MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
DAN MAKHLUK SOSIAL
MAKALAH
DiajukanuntukMemenuhi
Salah SatuTugas Mata Kuliah
Pendidikan Lingkungan Sosial
Budaya dan Teknologi
Dr. Jenuri, S. Ag. M. Pd.
Oleh:
Hana Hapipah 1103063
Iin Muharomah 1102452
Yuli Kartini 1107145
IV B PG-PAUD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
KATA
PENGANTAR
Pujibesertasyukurpenulispanjatkankehadirat
Allahswt.karenaberkatrahmat, hidayahdanmaunayahnya,
penulistelasmampumenyelesaiakansebuahmakalah yang berjudulManusia sebagai
Makhluk Individu dan Makhluk Sosial.
MakalahinidisusununtukmemenuhisalahsatutugasmatakuliahPendidikan Lingkungan
Sosial Budaya dan Teknologi.
Sebagai makhluk individu manusia
merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan
sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat,
manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya
masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu
harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut. Untukitu,
perlukiranyapenulismenulissebuahmakalah yang mengemukakanmanusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial.Semogadenganadanyamakalahinidapatmenjadiinspirasibagiparapembaca.
Penulismenyadaribahwaselamapenulisanmakalahinipenulisbanyakmendapatkanbantuandariberbagaipihak.Olehsebabitu,
penulismengucapkanterimakasihdansemoga Allah swt.memberikanbalasan yang berlipatganda.
Makalahinibukanlahkarya yang
sempurnakarenamasihmemilikibanyakkekurangan,
baikdalamhalisimaupunsistematikadanteknikpenulisannya.Olehsebabitu, kami
sangatmengharapkankritikdan saran yang membangun demi kesempurnaanmakalahini.Akhirnyasemogamakalhinibisamemberikanmanfaatbagipenulisdanpembaca.
Bandung,
Februari 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan
Penulisan Makalah .............................................................................. 2
D. Manfaat
Penulisan Makalah ........................................................................... 3
E. Prosedur
Makalah ........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial.................. 5
B. Interaksi
Sosial dan Sosialisasi dalam Kehidupan Manusia sebagai Makhluk Individu dan
Makhluk Sosial
C. Masyarakat
dan Komunitas.............................................................................
D. Dilema
antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Sosial.......................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
.....................................................................................................
B. Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada
dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara yang
satu dengan lainnya baik secara fisik maupun psikis. Secara individu juga,
manusia ingin memenuhi kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri
atau ingin dan mampu mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini
merupakan gambaran bahwa setiap individu akan berusaha untuk menemukan jati
dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin menjadi orang lain sehingga
dia akan selalu sadar akan keindividualitasannya.
Adapun
hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa dalam mengembangkan
potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah dengan sendirinya,
tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam
kenyataannya, tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang
lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia hidup saling ketergantungan dan saling
membutuhkan antara yang satu dengan lainnya.
Dari kedua hal
diatas, manusiasebagaimakhlukindividudanmakhluksosial memiliki fungsi masing-masing dalam menjalankan
peranannya dalam kehidupan. Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari
kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang
membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai
individu. Dalam menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut
secara seimbang, maka setiap individu harus mengetahui dari peranannya
masing-masing tersebut. Untukitu, perlukiranyapenulismenulissebuahmakalah yang
mengemukakanmanusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Semogadenganadanyamakalahinidapatmenjadiinspirasibagiparapembaca.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkanlatarbelakangmasalahdiatas,
penulismerumuskanrumusanmasalahsebagai berikut.
1.
Apa yang dimaksud manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial?
2.
Bagaimana interaksi sosial dan sosial
dalam kehidupan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial ?
3.
Bagaimana perbedaan antara masyarakat
dan komunitas?
4.
Bagaimana dilema antara kepentingan
individu dan kepentingan sosial?
C. Tujuan Makalah
Sejalandenganrumusanmasalahdiatas,
makalahinidisusundengantujuanuntukmengetahuidanmendeskripsikan:
1.
Hakikat manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial;
2.
Interkasi sosial dan sosialisasi dalam
kehidupan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial;
3.
Masyarakat dan komunitas;
4.
Dilema antara kepentingan individu dan
kepentingan sosial.
D.
Manfaat
Makalah
Makalah
ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan, baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengetahuan
mengenai manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial , secara praktis
makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.
penulis, sebagai penambah pengetahuan
mengenai manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
2.
pembaca / guru, sebagai media informasi
mengenai manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
E.
Prosedur
Makalah
Makalah ini disusun dengan
menggunakan metodedeskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan
yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritisdalammakalahinidikumpulkanmalaluistudipustaka,
artinyapenulismengambil data melaluikegiatanmembacaberbagailiteratur yang
relevandengantemamakalah.Data tersebutdiolahdenganteknikanalisisisimelaluikegiatanmengeksposisikan
data serta mengaplikasikan datatersebutdalamkontekstemamakalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia sebagai Makhluk Individu
dan Makhluk Sosial
Padadasarnya,
manusiaadalahmakhlukindividumanusia yang merupakanbagiandan unit
terkecildarikehidupansosialataumasyarakatdansebaliknyasebagaimakhluksosial yang
membentuksuatukehidupanmasyarakat,
manusiamerupakankumpulandariberbagaiindividu. Adapunuraianlebihlanjutmengenaimanusiasebagaimakhlukindividudanmakhluk
social adalah sebagai berikut.
1.
Manusia
sebagai Makhluk Individu
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah
swt. yang pada hakikatnya mereka sebagai makhluk individu. Adapun yang dimaksud
individu menurut(Effendi, 2010: 37) adalah berasal dari kata in dan divided. Dalam bahasa Inggris in
mengandung pengertian tidak,
sedangkan divided artinya terbagi.
Jadi individu artinya tidak terbagi atau satu kesatuan. Dalam hal ini, artinya
bahwa manusia sebagai makhluk individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan
rohani atau fisik dan psikologis, apabila kedua aspek tersebut sudah tidak
menyatu lagi maka seseorang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai individu.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan
atau ciri khas masing-masing, tidak ada manusia yang persis sama meskipun
terlahir kembar. Secara fisik mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan
namun secara psikologis akan banyak menunjukan perbedaan. Ciri khas dan
perbedaan tersebut sering disebut dengan kepribadian. Kepribadian seseorang
akan sangan dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungannya.
Menurut Nursid Sumaatmadja (Effendi,
2010:39) kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil
interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang
terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya jika mendapat
rangsangan dari lingkungan.Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip)
ikut berperan dalam pembentukkan karakteristik yang khas dari seseorang.Secara normal, setiap manusia memiliki potensi dasar
mental yang berkembang dan dapat dikembangkan yang meliputi (1) minat (sense of
interest), (2) dorongan ingin tahu (sense of curiousity), (3) dorongan ingin
membuktikan kenyataan (sense of reality) (4) dorongan ingin menyelidiki (sense
of inquiry), (5) dorongan ingin menemukan sendiri (sense of discovery). Potensi
ini berkembang jika adanya rangsangan, wadah dan suasana kondusif. Jika
fenomena sosial di lingkungannya telah tumbuh potensi-potensi mental yang
normalnya akan terus berkembang.
Berawal dari potensi-potensi tersebut, manusia
sebagai makhluk individu ingin memenuhi kebutuhan dan kehendaknya masing
masing, ingin merealisasikan dan mengaktualisasikan dirinya. Dalam arti ia
memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Setiap
individu akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya yang
berbeda dengan yang lainnya, tidak ada manusia yang betul-betul ingin menjadi
orang lain, dia tetap ingin menjadi dirinya sendiri sehingga dia selalu sadar
akan keindividualitasnya.
Menurut Zanti Arbi dan Syahrun (Sadulloh, 2009:81)
menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas dirinya, atas pikiran,
perasaan, pilihan, dan perilakunya. Orang yang betul-betul manusia adalah orang
yang bertanggung jawab penuh. Tidak ada orang lain yang daoat mengambil alih
tanggung jawab dalam hidupnya. Kata hatinya adalah kata hatinya sendiri.
Adapun dalam hal ini sebagai pendidik baik orang tua
maupun guru kita harus memahami bahwa anak memiliki potensi untuk berkembang
yang ingin menjadi pribadinya sendiri. Anak dalam perkembangannya akan
memperoleh pengeruh dari luar, baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja,
tetapi anak akan mengambil jarak terhadap pengaruh-pengaruh tersebut. Dia akan
memilihnya sendiri. Pengaruh tersebut akan dia olah secara pribadi, sehingga
apa yang dia terima akan merupakan bagian dari dirinya sendiri sehingga anak
menjadi pribadi individu yang berbeda dan tidak sama dengan yang lainnya.
Selain itu, pendidik harus sadar bahwa anak bukan satu satunya manusia yang
berhak untuk mendidik anak tersebut. pendidikan tidak boleh memaksa anak untuk
mengikuti atau menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu
prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri. ss
2.
Manusia
sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia
selain sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan makhluk sosial. Adapun
yang dimaksud Istilah sosial menurut Kappara (http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2234715-pengertian-sosial-dan-politik/#ixzz2KfDPhVhf) adalah ”Sosial” berasal dari akar kata bahasa Latin Socius, yang artinya
berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dan
dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. Adapun
dalam hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang
hidup bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak dapat lepas
dari manusia lain. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial,
manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang
dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena
itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.Sepertikitaketahuibahwasejakbayilahirsampaiusiatertentumanusiaadalahmahkluk
yang tidakberdaya, tanpabantuan orang-orang
disekitariatidakdapatberbuatapa-apadanuntuksegalakebutuhanhidupbayisangattergantungpadaluardirinyaseperti
orang tuanyakhususnyaibunya. Bagisibayikeluargamerupakansegitigaabadi yang
menjadikelompoksosialpertama di kenalnya.Padaperjalananhidup yang
selanjutnyakeluargaakantetapmenjadikelompokpertamatempatmeletakandasakepribadiandan
proses pendewasaan yang didalamnyaselaluterjadi “sosialisi” untukmenjadimanusia yang mengetahuipengetahuandasar,
nilai-nilai, normasosialdanetika-etikapergaulan.
Manusiadapatdikatakanmakhliksosialkarenapadadirinyaterdapatdoronganuntukberhubunganatauberinteraksidengan
orang lain, dimanaterdapatkebutuhanuntukmencaribertemandengan orang lain yang
seringdidasariataskesamaanciriataukepentinganmasing-masing.Manusiajugatidakakanbisahidupsebagaimanusiakalautidakhidup
di tengah-tengahmanusia. Tanpabantuanmanusialainnya,
manusiatidakmungkinbisaberjalandengantegak.Denganbantuan orang lain,
manusiabisamenggunakantangan, bisaberkomunikasiataubicara, danbisamengembangkanseluruhpotensikemanusiaannya.Makhluksosialadalahmakluk
yang
terdapatdalamberagamaktivitasdanlingkungansosial.Meliputiinteraksinyamaupunbagaimanakehidupannyadalamlingkungan-lingkungansosial
yang menjaditempatmanusiaitutinggal.Tempatmerekaberkembangbiakdanmelakukanberbagaiaktivitasdalammengisihidupmerekadenganberkehidupansosial.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa anusia dikatakan sebagaimakhluksosial,
karenabeberapaalasan:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma
sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian
dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila
ia hidup di tengah-tengah manusia.
B.
Interaksi
Sosial dan Sosialisasidalam
Kehidupan Manusia sebagai Makhluk individu dan Makhluk Sosial
Manusiasebagaimahkluksosialdalam
kehidupan sehari-harinya pasti membutuhkan orang lain. Proses interaksi dan
sosialisasi selalu terjadi kapan dan dimanapun manusia itu berada. Dalam hal
ini bentuk interaksi sosial sangat bermacam-macam.Pola sosialisasi pun ada
bermacam-macam.Untuk lebih jelasnya uraian mengenai interaksi sosial dan
sosialisasi adalah sebagai berikut.
1. Interaksi Sosial
Manusiadikenalsebagaimakhluk individu dan makhluk
sosial.Dikatakan makhluk sosial karena manusia sebagai individu saling
membutuhkan dan saling berinteraksi dengan manusia atau individu
lainnya.Olehsebabitumanusiasebagaimakhluksosialsangatmembutuhkan orang lain
padahidupnyauntuksaling memberi, menolong, danmelengkapisatusama lain.
Adapunpengertianinteraksisosialmenurut Effendi
(2010:46) adalah kata interaksiberasaldari kata inter dan action.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antar
individu, kelompok social, dan masyarakat.Dalam hal ini berarti bahwa manusia
dalam kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari hubungan dengan manusia
lainnya.Interaksijugaberartibahwasetiapmanusiasalingberkomunikasidanmempengaruhibisadalampikiranmaupuntindakan.
MenurutGillindanGillin (Effendi, 2010:46) menyatakan
bahwa interaksi sosia adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara
individu, antar kelompok, orang, dan orang perorangan dengan
kelompok.Dalamhaliniinteraksisosialbisadilakukanoleh orang perorangan,
bisaolehkelompok, jugabisaperorangandengankelompok.
Interaksisosialdimulaidari hal yang terkecil yaitu
saling menegur, menyapa, berjabatangan, saling berbicara dan
lain-lain.Bahkandalampertengkaranatauperkelahianpuntermasukinteraksisosial.
Interaksisosial yang dilakukan dipengaruhi oleh
beberapa faktor.Menurut Effendi (Effendi, 2010:46)
interaksisosialterjadidengandidasariolehfaktor-faktor: imitasi,
sugesti, identifikasidan simpati.
Faktor yang pertamaadalah imitasi, imitasi merupakan
proses peniruan. Kita sebagaimakhluksosialselalumembutuhkan orang lain termasukdalamhalmeniruperilaku
orang lain yang positifbagikita. Peniruan sudah dilakukan pada rentan anak usia
dini. Anak usia dini merupakan peniru yang ulung, maka dari itu sikap dan
perilaku setiap orang dewasa perlu dijaga dan diperhatikan agar peniruan yang
dilakukan anak usia dini bersifat positif. Pada proses peniruan ini mudah
berubah-ubah karena perkembangan teknologi didunia ini berlangsung secara
global dan sangat cepat.
Yang kedua yaitu Sugesti, sugesti adalah suatu proses
dimana seorang individu menerima pendapat atau pandangan dari orang lain tanpa
adanya kritik terlebih dahulu. Sugesti merupakan pengaruh psikis yang datang
dari dirinya sendiri maupun orang lain. Orang akan mudah menerima sugesti dari
orang lain ketika seseorang sedang ada pada kondisi yang dilematis. Dalam
hubungan interaksi sosial, arti Imitasi dan sugesti hampir sama perbedaannya
adalah dalm imitasi seseorang mengikuti atau meniru orang lain, sedangkan pada
sugesti seseorang memberikan pandangan atau pendapat menurut dirinya dan
diterima oleh orang lain.
Yang ketiga yaitu Identifikasi, dalam psikologis
identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik atau dorongan untuk menjadi
sama dengan orang lain, baik secara lahir maupun batin.
Faktor yang keempatyaitu simpati, simpati yaitu
perasaaan yang timbul pada orang lain atas dasar penilaian menurut perasaan
didalam dirinya.
2. Bentuk Interaksi Sosial
Ada beberapa
bentuk interaksi sosial yaitu:kerjasama (cooperation),
persaingan (competition), dan
pertentangan (conflict). Menurut
Gillin dan Gillin bentuk kerjasama dibagi dalam dua proses yang didalamnya
terdapat bentuk bentuk khusus. Yang pertama yaitu proses Asosiatif terdiri dari
2 bentuk khusus yaitu akomodasi dan asimilasi. Yang kedua yaitu proses
Disosiatif, disosiatif terdiri dari tiga bentuk khusus yaitu persaingan (competition), kontravnersi (contravention), dan pertentangan (conflict).
a. Bentuk
Interaksi Asosiatif
1) Kerjasama (cooperation)
Kerjasama
merupakan salah satu bentuk interaksi
sosial yang sering terjadi dimasyarakat pada umumnya. Kerjasama menggambarkan
sebagian besar bentuk interaksi sosial. Dan setiap bentuk interaksi sosial
dapat ditemukan pada setiap kelompok manusia. Kerjasama timbul karena orientasi
orang perorangan terhadap kelompoknya atau kelompok yang lainnya.
Ada tiga
bentuk kerjasama yang biasa dilaksanakan yaitu:
a) Bargaining, yaitu pelaksanaan kerjasama atau
perjanjian antara dua organisasi atau lebih mengenai pertukaran barang dan
jasa.
b) Cooperation, yaitu penerimaan unsur baru dalam
kepemimpinan atau dalam pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai
salah satu cara untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas organisasi
tersebut.
c) Coalition, yaitu kombinasi antar dua
organisasi atau lebih yang mempunyai pandangan dan tujuan yang sama.
2) Akomodasi (accomodation)
Dalam
interaksi sosial, istilah akomodasi berarti suatu kenyataan adanya keseimbangan
dalam interaksi orang perorangan dan kelompok manusia sehubungan dengan nilai
dan norma yang berlaku dimasyarakat.
Ada beberapa
bentuk akomodasi, diantaranya:
a) Coertion
adalah bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya suatu
paksaan. Contohnya
b) Compromise
adalah salah satu bentukakomodasi dimana pihak yang terlibat perselisihan
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan
tersebut. Contohnya
c) Arbitration
adalah suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berselisih tidak
sanggup untuk mencapainya sendiri. Contohnya
d) Mediation
cara untuk mencapai penyelesaina dalam perselisihan dengan cara menghadirkan
orang ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Contohnya dalam
sidang perceraian.
e) Concilitation
adalah usaha untuk mengabulkan atau mempertemukan keinginan pihak yang
berselisih agar tercapainya suatu persetujuan bersama. Contohnya
f) Tolerantion
adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal. Contohnya toleransi
dalam beribadah.
g) Stelemate adalah
suatu akomodasi dimana pihak pihak yang berkepentingan mempunyai yang seimbang,
berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Contohnya
h) Adjudication
adalah perselisihan perkara atau sengketa dipengadilan.
b. Bentuk
Interaksi Disosiatif
1) Persaingan (competition)
Persaingan
merupakan bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok
untuk memperoleh keuntungan tertentu baik bagi dirinya maupun kelompoknya
dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
menggunakan kekersan.
2) Kontravensi
(contravention)
Kontraversi
adalah rperasaaan yang menggejolak yang ada pada diri seseorang yag ditandai
oleh adanya ketidakpastian dalam diri seseorang, perasaan tidak suka yang
disembunyikan dan kebencian terhadap orang lain. Tapi gejala-gejala tersebut
tidak sampai menimbulkan pertentangan atau pertikaian.
3) Pertentangan
(conflict)
Pertentangan
merupakan suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha
utuk mencapai tujuannya dengan cara menentang pihak yang lain atau pihak yang
menghalangi dengan ancaman atau tindak kekerasan.
Bentuk-bentuk
pertentangan dibagi beberapa macam, antara lain:
a) Pertentangan
pribadi, yaitu pertentangan yang dilakuakan oleh antar individu.
b) Pertentangan
rasional, yaitu pertentangan yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan ras.
c) Pertentangan
kelas sosial, yaitu perbedaan yang ditimbulkan karena adanya perbedaan
kepentingan antar kelas sosial.
d) Pertentangan
politik, yaitu pertentangan yang biasanya terjadi diantara partai-partai
polotik untuk mencapai keinginannya.
3. Sosialisasi
Sosialisasi
sangat erat kaitannya terhadap manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial kita harus senantiasa hidup bersosial dengan orang lain agar dapat
saling membantu, melengkapi, dan mencapai tujuan hidup kita. Menurut Berger
(Effendi, 2010:49) mendefinisika sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member of
society” yaitu suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang
anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dalam hal ini jelas dikatakan
bahwa proses sosialisasi dimulai dari sejak anak usia dini hingga usia
seseorang berakhir. Proses sosialisasi terus dilakukan selama kita masih hidup
dan masih membutuhkan orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses
dimana seseorang dapat berinteraksi dan berpartisipasi dengan masyarakat yang
ada disekitarnya.
Setiap orang
harus mempelajari peranan-peranan yang ada dalam masyarakat. Seseorang belajar
memahami apa peranan dirinya yang harus dijalankan dalam masyarakat dan apa
peranan orang lain yang harus dijalankan dalam masyarakat. Dengan mengetahui
peranan yang ada didalam masyarakat maka timbullah proses interaksi sosial
dengan orang lain. Menurut teori George Herbert Mead menjelaskan bahwa
tahapan-tahapan pengembangan diri manusia dalam berinteraksi dibagi dalam
beberapa tahap yaitu: play stage, game stage, dan tahap generalized other.
Tahap
pertama yaitu play stage terjadi pada anak usia dini. Pada tahap ini anak mulai
menirukan apa yang dilakukan oleh orang disekelilingnya terutama orang tuanya.
Ia mulai menirukan apa yang biasa dilihatnya sehari-hari. Contohnya dalam
bermain anak terkadang bermain peran yang dijalankan sebagai ibu atau ayah
dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada tahap ini anak belum mengerti memahami
peranan-peranan yang ditirunya. Tahap kedua yaitu game stage, pada tahap ini
anak sudah mengetahui peranan yang harus dijalankannya dan juga anak telah
mengetahui peranan yang haru dijalankan oleh orang lain. Contohnya dalam
pertandingan sepak bola. Ketika anak menjadi kiper ia mengetahui tugasnya
adalah menjaga agar gawangnya tidak termasuki bola oleh lawannya. Dan ia juga
mengetahui peran teman-temannya dan peran tim lawan. Ia juga mengetahui peran
wasit, hakim garis, pelatih dan lain sebagainya. Tahap ketiga yaitu generalized
other, pada tahap ini seseorang sudah mampu mengambil peranan peranan yang
dijalankan orang lain dalam masyarakat. Ia telah mampu berinteraksi dengan
orang lain dan memahami dengan siapa ia berhadapan dan berinteraksi. Contohnya
ketika ia menjadi seorang anak ia mampu memahami peran yang dijalankan orang
tuanya. Ketika ia jadi siswa ia mampu memahami peran yang dijalankan oleh
gurunya. Ketika ia jadi karyawan ia mampu memahami peran yang dilakukan
atsannya dan laun sebagainya. Dari ketiga tahap tersebut terlihat jelas bahwa
diri seseorang terbentik karena adanya interaksi sosial.
Setiap
makhluk hidup pasti sangat membutuhkan proses sosialisasi, baik itu dimulai
dari anak usia dini sampai dewasa bahkan sosialisasi berjalan seumur hidup.apa
yang terjadi jika sejak usia dini anak tidak mengalami sosialisasi ? pasti anak
tidak akan menjadi manusia seutuhnya, karenan kemampuan seseorang untuk
berperan sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada proses sosialisasi.
Ketika seseorang tidak mengalami sosialisasi maka yang terjadi adalah orang itu
tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. Contohnya banyak ditemuakan anak
anak yang terlantar dihutan dan dibesarkan oleh hewan atau yang disekap oleh
orang tuanya sejak kecil. Mereka tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Mereka
cenderung bagaimana berprilaku seperti hewan, mereka tidak dapat berbicara,
tidak dapat berpakaian bahkan tidak dapat tertawa atau menangis. Ketika
anak-anak itu diselamatkan dan diberi terapi seperti manusia umumnya, mereka
mungkin bisa menerima sedikit demi sedikit perubahan pada diri mereka untuk
menjadi manusia seutuhnya namun kemampuan mereka tidak akan mampu menyamai
kemampuan anak lain yang sebaya dengannya, karena kemampuan kemampuan tertentu
hanya dapat diajarkan pada periode tertentu dikehidupan anak. Bila proses
sosialisasinya terlambat, maka proses tersebut tidak akan berhasil atau hanya
berhasil untuk sebagian kecil saja. Mereka juga tidak akan menjadi manusia seutuhnya
karena mereka tidak pernah tersosialisasi secara wajar dan mereka cenderung
meninggal dengan usia muda.
Sosialisasi
dilakukan oleh semua individu yang bersosial. Ada beberapa pihak yang membantu
melaksanakan sosialisasi yaitu keluarga, kelompok bermain media massa dan
sistem pendidikan. Peran agen utama yaitu orangtua merupakan peran penting bagi
anak untuk bersosialisasi. Orang tua merupaka awal dimana kita melakukan
interaksi dengan dunia pertama kita. Keluarga merupakan pendidik yang pertama
dan yang paling utama dalam hal pertumbuhan dan perkembangan anak begitupun
dengan perkembangan sosialisasi mereka. Maka orang tua hendaknya mengoptimalkan
proses sosialisasi pertama untuk anak. Kelompok bermain juga tidak kalah
pentingnya dengan orang tua. Melalui kelompok bermain anak mulai bisa belajar
bersosialisasi secara umum. Bagaimana ia berinteraksi dengan teman sebayanya,
bagaimana ia menyelesaikan suatu permasalahan dalam berinteraksi dengan
temannya dan juga bagaimana ia bisa memilih teman yang sejalan dengannya. Agen
yang ketiga yaitu media massa. Media masa sangat erat kaitannya dengan
teknologi yang makin maju dan berkembang. Media masa pun sangat penting untuk
sosialisasi dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita
4. Bentuk dan Pola Sosialisasi
Sosialisasi
dalam hal ini vfnwavfbejhgaxhbfmejarhrnjfmesrkjythfjreky
a.
bentuk-bentuk sosialisasi
sosialisasi
merupakan salah satu bentuk manusia dalam mempertahankan interaksi dengan
lingkungannya. Proses ini berlangsung sepanjang hidup manusia.
Bentuk
sosialisasi dibedakan menjadi dua yaitu sosialisasi primer dan sekunder.
Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dilakukan oleh seluruh
individu sejak ia kecil. Sosialisasi primer tidak ada proses identifikasi dan
pada masa inilah dumia pertama anak terbentuk. Sosialisasi primer berakhir
ketika konsep tentang orang lain pada umumnya telah terbentuk dan tertanam
dalam kesadaran individu. Pada titik ini ia merupakan anggaota efektif
masyarakat.
Yang kedua
yaitu sosialisasi sekunder, sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang
memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari
dunia objek masyarakat. Apabila sosialisasi ini tidak berjalan maka akan
menimbulkan dampak yaitu pengetahuan yang dimiliki akan sangat sederhana.
b. pola sosialisasi
pada
dasarnya ada dua pola sosialisasi, yaitu pola represi (kekerasan/hukuman) dan
pola partisipasi. Sosialisasi menggunakan pola represi menekankan pada
penggunaan hukuman atau kekerasan apabila terdapat dan melakukan kesalahan.
Adapun ciri-ciri lain dalam penggunaan prose represi yaitu penggunaan materi
dalam hukuman dan imbalan, penekanan terhadap orang tua, penekanan terhadap
komunikasi satu arah non verbal dan berisi perintah, sosialisasi terhadap orang
tua dan keinginan orangtua dan lain-lain.
Sosialisasi
secara partisipasi merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan ketika ia
berlaku baik , hukuman dan imbalan berupa simbol, anak diberi kebebasan,
komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, kebutuhan dianggap
sangat penting dal=n lain sebagainya.
C.
Masyarakat
dan Komunitas
Dalamkehidupansebagaimaklukindividudansosial, manusiaselaluberhubungandan
tidak dapat lepas denganmasyarakatdankomunitas.Seringkalipenggunaankeduaistilahtersebuttertukardalampenggunaannya,
padahal pada hakikatnya kedua istilah tersebut tidaklah sama. Terdapat
perbedaan mendasar antara kedua konsep tersebut, dan untuk mengetahui lebih
lanjut, berikut akan penulis sajikan beberapa devinisi masyarakat dan komunitas
menurut para ahli sebagai berikut.
1. Masyarakat
Krech, Crutchfield, dan Ballachey (Effendi, 2010:
59) mengemukakan devinisi masyarakat sebagai ”a society is that it is an organized collectivity of interacting people
whose actives become centered around a set of common goals, and who tend to
share common beliefs, attitudes, and of action.” Dari devinisi tersebut
dapat ditarik kesimpulan unsur-unsur yanga ada dalam masyarakat adalah
kolektivitas interaksi manusia yang terorganisasi, kegiatannya yang terarah
pada sejumlah tujuan yang sama, memilikin kecenderungan untuk memiliki
keyakinan, sikap, dan bentuk tindakan yang sama. Dalam hal ini, interkasi dan
tindakan itu tentu saja interaksi serta tindakan sosial.
Selanjutnya, Fairchild et al (Effendi, 2010: 59)
memberikan batasan masyarakat sebagai berikut.
Society is a
group human beings cooperating in the pursuit of several of their major
interest, invariaby including selfmaintenance and self perpetuation. The
concept of society includes continuity, complex associational relationships,
and a composition including representatives of fundamental human types,
specifically men, women, and childern.
Menurut konsep di atas, karakteristik dari
masyarakat itu adalah adanya sekelompok manusia yang menunjukan perhatian
bersama secara mendasar, pemeliharaan kekekalan bersama, perwakilan menusia
menurut sejenisnya yang berhubungan satu sama lain secara berkesinambungan.
Dengan demikian, relasi manusia sebagai suatu bentuk masyarakat itu tidak
terjadi dalam waktu yang singkat, melainkan secara berkesinambungan dalam waktu
yang relatif cukup lama.
Dari beberapa devinisi di atas dapat disimpulkan
bahwa masyarakat merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan
hubungan, bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta
melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam wkatu yang relatif lama yang
menempati kawasan tertentu.
2.
Masyarakat
Setempat/ Komunitas
Masyarakat setempat
atau komunitas merupakan bagian kelompok dari masyarakat dalam lingkup
yang lebih kecil, serta ikatan kebersamaannya yang kuat dan lebih terikat oleh
tempat.
Adapun menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto
(Effendi, 2010: 62) istilah community dapat diterjemahkan sebgai masyarakat
setempat, istilah ini menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah kota, suku
atau suatu bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok hidup bersam
sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat
memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi dapat
disebut masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin hubungan sosial.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh
suatu derajat hubungan social yang tertentu. Jadi dasar-dasr dari masyarakat
setempat adalah lokalitas atau wilayah, perasaan sepenanggungan dan hubungan
sosial tertentu yang merupakan perasaan saling ketergantungan .
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
devinisi masyarakat dengan masyarakat setempat/ komunitas. Devinisi masyarakat
sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedangkan devinisi masyarakat setempat
lebih terbatas dan juga dibatasi oleh area kawasan serta sejumlah warganya.
Ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuan lebih erat masyarakat
setempat dibandingkan dengan masyarakat.
Lebih lanjut dalam kehidupan masyarakat, Ferdinand
Tonnies (Effendi, 2010: 65) mengemukakan pemnbagian masyarakat dengan sebutan
masyarakat gemainchaft dan geselshaft. Masyarakat gemainchaft atau disebut juga
paguyuban adalah kelompok masyarakat dimana anggotanya sangat terikat secara emosional
dengan yang lainnya dan biasanya cenderung sebagai refleksi masyarakat
pedesaan. Sedangkan masyarakat geselshaft atau patembeyan ikatan-ikatan
diantara anggota anggotanya kurang kuat dan bersifat rasional, biasanya
cenderung sebagai refleksi masyarakat perkotaan.
D.
Dilema antara Kepentingan Individu dan
Kepentingan Sosial
Manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosialselaluterdiridariduakepentingan,
yaitukepentinganindividu yang termasukkepentingankeluarga, kelompokataugolongandankepentinganmasyarakat
yang termasukkepentinganrakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu
sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut
hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan
suatu kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada
keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia
banyak timbul masalah kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkankebingunganataudilemamanusiajikamerekatidakbisamembagikepentinganindividudankepentinganmasyarakat.Persoalanpengutamaankepentinganindividuataumasyarakatinimemunculkanduapandangan
yang berkembangmenjadipaham/aliranbahkanideologi yang dipegangolehsuatukelompokmasyarakat. Adapun Ariska (http://iraars-meandmyself.blogspot.com
/2012/03/manusia-sebagai-mahluk-individu-dan.html) mengemukakan dua
pandangan yaitu pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Untuk
mengetahui lebih lanjut, berikut kami sajikan uraian berikut.
1.
Pandangan
Individualisme
Individualisme
berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu
yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan
lengkap terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat
bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral
individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya.
Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut
juga ideologi individualisme liberal.
Paham individualisme
liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme) pada abad ke 18-19. Yang
dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke,
Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi
liberalisme adalah sebagai berikut.
a. Penjaminan
hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya berada pada
pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial, Mementingkan diri sendiri
atau kepentingan individu yang bersangkutan.
b. Pemberian
kebebasan penuh pada individu. Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya
masing-masing.Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan
persaingan dan dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme,
kebebasan antar individu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi,
negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam
rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan
hidup bersama.
2.
Pandangan
Sosialisme
Paham sosialisme
ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan Proudhon.
Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan.
Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis,
hak-hak individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena
keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok.
Sosialisme adalah paham
yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan
sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi.
Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama
yang tersisih oleh system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan
kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak
individu harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang lebih
luas. Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara untuk
meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan
alat-alat produksi oleh perorangan. Paham marxisme/komunisme dipelopori
oleh Karl Marx (1818-1883).
Paham individualisme
liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang hakikat
manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya
lebih ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas
merdeka, manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur.
Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat
menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham
ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan
untuk kepentingan negara.
Dari kedua paham
tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme liberal dapat
menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi,
imperialisme, dan kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi
kehidupan politik, tetapi tidak dalam lapangan ekonomi dan sosial.
Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak menghargai manusia sebagai pribadi
sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin
terjadi kemakmuran, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.
Negara indonesia
yang berfilsafahkan pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki sifat pribadi
sekaligus sosial secara seimbang. Menurut filsafat pancasila, manusia adalah
makhluk individu sekaligus makhluk sosial, yang secara hakikat bahwa kedudukan
manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Bangsa indonesia
memiliki prinsip penempatan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan
golongan. Demi kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan hak-hak dasar
setiap warga negara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkanuraianbabsebelumnya,
penulisdapatmengemukakankesimpulansebagaiberikut.
1.
Manusia sebagai mahluk individu artinya
manusia merupakan satu kesatuan antara jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan
sebagai individu apabila kedua unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
2.
Selain sebagai makhluk individu juga,
manusia adalah makhluk sosial. Salah satunya dikarenakan pada diri manusia ada
dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain yang satu sama
lain saling membutuhkan. Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk sosial setiap
individu dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu proses dimana seseorang belajar menjadi seorang
anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
3.
Adapun yang dimaksud masyarakat setempat
atau komunitas berbeda dengan masyarakat. Masyarakat sifatnya lebih umum dan
lebih luas, sedang masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh
kawasan tertentu. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuannya
lebih erat pada masyarakat setempat dibandingkan dengan masyrakat.
4.
Manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial selalu dihadapkan oleh dua kepentingan yaitu kepentingan
individu dan sosial. Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat
ini memunculkan dua pandangan yang berkembang yaitu pandangan individualisme
dan pandangan sosialisme. Sebetulnya kedua kepentingan tersebut tidak dapat
dipisahkan dan bukanlah pilihan.
.
B. Saran
Sejalandengankesimpulandiatas,
penulismerumuskan saran sebagaiberikut.
1.
Setiap individu hendaknya sadar bahwa
mereka adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga mereka
mampu menghargai satu sama lain dalam arti tidak mengambil hak orang lain
ketika bertindak sebagai makhluk sosial dan sebaliknya.
2.
Dalam upaya pendidikan hendaknya para
pendidik harus menghormati keindividualitasan, karakteristik, keunikan dan
kepribadian anak. pendidikan tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti dan
menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu prinsip
pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.
3.
Pembentukan proses sosialisasi pada anak
dalam interaksi sosial hendaknya harus didukung oleh semua pihak. Keluarga,
lingkungan masyarakat juga tenaga pendidik harus membantu menstimulasinya.
4.
Kesempatan berinteraksi akan sangat
dibutuhkan oleh anak dalam bersosialisasi dengan orang lain. Hendaknya kita
sebagai calon guru dan calon ibu harus sadar bahwa pemberitahuan, pemberian
contoh dan pembiasaan sangat penting dan dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan
orang lain dimasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ariska, I. (2013). Manusia sebagai
Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. [Online]. Tersedia: (http://iraars-meandmyself.blogspot.com /2012/03/manusia-sebagai-mahluk-individu-dan.html). [6 Februari 2013]
Effendi, R. dan Setiadi, E.M. (2010). Pendidikan
Lingkungan, Sosial, Budaya dan Teknologi. Bandung: UPI Press.
Kappara. (). Pengertian Sosial dan
Politik. [Online]. Tersedia: (http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2234715-pengertian-sosial-dan-politik/#ixzz2KfDPhVhf). [11
Februari 2013].
Sadulloh, U. (2003). Pengantar
Filsafal Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar