini salah saya,
saya yang tidak bisa menjaga perasaan orang lain.
yaaa saya yang salah saya yang salah saya lagi yang salah.
saya pertegas itu bukan tulisan saya !!!
saya tidak tau tulisan itu masih ada dikamar saya,
apa yang harus saya lakukan ?
meminta maaf saya lakukan berkali kali, tapi sepertinya keraguan dan ketidak percayaan tetap ada.
mungkin tak cukup hanya meminta maaf.
saya harus lakukan lebih lebih teruuuuus lebih ...
perbaiki dirimu hana !!!!!
buktikan kan ? buktikan semuanya !!
siapapun yang disisi saya nanti, tolong mengerti dan percaya saya.
don't make me cry everymoment when we've a problem :')
ya Rabb bantu hamba be better person ... ammin :)

Kegiatan Pembelajaran untuk mengembangkan Kreativitas


Hana Hapipah
1103063
PGPAUD 3B

Kegiatan Pembelajaran
Bidang Pengembangan Kreativitas
Plastik bernafas

INDIKATOR
Siswa dapat mempraktikan cara menarik dan membuang nafas, siswa dapat mengetahui cara bernafas secara sederhana

KEGIATAN
Membuat alat pernafasan dari plastik

METODE
Demonstrasi, pemberian tugas

ALAT DAN BAHAN
Botok plastik, gunting, balon biasa dan balon yang ada sedotannya, solatip

LANGKAH-LANGKAH
1.     Guru mengenalkan alat pernafasan dan cara bernafas
2.     Guru menjelaskan bahan yang akan dipakai dalam eksperimen
3.     Anak dibagi dalam beberapa kelompok
4.     Anak membuat eksperimen perkelompok
5.     Guru membimbing anak untuk bereksperimen
6.     Sediakan 2 botol plastik
7.     Potong bagian tengah botol plastik
8.     satukan antar bagian tengah botol plastik dengan solatip
9.     ujung botol pertama dipasang dengan balon karet biasa
10.  diatas tutup ujung botol kedua dipasang dengan balon karet yang ada sedotannya
11.  lalu praktikan cara kerja alat dengan meniup balon yang ada sedotannya kemudian dimasukan kedalam botol, dan plastik bernafas siap digunakan.

PENILAIAN
Observasi, penugasan dan unjuk kerja

kegiatan pembelajaran mengembangkan kognitif anak untuk kelas B


Hana Hapipah
1103063
PGPAUD 3B

Kegiatan Pembelajaran
Bidang Pengembangan Kognitif
KELOMPOK B

KOMPETENSI DASAR
Anak mampu memahami konsep sederhana, memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

HASIL BELAJAR
Anak dapat memahami bilangan

INDIKATOR
17. Membuat bentuk-bentuk geometri

KEGIATAN
Bernyanyi, menggunting, menempel bentuk lingkaran, segitiga dan persegi

METODE
Bernyanyi, demonstrasi, pemberian tugas

ALAT DAN BAHAN
Lagu, gunting, kertas HVS kosong, lem, bentuk-bentuk lingkaran segitiga dan persegi yang sudah dibuat oleh guru dalam kertas HVS

LANGKAH-LANGKAH
1.     Guru memperkenalkan bentuk-bentuk geometri
2.     Guru mengajarkan anak bernyanyi dengan lagu:
“segitiga dan lingkaran bersatu .. bersatu
  Jadi bapak tani jadi bapak tani tersenyum .. tersenyum
  segitiga dan lingkaran bersatu .. bersatu
  jadi bentuk es krim jadi bentuk eskrim mmm enak .. mmm enak
  segitiga dan persegi bersatu .. bersatu
  jadi bentuk rumah jadi bentuk rumah nyamannya .. nyamannya”
3.     Guru menjelaskan dan mendemonstasikan cara menggunting dan menempel
4.     Anak menggunting bentuk geometri yang telah disediakan
5.     Anal menempel bentuk bentuk geometri yang sudah digunting
6.     Anak menyatukan bentuk bentuk geometri sesuai dengan kreasinya. Misalnya seperti pada lagu tadi

PENILAIAN
Observasi, penugasan dan unjuk kerja

kegiatan pembelajaran dalam mengembangkan kognitif anak kelas A


Hana Hapipah
1103063
PGPAUD 3B

Kegiatan Pembelajaran
Bidang Pengembangan Kognitif
KELOMPOK A

KOMPETENSI DASAR
Anak mampu mengenal berbagai konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari

HASIL BELAJAR
Anak dapat mengenal bilangan.

INDIKATOR
11. Menunjuk 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit.

KEGIATAN
Melatih motorik halus anak, Anak membedakan jumlah benda yang ada didalam wadah sama, tidak sama, lebih banyak, lebih sedikit, dan melatih kognitif anak

METODE
Demonstrasi, pemberian tugas

ALAT DAN BAHAN
Mangkok plastik, kertas angka-angka, permen, kancing,

LANGKAH-LANGKAH
1.     Guru membagi anak menjadi beberapa kekompok
2.     Guru menempelkan kertas angka pada setiap mangkok
3.     Anak bertugas untuk memasukan salah satu bahan yang telah disediakan kedalam mangkok, misalnya memasukan permen
4.     Anak mengidentifikasi isi mangkok yang jumlahnya sama, tidak sama, lebih sedikit, dan lebih banyak
5.     Anak mengulang kegiatannya lagi dengan bahan yang lain
6.     Guru memberikan pujian kepada anak

PENILAIAN
Observasi, penugasan dan unjuk kerja

Jumat, 16 November 2012

KOPMA atau TARI ????

loyalitas itu memang susah untuk dilaksanakan ketika kita harus memilih 2 organisasi yang harus dikerjakan.
KOPMA ataukah TARI ?????
hah bingung -,-
tapi yaaa apapun, tetep loyalitas yang tinggi untuk KOPMA,
bukan maksud mengabaikan tari, tapi sepertinya KOPMA memiliki tantangan yang lebih besar dan saya dihargai di keluarga KOPMA !
semangat untuk proyek didepan mata ....
DIKSARKOP XXII ......
coming soon .... !!!!!!! ^_^

konsep dan pelaksanaan bimbingan konseling



  1. PENGERTIAN KONSEP
Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff (dalam Amin, 1987), mendefinisikan konsep sebagai berikut: (1) suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian tentang suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda).
Dengan menggunakan definisi pembentukan konsep, Woodruff menyarankan bahwa suatu pernyataan konsepsi dalam suatu bentuk yang berguna untuk merencanakan suatu unit pengajaran ialah suatu deskripsi tentang sifat-sifat suatu proses, struktur atau kualitas yang dinyatakan dalam bentuk yang menunjukkan apa yang harus digambarkan atau dilukiskan sehingga siswa dapat melakukan persepsi terhadap proses, struktur atau kualitas bagi dirinya sendiri Dari penjelasan diatas, berarti konsep merupakan suatu pernyataan yang terdiri dari informasi utama atau sentral sebagai solusi dari persoalan yang ditemui.  Selain dari informasi utama konsep juga bisa dijadikan sebagai pedoman, latar belakang, dan rancangan dalam membuat sesuatu. Dengan kata lain, pengertian konsep adalah sebuah dasar atau pedoman dalam melakukan suatu tindakan sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.

  1. KONSEP BK
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan secara bahasa adapat diartikan sebagai menunjukkan, menentukan, mengatur, mengemudikan, memberi saran, memimpin, mengadakan atau mengistruksikan.
Perbedaan B dan K
Bimbingan
Konseling
langsung dan tidak langsung
langsung
preventif, kuratif, preservatif
kuratif
individu dan kelompok
individu
tidak harus konselor
orang profesional (konselor)











Pengertian BK sendiri adalah proses memberikan bantuan dari konselor kepada individu yang mempunyai masalah agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Jadi konsep BK adalah Konsep BK  adalah rancangan yang disusun sedemikian rupa sebagai pedoman yang digunakan untuk melakukan proses bimbingan konseling.
  1. PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING
Dalam pelaksanaan BK ini harus secara sistematis, terarah, terpadu. Dimana dalam pelaksanaanya yaitu perencanaan, pengumpulan data dan penyusunan program harus saling berkesinambungan satu sama lain. Pelaksanaan Bimbingan Konseling ini terdiri dari 3 bentuk, yaitu :
1.     Perencanaan
2.     Pengumpulan data
3.     Penyusunan program
4.     Koordinasi
5.     Penyediaan Fasilitas

1.     Perencanann
Dalam pelaksanaan bimbingan Konseling, sebelum konselor melakukan/ melaksanakan  kegiatan/ program, maka konselor itu sendiri harus membuat perencanaan terlebih dahulu. Karena dengan adanya perencanaan maka program yang di bentuk akan terarah.
2.     Pengumpulan Data
Ada 3 jenis pengumpulan data, diantaranya;
A.    Jenis Data
Meliputi:
a.      Data Pribadi
·       Latar Belakang Keluarga dan Sosial
·       Kesehatan dan perkembangannya
·       Kemampuan dasar
·       Kemampuan khusus
·       Kepribadian
·       Prestasi belajar
·       Kegiatan di luar rumah
·       Rencana masa depan
b.     Data Lingkungan
B.    Sumber Data
a.      Siswa
b.     Orang tua
c.      Guru
d.     Kepala sekolah
e.      Teman
f.      Tetangga, dll
C.    Teknik Pengumpulan Data
a.      Melalui Tes
·       Tes kecerdasan
·       Tes kepribadian
·       Tes bakat
·       Tes minat
b.     Non Tes
·       Metode Observasi
·       Metode Angket/Kuisioner
·       Metode wawancara
·       Sosiometri (kedudukan anak dalam hubungan sosial, intensitas, populeritas)
·       Catatan anekdot (anekdotal record)
·       Pemeriksaan kesehatan (dibuat format)
·       Home visit
·       Case conference
Langkah:
                  Identifikasi kasus
                  Pengumpulan data
                  Analisis data
                  Diagnosis
                  Prognosis
3.     Penyusunan program
Program Bimbingan Konseling Anak Usia Dini terdiri 5 bagian, yaitu:
1.     Parenting
2.     Konseling
3.     Field trip
4.     Penempatan kegiatan ekstrakulikuler
5.     leaflet

  1. Koordinasi
Koordinasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari suatu pelaksanaan,termasuk dalm bimbingan konseling. Dalam melaksanakan peaksanaan bimbingan dan konseling koorddinasi harus dilakukan baik antar konselor, konselor dengan guru kelas, konselor dengan kepala sekolah, konselor dengan orangtua. Hal ini bertujuan agar setiap bimbingan dapat dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja, artinyan tujuan bimbingan dan konseling dapat dicapai lebih optimal.
  1. Penyedian fasilitas
Fasilitas yang dibutuhkan dalam melakukan bimbinan konseling terbagi dua yaitu fasilitas untuk konselor dan untuk anak yang dikonselor
Fasilitas pertama adalah ruangan BK. Ruang Bk haruslah ruangan yang memungkinkan untuk melakukan bimbingan dan konseling. Tata letak dan warna cat ruangan akan sangat mempengaruhi minat anak atau konseli untuk konseling.
Selain ruangan adapula alat untuk menyimpan informasi atau data seperti komputer.


PENGELOLAAN (Tepat & Baik)
pelaksanaan bimbingan konseling  yang kedua yaitu pengelolaan yang baik,agar pelaksanaan pengelolaan bimbingan konseling  tepat dan baik kita harus memahami dan mengaplikasikan cara kita mengelola, adapun dalam mengelola bimbingan konseling ada hal penting yang harus kita ketahui yaitu,perlunya organisasi bimbingan dan konselingi, uraian tugas atau mekanisme kerja organisasi,serta pengawasan.
  1. Organisasi
Organisasi bimbingan dan konseling sekolah merupakan organisasi formal, pola organisasi yang dipilih harus didasarkan kesepakatan bersama diantara pihak terkait di sekolah, dilanjutkan usaha perencanaan untuk mencapai tujuan, pemberian tugas, pengendalian proses dan penggunaan sumber sumber bimbingan yang disebut administrasi bimbingan dan konseling .organisasi harus bekerja sama antar sesama anggota untuk mencapai tujuan bersama, dengan tanggung jawab sesuai tugasnya. Dasar organisasi, bimbingan dan konseling di sekolah adalah adanya kesepakatan bersama antara guru sebagai  konselor dan kepala sekolah sebagai koordinator.

  1. Uraian tugas
Adapun uraian tugas kerja organisasi dalam pengelolaan bimbingan dan konseling, di dasarkan pada jabatan tugas. Kepala sekolah mempunyai jabatan tugas  untuk mengkoordinasi seluruh kegiatan pembelajaran,serta bimbingan di sekolah, menyediaakan dan melengkapi sarana prasarana di sekolah, melaksanakan supervisi terhadap pelaksaan bimbingan dan konseling di sekolah. Konselor atau Guru pembimbing mempunyai jabatan tugas, yaitu merencanakan program bimbingan konseling bersama koordinator BK, merumuskan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling, melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik, menampilkan pribadi sebagai figur moral yang berakhlak mulia .
  1. Pengawasan
setelah memahami organisasi bimbingan konseling dan mekanisme kerja organisasi , kita pun harus melaksanakan dan memahami pengawasan. Pengawas dapat melakukan pengawasan dan pembinaan apakah program bimbingan dan konseling telah dilaksanakan sesuai program, pengawas hendaknya memberikan dorongan dan saran saran bagaimana program program yang belum terlaksana  dapat dilakukan.  Pengawas hendaknya berperan sebagai pusat informasi pengembangan mutu pendidikan serta evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan . Pengawas harus mengembangkan diskusi bersama kepala sekolah dan konselor atau guru dengan memberikan dorongan berkenaan dengan dukungan untuk mencapai program yang terlakana baik
  1. Sarana prasarana
Pengelolaan yang baik dan tepat dalam perawatan sarana dan prasarana ini adalah penyediaan fasilitas tau alat yang menunjang tercapainya pelaksanaan konsep dari bimbingan. Dalam prasarana ini penyadiaan dan perawatan  ruangan yang nyaman, adanya computer untuk penyimpan data anak untuk menjaga asas kerahasiaan.
  1. Kerja sama
Pengelolaan kerjasama yang dilakukan oleh konselor bersama orang tua dan orang-orang yang bersangkutan seperti melakukan pertemuan dangan orang tua murid boleh secara formal, informal dan lain-lain