KONSEP PENDIDIKAN YANG
ISLAMI
UNTUK ANAK USIA DINI
UNTUK ANAK USIA DINI
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah
Seminar
Pendidikan Agama Islam
Dra. Hj. Titing
Rohayati, M.Pd.
oleh:
Hana Hapipah 1103063
Siti
Misbahul Ajijah 1102352
Suci Maulida 1102244
PGPAUD 5B
PROGRAM PENDIDIKAN
GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. Karena, berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Pendidikan yang Islami untuk
Anak Usia Dini”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam.
Anak
usia dini merupakan masa dimana anak akan tumbuh dan berkembang secara pesat apabila
dioptimalkan dengan baik.
Anak
usia dini merupakan masa peka dimana anak akan memaksimalkan apa yang mereka
lihat, dengar,
dan alami sendiri. Orang tua dan guru sebagai salah satu pendidik didalam
pertumbuhan dan perkembangan anak hendaknya selalu mendidik berdasarkan
landasan Al-Quran, hadist juga akhlak Rasulullah. Selain itu, orang tua dan guru
harus selalu berkoordinasi dengan baik agar perkembangan anak mampu tercapai secara
maksimal. Lalu bagaimana pentingnya
pendidikan yang islami untuk anak? Bagaimana metode mendidik anak
dengan cara islami? Dan bagaimana menciptakan suasana pembelajaran yang islami?
Pertanyaan inilah yang
menjadi fokus
makalah yang penulis susun. Sejalan dengan itu, makalah ini secara jelas membahas tentang pentingnya
pendidikan yang islami untuk anak usia dini.
Penulis menyadari, bahwa selama penulisan
makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dra. Hj. Titing Rohayati, M.Pd.,
selaku dosen mata kuliah yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah
ini;
2. Rekan-rekan
seangkatan yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini;
3. Semua
pihak yang tidak bisa
penulis sebut satu persatu.
Semoga
Allah swt. Memberikan balasan berlipat ganda.
Makalah
ini bukan karya yang sempurna, karena masih memiliki banyak kekurangan, baik
dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya, semoga makalah
ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Amin.
Bandung,
September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................................ 3
C. Tujuan
Makalah................................................................................... 3
D. Manfaat
Makalah................................................................................. 3
E. Prosedur
Makalah................................................................................ 4
F. Sistematika
Makalah........................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI
A. Definisi Pendidikan dan Pendidikan yang Islami............................... 5
B. Hakikat Anak Usia Dini dalam Islam.................................................. 7
BAB
III PEMBAHASAN
A.
Pentingnya Pendidikan yang Islami untuk
Anak Usia Dini................ 14
B.
Metode Mendidik Anak dengan Cara Islami....................................... 18
C.
Menciptakan Suasana Pembelajaran yang
Islami untuk Anak Usia Dini.............................................................................................................. 25
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan.............................................................................................. 31
B. Saran..................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 33
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Berbagai
masalah yang berhubungan dengan krisis karakter akhir-akhir ini banyak
bermunculan, dari mulai korupsi yang semakin merajalela, tingkat kriminalitas yang semakin tidak
terkendali, pencurian, perampokan, pemerkosaan, serta kenakalan remaja menjadi hal yang tidak aneh di lingkungan
masyarakat. Sebagai bangsa yang memiliki mayoritas muslim terbesar sudah
seharusnya kita merenungkan hal tersebut dan berusaha melakukan suatu perbaikan
yang mampu memperbaiki akhlak serta menjadikan bangsa kita menjadi bangsa yang
mampu menerapkan prinsip-prinsip islami dalam pendidikan. Selain itu juga ada
pemikiran masyarakat yang selama ini tidak mementingkan ilmu keislaman dan
lebih memprioritaskan ilmu-ilmu duniawi menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan krisis karakter itu sendiri, pada zaman sekarang ini masyarakat
akan lebih bangga jika anaknya mampu berbahasa asing sejak dini dari pada bisa
membaca Al-qur’an, lebih bangga pula jika anaknya menjadi seorang dokter
dibandingkan menjadi seorang pendakwah, dan banyak pula para pengusaha yang
tidak memberikan waktu sholat bagi pegawainya serta lembaga-lembaga pendidikan
seperti sekolah yang sudah mulai meninggalkan aturan-aturan islam dalam
melakukan proses pendidikannya. Semua hal tersebut membuktikan bahwa akhlak
bangsa kita sudah mulai tergoncang dan melenceng dari tujuan pendidikan islam.
Namun bukan berarti ilmu duniawi tidak boleh dipelajari, melainkan kedua ilmu
tersebut harus sejalan dan seimbang dalam kehidupan semua individu yang
bertujuan agar kita mampu mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia maupun di
akhirat, seperti apa yang tertera di dalam Al-qur’an surat Al-‘alaq ayat 1-6
Allah memerintah kepada manusia untuk senantiasa mencari ilmu
Artinya : “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas"
Berbagai
permasalahan yang telah disebutkan tentunya harus segera diatasi sedini mungkin
melalui berbagai metode, salah satunya adalah melalui pendidikan dimulai dari
pendidikan anak usia dini yang merupakan masa golden age, dimana anak mampu
meresap segala pembelajaran hidup yang dicontohkan lingkungan sekitarnya yang
akan menjadi pondasi bagi masa depannya. Oleh karena itu, kita harus mampu
memanfaatan masa peka tersebut dengan memberikan stimulus yang tepat dan
positif sehingga anak memiliki filter dalam menjalani kehidupan di dunia.
Pendidikan tersebut harus benar-benar dilaksanakan sebaik mungkin dengan berlandaskan
pada Al-qur’an dan hadist. Pendidikan anak usia dini ini juga dianjurkan oleh
Rasulullahh saw. dalam sabdanya yaitu “Utlubul
‘ilma minal Mahdi ilal lakhdi” yang maknanya tuntunlah ilmu dari buaian
hingga ke liang lahat, dengan demikian mendidik anak sejak dari kandungan sang
ibu berkaitan erat dengan dasar ajaran agama islam.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa pentingnya pendidikan yang islami untuk anak usia
dini?
2. Bagaimana cara mendidik anak usia dini dengan
menggunakan metode-metode islami?
3. Bagaimana cara menciptakan suasana pembelajaran yang
islami untuk anak usia dini?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan
rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan:
1. Pentingnya pendidikan yang islami untuk anak usia dini
2. Cara mendidik anak usia dini dengan menggunakan
metode-metode yang islami
3. Cara menciptakan suasana pembelajaran yang islami
untuk anak usia dini
D.
Manfaat
Makalah
Makalah ini
disusun dengan harapan memberikan kegunaan, baik secara teoritis maupun secara
praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengetahuan tentang konsep pendidikan yang islami untuk anak usia
dini,
secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai penambah pengetahuan
tentang konsep
pendidikan yang islami untuk anak usia dini;
2. Pembaca/guru,
sebagai media informasi tentang konsep
pendidikan yang islami untuk anak usia dini.
E.
Prosedur
Makalah
Metode
yang digunakan adalah deskriptif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan malalui
studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai
literatur, yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analis isi melalui kegiatan mengeksposisikan
data tersebut dalam konteks tema makalah.
F.
Sistematika Makalah
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
D. Manfaat Makalah
E. Prosedur Makalah
F. Sistematika Makalah
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan dan Pendidikan yang Islami
B. Hakikat Anak Usia Dini dalam Islam
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pentingnya
Pendidikan yang Islami untuk Anak Usia Dini
B.
Metode
Mendidik Anak dengan Cara Islami
C.
Menciptakan
Suasana Pembelajaran yang Islami untuk Anak Usia Dini
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
B.
Saran
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Pengertian
Pendidikan dan Pendidikan yang Islami
Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang harus
dijalani oleh seluruh umat manusia, karena dalam agamapun kita diwajibkan untuk
menuntut ilmu sampai akhir hayat.
Istilah pendidikan bisa ditemukan dalam al-Qur’an dengan
istilah ‘at-Tarbiyah’, ‘at-Ta’lim’, dan ‘at-Tadhib’, tetapi lebih banyak kita
temukan dengan ungkapan kata ‘rabbi’, kata at-Tarbiyah adalah bentuk masdar
dari fi’il madhi rabba , yang mempunyai pengertian yang sama dengan kata ‘rabb’
yang berarti nama Allah. Dalam al-Qur’an tidak ditemukan kata ‘at-Tarbiyah’,
tetapi ada istilah yang senada dengan itu yaitu; ar-rabb, rabbayani, murabbi, rabbiyun,
rabbani. Sebaiknya dalam hadis digunakan istilah rabbani.
Semua fonem tersebut mempunyai konotasi makna yang
berbeda-beda. Beberapa ahli tafsir berbeda pendapat dalam mengartikan kata-kata
diatas. Sebagaimana dikutip dari Ahmad Tafsir bahwa pendidikan merupakan arti
dari kata ‘Tarbiyah’ kata tersebut berasal dari tiga kata yaitu; rabba-yarbu
yang bertambah, tumbuh, dan ‘rabbiya- yarbaa’ berarti menjadi besar, serta
‘rabba-yarubbu’ yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara.
Sedangkan, menurut kamus Bahasa Indonesia Kata
pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran
‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik.
Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Sedangkan menurut
UU SISDIKNAS No.20 tahun
2003 (http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/)
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara (http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/) menjelaskan tentang pengertian
pendidikan yaitu
Tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne (http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/), adalah
proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang
lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam
sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Dari
beberapa pengertian pendidikan menurut
ahli tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak
untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak mampu melaksanakan
berbagai tugas perkembangannya tanpa bantuan orang lain. Dengan demikian
pendidikan yang islami itu sendiri adalah suatu sistem pendidikan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Sehingga jika
pendidikan yang islami itu diterapkan pada anak usia dini maka hal tersebut
berisikan tentang segala bentuk bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa
kepada anak yang bertujuan agar anak mampu menjadi hamba Allah yang taat dan
mampu mengamalkan segala perintah agamanya serta menjadikan Al-Qur’an dan
hadist sebagai pedoman hidupnya.
B.
Hakikat Anak Usia Dini dalam Islam
Anak merupakan buah hati, cahaya mata, tumpuan harapan, pusat kebanggaan
keluarga serta amanah yang diberikan Allah swt. kepada setiap orangtua. Sebagaimana
dijelaskan dalam Surah Al-Anfal ayat 27
Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kalian mengkhianati
(amanat) Allah dan Amanat Rasul,dan janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat
yang diamanatkan kepada kalian,sedangkan kamu mengetahui”.(Q.S. al-Anfal ayat 27)
Selain itu, Anak juga merupakan ujian bagi setiap orangtua
sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Anfal ayat 28 yang berbunyi :
Artinya :”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah
sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.” (QS.al-Anfal
ayat 28).
Ayat tersebut, menjelaskan
salah satu ujian yang diberikan Allah kepada orangtua yaitu anak-anak mereka. Itulah
sebabnya setiap orangtua hendaklah benar-benar bertanggungjawab terhadap amanah
yang diberikan Allah swt. sekaligus menjadi batu ujian yang harus dijalankan. Jika anak
yang dididik mengikuti ajaran Islam maka orangtua akan memperoleh ganjaran
pahala yang besar dari hasil ketaatan mereka.
Menurut
Hamzah Hasan (2009:10)
Berbahagialah
orangtua yang menjadikan agama sebagai modal awal pendidikan bagi anak-anaknya,
sebab jika pendidikan diawali dengan tidak berdasarkan pada agama maka anak
bisa saja meninggalkan fitrahnya menganut agama tauhid.
Pendidikan agama ini juga akan lebih baik jika
dilaksanakan sejak dini sebagaimana yang disampaikan oleh Sa’ad Karim (2006:7). “Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
dilakukan sejak dini’’.
Pendidikan yang islami pada anak usia dini sangat
diperlukan guna membentukan akhlak yang baik bagi anak dimasa mendatang. Dalam
hal ini peran orangtua dan guru sangat diperlukan dalam mendidik dan membimbing
anak menuju ke arah kebaikan dengan pemberian pembelajaran yang baik dan tepat.
Dalam hal ini diperkuat oleh sabda Rasullullah saw. yang berbunyi: ‘Tidaklah
orangtua memberikan kepada anaknya pemberian yang lebih utama selain dari
pendidikan yang baik’ (HR.
Tirmidzi & Thabrani). Dalam hadist lain juga dijelaskan: ‘Tidak ada
pemberian orangtua terhadap anaknya yang lebih utama selain dari pada pemberian
budi pekerti yang baik’. (HR.
Tirmidzi).
Al-qur’an
merupakan petunjuk bagi seluruh umat, berbagai macam petunjuk kehidupan dapat
kita temui di dalam Al-qur’an dan petunjuk-petunjuk itupun disempurnakan dengan
hadist agar manusia mampu memahami dan mampu mengamalkannya. Termasuk dalam
bidang pendidikan anak usia dini, telah
dijelaskan dalam Al-qur’an bagaimana kewajiban orangtua dan lingkungan sekitar
dalam membentuk generasi yang berakhlaqul karimah serta mampu menjadi hamba
Allah yang taat, Semenjak dilahirkan seorang anak telah dianugrahi berbagai
potensi yang harus dikembangkan, hal tersebut tercantum dalam hadist berikut
ini,
Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah saw.
bersabda: ‘Tiadalah
seorang dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah, maka ayah ibunyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.’ (HR. Bukhari)
Berdasarkan
pada hadist tersebut manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan. Kemampuan
itulah yang disebut pembawaan atau potensi. Ayah Ibu yang disebut dalam hadits
di atas adalah lingkungan, sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan.
Selain di dalam
hadist beberapa pembahasan mengenai pendidikan anak usia dini juga tercantum
dalam Al-qur’an, diantaranya dalam Surat
Luqman ayat 12-19. Menurut (http://paudtara.blogspot.com/2011/03/pendidikan-anak-usia-dini-dalam-islam.html) ayat tersebut berisi tujuan pendidikan anak usia
dini, yaitu
membentukan kepribadian anak di
usia dini kepada kepribadian seorang hamba Allah yang beriman dan bertakwa
dengan cara hati-hati dalam menanamkan keesaan Allah swt. nilai syukur
serta nilai tauhid. sebab anak sejak
lahir telah membawa fitrah keagamaan yang
berfungsi di kemudian hari melalui proses bimbingan dan latihan setelah berada
pada tahap kematangan, menanamkan ketaatan pada ibu bapak, mengajarkan
pergaulan yang benar, menanamkan kepribadian yang kuat, serta membentuk
kejiwaan yang kokoh, menumbuhkan sifat rendah hati dan menjauhkan
sifat sombong, mengajarkan kesopanan dalam sikap dan ucapannya.
Semua paparan
tersebut tersirat dalam surat Luqman ayat 12-19 berikut ini
Artinya : ”Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada
Luqman, yaitu: ‘Bersyukurlah
kepada Allah. Dan barang siapa yang
bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;
dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji’.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar’.
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
(Luqman berkata): ‘Hai anakku,
sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji saw.i, dan berada dalam
batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri.
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Menurut
An-nahlawi (1996:283) dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut,
kita perlu tahu
beberapa metode-metode yang pas untuk diajarkan pada anak usia dini, tentunya
yang telah tercantum dalam Al-qur’an dan hadist.
Ada beberapa metode pendidikan yang islami untuk
mendidik anak usia dini. Pertama adalah mendidik dengan menggunakan kisah Quran
dan Nabawi. Seperti yang telah dijelaskan dalam QS Yusuf ayat 2 dan 3,
Yang artinya : “Sesungguhnya
Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya. Kami menceritakan kepadamu
kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan
sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang
belum mengetahui.”
Allah menurunkan wahyu berupa cerita-cerita kaum zaman dahulu agar
seluruh umat muslim dapat belajar dan mengambil pengalaman dari kisah-kisah
tersebut. Maka kita sebagai guru dan orangtua hendaknya mengetahui kisah-kisah
inspiratif yang mendidik dan dapat dijadikan sebagai contoh juga teladan yang
akan disampaikan kepada anak-anak. Menurut An-nahlawi (1996:332) kisah-kisah Qurani dan Nabawi memiliki keistimewaan yaitu
mereka dapat
memikat perhatian pembaca tanpa memakan waktu lama, menyentuh perasaaan manusia
dalam keadaaan utuh dan menyeluruh, dapat mendidik perasaan-perasaaan
ketuhanan, memberikan kesempatan mengembangkan pola pikirnya.
Yang kedua adalah pendidikan melalui perumpamaan. Perumpamaan
dalam bahasa arab disebut tamsil.
Allah swt berfirman dalam QS. Al-ankabut ayat 43,
Artinya : “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat
untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu’’
Membuat perumpamaan saat mengajarkan materi sangat
besar dampaknya dalam memberikan kejelasan dan pemahaman terhadap para peserta
didik. “Rasulullah
saw. sering menggunakan metode ini dalam banyak kesempatan, karena hal itu
memudahkan para peserta didik memahami apa yang beliau sampaikan” (musbikin,
2010:236).
Yang ketiga yaitu pendidikan dengan teladan. Manusia
telah diberi fitrah untuk mencari suri teladan agar menjadi pedoman bagi
mereka, yang menerangi jalan kebenaran dan menjadi contoh hidup yang
menjelaskan kepada mereka bagaimana seharusnya melaksanakan syariat Allah. Oleh
karena itu, untuk merealisasikan risalah-Nya dimuka bumi, Allah mengutus para
Rasul-Nya yang menjelaskan kepada manusia syariat yang diturunkan Allah kepada
mereka. Allah swt. berfirman dalam QS An-Nahl ayat 43-44,
Yang artinya : “Dan Kami
tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu
kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui. keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al-qur’an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”
Yang keempat yaitu pendidikan
dengan latihan dan pengalaman. Penggunaan metode pengajaran dengan pengalaman
dan latihan ini diharapkan dapat mengubah akhlaq yang baik pada jiwa anak
sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang lebih istiqamah dan bahagia, karena
merasakan dirinya sukses dalam perbuatan dan pekerjaannya. Hal ini selanjutnya
dapat melahirkan suatu masyarakat yang terpadu.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pentingnya Pendidikan yang Islami untuk Anak Usia Dini
Al-Qur’an
memerintahkan kepada para orangtua agar mendidik anak-anaknya dengan pendidikan
yang didasari oleh keimanan dan menanamkan nilai takwa ke dalam hati
anak-anaknya. Anak-anak yang lahir ke alam dunia adalah generasi penerus.
Mereka adalah tunas-tunas baru yang akan tumbuh dan berkembang. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an “Tidak ada pendidikan yang akan
membuahkan hasil yang baik kecuali pendidikan yang didasari oleh keimanan.” (Sa’ad Karim.2006:5)
Allah swt.
Berfirman dalam Quran
surat An-Nissa ayat 9
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (An-Nisaa:9)
Dalam ayat
tersebut dijelaskan bahwa sudah kewajiban orang dewasa untuk tidak menyianyiakan
anak-anak mereka dan memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak tersebut.
Selain itu, anak juga merupakan sebuah anugrah yang diamanatkan oleh Allah kepada orangtua maka dari itu
orangtua wajib bertanggungjawab atas segala kebutuhan anaknya baik berupa
materil maupun immateril.
Dijelaskan pula
oleh Imam Abu Hamid Al-Ghazali (Sa’ad
Karim,
2006:9) dalam
kitab Ihya-nya menyatakan “Sesungguhnya
seorang
anak yang terlahir ke alam dunia adalah amanah yang diberikan Allah kepada
orangtua. Ia terlahir dalam kondisi putih, suci dan bersih tanpa noda dan
kotoran sedikitpun.”
Dan juga dijelaskan dalam Surah Al-Anfal ayat 27
Artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman,janganlah kalian mengkhianati (amanat) Allah dan
Amanat Rasul,dan janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang diamanatkan
kepada kalian,sedangkan kamu mengetahui”. (Q.S. al-Anfal/8:27)
Menurut ayat diatas dijelaskan bahwa sebuah amanah tidak boleh di
sia-siakan begitu saja, amanah harus dipelihara sebaik mungkin. Anak adalah amanah yang
dititpkan oleh Allah swt. kepada setiap orangtua. Sebagai
amanah, maka sang anak harus dipelihara, dijaga, dirawat dan dididik dengan
baik serta berilah pondasi
iman yang kuat
dan
benar agar mereka
tumbuh menjadi manusia yang membangun, bukan merusak. Memberi pendidikan yang islami kepada anak usia dini secara tepat, akan melahirkan generasi yang tidak
saja
pandai
ilmu
pengetahuan
tapi
pandai
bersyukur
sebagai
makhluk
Allah swt.
Pada
dasarnya pendidikan agama Islam harus ditanamkan bagi anak-anak sejak usia dini sampai akhir hayatnya karena manusia memiliki kewajiban untuk terus berikhtiar mencari ilmu sepanjang kehidupannya di dunia. Seperti yang kita ketahui
di tengah zaman globalisasi ini terdapat banyak sekali pengaruh negatif yang mampu menjauhkan kita dari
Islam termasuk anak usia dini. Oleh
karena itu, untuk membentuk anak-anak
kita menjadi generasi yang sholeh, berbakti kepada orangtua dan mampu mengembalikan kejayaan Islam maka kita sebagai orang dewasa harus membimbing serta mengarahkan mereka ke jalan yang diridhoi oleh Allah swt.
Di Indonesia sendiri
saat ini yang menjadi permasalahan yakni semakin merosotnya akhlak masyarakat yang menjadi salah
satu keprihatinan. Globalisasi kebudayaan sering dianggap sebagai salah satu
penyebab kemerosotan akhlak tersebut. Memang, kemajuan filsafat, sains, dan
teknologi telah menghasilkan kebudayaan yang semakin maju. Namun, kebudayaan
yang semakin mengglobal itu, ternyata sangat berdampak terhadap aspek moral
manusia itu sendiri, termasuk anak usia dini.
Sementara itu,
globalisasi kebudayaan benar-benar tidak dapat ditiadakan atau dihindari.
Berdasarkan hal ini pula, para orangtua dan pendidik wajib memberikan penguatan
iman dan pendidikan yang memiliki konsep islami guna memberi antisipasi agar
anak tidak melakukan penyimpangan dalam berperilaku. Pendidikan yang berkonsep
islami akan membuat anak memiliki filter dalam perilaku sosialnya, anak akan
mampu melaksanakan yang baik dan menghindari hal-hal yang buruk. oleh karena
itu, pembentukan akhlak yang baik diawali dari pemberian pengajaran islam
sedini mungkin bagi anak.
Akhlak mulia
terbentuk dari pengajaran dan perilaku orang dewasa itu sendiri, karena pada
dasarnya anak adalah peniru ulung. Apa yang terjadi pada perilaku anak itu
merupakan hasil tiruan anak dari orang-orang terdekatnya. Apa yang anak lihat,
apa yang anak dengar dan apa yang anak alami didalam suatu lingkungannya itu
akan berpengaruh besar pada karakter dan akhlak yang dimiliki oleh anak
tersebut. Maka dari itu ajaran
islam atau didikan islamlah yang dianjurkan untuk membentuk karakter dan
akhlakul karimah pada anak berdasarkan apa yang telah dicantumkan didalam
Al-qur’an.
Selain orangtua pengaruh guru juga
begitu besar terhadap
perkembangan jiwa anak, sehingga segala perbuatan dan tingkah laku guru lebih mewarnai kehidupan sehari-hari anak,
biasanya anak lebih menurut bila gurunya memberi nasihat dari pada orangtuanya sendiri, lebih-lebih anak di bawah usia lima
tahun.
Sejak lahir ajaran-ajaran
islam sudah mulai diterapkan pada anak, hal tersebut dibuktikan dengan konsep-konsep
pendidikan dan pembinaan anak, bahkan sejak masih dalam kandungan yang
diterangkan dalam ajaran islam contohnya saja sejak lahir anak sudah mulai diadzani,
hal tersebut tentunya merupakan upaya pengenalan adanya sang pencipta terhadap
anak. Jika anak sejak dini telah mendapatkan pendidikan Islam insyaallah ia akan tumbuh menjadi insan yang
mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berbakti kepada orangtuanya. Untuk itulah pentingnya pendidikan pada
anak usia dini ditanamkan agar anak ketika besar dapat mengembangkan
nilai-nilai ajaran Islam.
Menurut Hakim Al Junnah ( http://hakimuddinhumam. blogspot. Com /2013/04/
berikan- pendidikan-agama-islam-pada.html),
Anak usia dini merupakan
aset bagi bangsa, oleh karena itu
kita harus mengupayakan agar penerus
bangsa ini tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin, sehingga mereka kelak akan
mampu mewujudkan apa yang diinginkan bangsa dengan tepat bahkan lebih dari apa
yang kita harapkan.
Di Taman Kanak-kanak, anak akan selalu memperhatikan setiap tingkah laku
guru, kemudian mencontohnya dan akan dikerjakannya setiap ada kesempatan. Sosok gurunya adalah sosok yang menjadi idola bagi anak, karena itu, amatlah penting peranan seorang guru
Taman Kanak-kanak dalam pembinaan dan pengembangan mental anak didiknya, lebih-lebih dalam masalah pendidikan agama dan budi pekerti. Untuk itu, seorang
guru Taman Kanak-kanak harus pandai dalam segala bidang ilmu pengetahuan sehingga mereka dapat menyampaikan materi atau bahan pengajaran dalam proses
belajar mengajar setiap harinya. Di
samping mereka harus menguasai metode dan teknik pembelajaran
yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak.
Pada umumnya tingkat keimanan
seseorang ditentukan oleh pengalaman dan latihan-latihan yang dilalui pada masa
kecilnya. Seseorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan
pendidikan agama, maka pada saat dewasa, ia tidak akan merasakan pentingnya
agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang diwaktu kecilnya mempunyai
pengalaman-pengalaman agama misalnya ibu bapaknya orang yang mengenal agama,
lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah
pula dengan pendidikan agama secara disengaja di rumah, sekolah dan masyarakat.
Maka anak-anak itu akan dengan sendiriya mempunyai kecenderungan untuk hidup
dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi
larangan-larangan agama dan dapat merasakan nikmatnya hidup.
Pentingnya pendidikan
yang islami pada anak usia dini juga didukung oleh karakteristik anak usia dini
itu sendiri. Menurut Dodi Wandra (http://dodiiwandra.blogspot.com/2012/01/perkembangan-anak-usia-dini.html) terdapat beberapa karakteristik anak usia dini, diantaranya ;
1.
Bersifat
egosentris
2.
Memiliki
rasa ingin tahu yang besar
3.
Aktif dan
energik
4.
Memiliki
Keunikan
5.
Eksploratif dan
berjiwa petualang
6.
Senang dan kaya
dengan fantasi
7.
Mudah Frustasi
dan putus asa
8.
Daya perhatian
yang pendek
9.
Bergairah untuk
belajar dan banyak belajar dari pengalaman
Dengan beberapa karakteristik yang dimiliki
oleh
anak
tersebut, maka akan mempermudah anak dalam memperoleh pendidikan yang bermakna
dan mampu diingat anak sampai akhir hayatnya.
2.
Metode
Mendidik Anak dengan Cara Islami
Anak
usia dini merupakan pokok dalam mendidik anak, karena dimana masa peka terdapat
pada rentan anak usia dini. Dimana pada masa ini anak akan dengan cepat
menyerap hal-hal yang diajarkan padanya, oleh karena itu diperlukan
metode-metode yang baik untuk mendidik anak usia dini. Metode-metode yang
diajarkan pada anak usia dini hendaknya selalu berlandaskan dan selalu
dikaitkan dengan Al-qur’an
dan hadist serta mencontoh akhlak Rasulullah saw. Apabila orangtua dan guru selalu
bekerja sama dan bersinergi dalam mendidik anak dengan cara islami, maka bukan
tidak mungkin, beberapa tahun kedepan anak-anak bangsa ini akan mempunyai
akhlak yang baik yang berlandaskan Al-qur’an, hadist dan juga suri tauladan
dari Nabi Muhammad saw.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan
dalam mendidik anak, diantaranya :
a. Mendidik
Dengan Menggunakan Kisah Quran dan
Nabawi
Kisah-kisah
dalam Al-qur’an dan hadist merupakan modal yang
utama bagi orangtua dan guru untuk membentuk karakter anak sesuai dengan
teladan-teladan baik dalam cerita tersebut. Allah swt. berfirman dalam QS.
Al-Kahfi ayat 83,
yang artinya : “Mereka akan
bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: ‘Aku
akan bacakan kepadamu cerita tentangnya’”.
Dalam surat ini
Allah telah memperintahkan nabi Muhammad untuk menceritakan kisah-kisah dizaman
dulu yang patut untuk dicontoh oleh orang muslim. Dimana didalam kisah nabi
zulkarnain beliau adalah seorang pemimpin yang adil dan dapat memberantas semua
kedzaliman di bumi ini pada masa pemerintahannya.
Musbikin (2010:249) menyatakan bahwa, “Melalui
bercerita, orangtua atau guru bisa menceritakan secara menarik mengenai suatu
tokoh yang berprilaku baik. Sehingga, dengan begitu si anak akan terdorong
meniru perilaku dari tokoh yang bersangkutan.
Dengan
bercerita, orangtua bisa mengkomunikasikan apa saja melalui bahasa yang bisa
menyentuh hati anak-anaknya. Sehingga dengan komunikasi yang sering terjadi
itu, orangtua bisa menanamkan nilai-nilai, kepribadian dan akhlak mulia
sehingga seorang anak diharapkan bisa tumbuh dan berkembang dengan akhlak yang
terpuji.
Melalui
kisah-kisah, anak-anak akan mudah mencerna banyak pelajaran. Tanpa disadari
saat mendengarkan kisah yang dibacakan, anak-anak bermain dengan khayalannya
sendiri. Sehingga dia bisa mengurutkan alur cerita menurut versinya sendiri dan
kecerdasan kognitif anak akan semakin meningkat.
Tidak dapat dipungkiri
mengajarkan anak dengan kisah Al-qur’an dan kisah Nabi juga harus melibatkan
seluruh aspek perkembangan, tanpa
terkecuali aspek fisik dan motorik anak. Contohnya ketika orangtua bercerita
tentang kisah Siti Hajar dan Nabi
Ismail
yang menemukan sumur zam-zam, kita bisa mengajak anak berlari-lari kecil seperti Siti Hajar berlari-lari diantara bukit
Shafa
dan Marwah.
Pengembangan motorik ini juga dianjurkan oleh nabi yang tersirat dalam
hadistnya yaitu “kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah mengajari mereka
menulis, berenang dan melempar, serta tidak memberi rezeki kecuali dengan
rezeki yang baik.” (HR. Baihaqi), hadist tersebut tentunya menggambarkan
pentingnya pengembangan motorik bagi anak.
b. Pendidikan
Melalui Perumpamaan
Mengajar anak
usia dini memanglah tidak mudah, karena mengajarkan sesuatu pada anak usia dini
haruslah memakai bahasa-bahasa anak, dan tentunya harus sesuai dengan daya
nalar anak ketika akan menerangkan suatu hal. Dalam hal ini kita sering
menggunakan perumpamaan agar lebih memudahkan anak untuk memahami kita, perumpamaan dalam bahasa arab
dikenal dengan istilah tamsil.
Membuat
perumpamaan saat mengajarkan materi sangat besar dampaknya dalam memberikan
kejelasan dan pemahaman terhadap peserta didik. Rasulullah saw. pun sering
mengajar dengan metode perumpamaan dalam banyak kesempatan, karena hal itu
dapat memudahkan anak untuk memahami apa yang beliau sampaikan. Sebagai contoh
perumpamaan yang dibuat Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan oleh HR. Bukhori
dan Muslim.
‘Perumpamaan teman yang shalih dan
teman yang buruk bagaikan seorang penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual
minyak wangi bisa jadi memberimu minyak wanginya atau kamu membeli darinya.
Atau minimal, kamu mencium darinya bau yang sagat harum. Sedangkan seorang
pandai besi, kalau dia tidak membakar bajumu dengan apinya, pasti minimalnya
kamu mencium bau busuk darinya’
(HR. Bukhari dan Muslim).
Kita sebagai orangtua
hendaknya selalu mengajarkan anak dengan sebuah perumpamaan-perumpamaan yang
bisa diterima oleh nalar anak, sehingga anak dapat dengan mudah mencerna pesan
apa yang akan disampaikan.
c. Pendidikan
Dengan Teladan
Anak usia dini
merupakan peniru yang ulung dan penjelajah yang tangguh, oleh sebab itu kita
harus memanfaatkan masa peka ini untuk menumbuhkan dan mendidik anak dengan
sebuah contoh dan keteladanan dari setiap orang yang ditemui oleh anak.
Keteladanan merupakan salah satu cara dalam mendidik anak untuk mempunyai
akhlak yang mulia. Keteladanan yang patut dicontoh seluruh umat manusia adalah
keteladanan akhlak Rasulullah saw. Kita sebagai orangtua harus pandai bersikap
dan selalu mencontoh akhlak Rasulullah agar anak kitapun senantiasa selalu
bersikap dan berakhlak baik. Kita juga harus selalu mensinergikan kepada
orang-orang disekitar anak kita untuk bersikap dengan akhlak yang baik. Kita
harusnya sadar bahwa anak usia dini merupakan seorang peniru yang sangat ulung,
mereka selalu meniru apa yang orang dewasa lakukan, meskipun itu buruk bagi
mereka, karena mereka belum berpikir secara konkrit melainkan hanya meniru apa
yg dilakukan.
Dengan
kepribadian, sifat dan tingkah laku dan pergaulan Rasulullah saw. kepada sesama
manusia yang berlandaskan pada Al-qur’an, orangtua hendaknya sepenuhnya
mencontoh semua sikap Rasulullah sehingga itu menjadi sebuah kebiasaaan yang
dapat diterapkan pada anak usia dini.
Bekal awal yang
harus kita lakukan sebelum menjadi seorang orangtua yang baik adalah memilih
istri atau suami yang baik. Allah swt berfirman dalam QS An-Nur ayat 26.
Yang artinya: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang
keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka
ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”
Dalam hal ini
jelas Allah telah memilihkan pendamping yang baik untuk wanita atau laki-laki
yang baik dan wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dalam hadist
dikatakan bahwa “wanita dinikahi karena 4 perkara, karena kacantikannya, nasab
(keturunannya), hartanya, dan agamanya. Maka pilihlah berdasarkan agamanya,
niscaya kamu akan beruntung” (HR. Al-Tirmidzi). Sedangkan untuk wanita apabila ingin
memilih calon suami maka Rasulullah memberitahu dalam hadistnya, “Apabila
datang pada kalian seorang pemuda yang kalian suka agama dan akhlaknya, maka
nikahkanlah dia dengan putri kalian. Bila tidak maka pasti akan terjadi bencana
dan kerusakan besar dimuka bumi.” (HR Al-Tirmidzi)
Dalam kedua
hadist tersebut jelas sekali bahwa pondasi yang pertama dalam memilih pasangan
adalah berdasarkan agama dan akhlaknya. Apabila seorang laki-laki ingin
mendapatkan istri seshalehah Fatimah Az-zahra, maka laki-laki itupun harus
seshaleh Ali bin Abi Thalib, begitupun sebaliknya. Jika orangtua ingin
mendapatkan seorang anak yang sholeh dan menjadi generasi muslim yang taat pada
Allah, maka orangtualah yang pertamakali harus menjadi orangtua yang shaleh dan
shalehah terlebih dahulu.
Sebagai orangtua
harus mengetahui beberapa karakter menakjubkan dari Rasulullah yang harus
ditiru oleh semua orangtua. Allah swt berfirman dalam QS Al-Ahzab ayat 21 yang
artinya: ”sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah saw. itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (Al-Ahzab: 21). Sebagai
suami Rasulullah selalu bersikap adil bagi anak dan istrinya, selalu
bermusyawarah dalam setiap kesempatan, lapang dada dan penyayang, suka
menasihati dengan lembut, dan suka bercanda. Rasulullah pun adalah seorang ayah
yang mempesona berkaitan dengan kasih sayang beliau terhadap anak-anak.
Perilaku Nabi Muhammad yaang seperti itu tidak hanya kepada keluarganya
melainkan pada semua orang tanpa terkecuali. Terdapat sebuah peristiwa ketika
Rasulullah ingin menjadikan Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin pasukan muslim
dalam perang, meskipun usia Zaid
baru menginjak 16 tahun. Ini menunjukan bahwa nabi benar-benar menjadi seorang
contoh pendidik yang baik yang telah mengajarkan kepada kita pentingnya
prinsip-prinsip pendidikan yaitu pentingnya anak mempunyai rasa percaya diri,
mandiri dan mampu mengemban tanggungjawab di usia dini.
d. Pendidikan dengan Latihan Dan Pengalaman
Metode belajar learning by doing atau dengan jalan
mengaplikasikan teori dengan praktek yang sesungguhnya, sangat terkesan dalam
jiwa, mengkokohkan ilmu didalam qalbu dan menguatkan dalam ingatan. Dalam hal
ini selain belajar mendidik anak dengan teori, kita juga harus menyampaikan
pendidikan melalui latihan dan pengalaman yang harus dimiliki oleh anak-anak,
agar ilmu mereka bertambah serta pengalaman mereka pun kian matang.
Latihan atau
pembiasaan merupakan salah satu metode yang dilakukan oleh Rasulullah dalam
mendidik para sahabat dan orang-orang disekitarnya. Contohnya yaitu ketika
Rasulullah membiasakan sahabatnya untuk melaksanakan puasa, bersedekah dan lain
sebagainya. Diantara metode belajar dengan pengalaman dan latihan ialah sebagai
mana sahabat-sahabat nabi mempelajari cara berwudhu Rasulullah saw. cara Rasul membetulkan mereka atau mereka
saling membetulkan satu sama lainnya. Dari contoh tersebut kita dapat mengambil
sebuah tuntunan dalam mengajarkan berwudhu pada anak, orangtua atau guru
terlebih dahulu meminta anak agar memperhatikannya, kemudian orangtua atau guru
berwudhu secara sempurna dihadapan anak, sesudah itu ia meminta agar anak-anak
berwudhu seperti ia berwudhu tadi atau mengulang seluruh gerakannya. Dengan
demikian orangtua atau pendidik telah mengikuti salah satu metode pendidikan
yang islami yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
Orangtua yang
shaleh hendaknya telah mendidik anak mereka sejak dalam kandungan seorang ibu.
Dari latihan dan pengalaman yang dilalui oleh orangtua ketika mendidik anak,
itu akan mempengaruhi
sebagian karakter dari diri anak tersebut. Orangtua hendaknya selalu mendoakan
anak ketika masih dalam kandungan, memberinya perhatian yang cukup,
mendengarkan ayat-ayat Al-qur’an, menceritakan kisah-kisah teladan, dan
hendaknya orangtua menjaga perkataan atau lisannya ketika ia mengandung. Ketika
anak akan dilahirkan kedunia, maka hendaknya orangtua lebih sering melantunkan
dzikir dan doa untuk keselamatan si bayi. Setelah bayi lahir, bersegeralah ayah
dari bayi tersebut untuk mengumandangkan adzan ditelinga kiri bayi dan iqomah
ditelinga kanan bayi tersebut. Didalam hadist disebutkan bahwa “aku melihat
Rasulullah memperdengarkan adzan pada telinga Hasan bin Ali ketika dilahirkan
Fatimah”
(HR. Abu dawud dan Tirmidzi).
Setelah hari ke
tujuh seorang anak dilahirkan, hendaknya segera dilakukan aqiqah untuk
mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah dianugrahkan,
disamping itu anak tersebut harus dipotong rambutnya dan diberi nama yang baik.
Selain itu seorang ibu mempunyai tanggungjawab untuk menyusui anak hingga usia
dua tahun. Orangtua pun harus selalu membimbing anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, menanamkan benih-benih keimanan pada anak, menanamkan cinta
kepada nabi Muhammad saw., dan meneladani semua akhlaknya, mendidik anak agar
taat kepada orangtua, sopan kepada orang-orang disekitarnya, dan juga selalu
memberikan perhatian ketika anak sakit dan membutuhkan perhatian lebih. Ketika
perlakuan dan pengalaman pertama yang anak dapatkan baik maka ia akan selalu
merasakan keamanan dan kenyamanan didalam lingkungan pertamanya yaitu
lingkungan rumah. Maka dari itu latihan, pembiasaaan dan pengalaman yang
diberikan pada anak harus dilandasi dengan metode keislaman agar anak tumbuh
dan berkembang sesuai dengan landasan islam.
3.
Menciptakan Suasana Pembelajaran yang Islami untuk Anak Usia Dini
Menurut
An-nahlawi (1996:203) agama islam sesungguhnya memiliki dua sendi asasi bagi
kelangsungan pendidikan yang terarah, kedua sendi itu ialah :
a.
Tujuan
yang jelas dan tertentu, yaitu beribadah kepada Allah SWT semata, mengenal dan
beriman kepadanya didalam seluruh agama samawi
b.
Kurikulum
yang menggariskan materi berfikir dan bertingkah laku tertentu, yaitu taat
kepada Rosul-Nya, dalam rangka upaya agar generasi berikutnya memelihara dan
mengamalkan segala tuntunannya, kemudian mentrasformasikannya kepada generasi
penerus.
Kedua sendi tersebut menggambarkan
bahwasanya sebuah sekolah yang berlandaskan islam haruslah mengarah pada tujuan
pendidikan anak yaitu mendidik anak agar beriman kepada Allah SWT, sehingga
berbagai ilmu yang didapatkan anak semata-mata agar menambah ketaqwaannya
kepada Allah swt. Hal tersebut mampu diwujudkan dalam berbagai kegiatan
bermakna dalam bidang sains, teknologi, maupun ilmu-ilmu sosial yang pada
akhirnya mampu membawa anak pada keyakinan yang sesungguhnya terhadap agama
islam. Sendi yang kedua menunjukan bahwa sekolah harus mampu membangun akhlaqul
karimah anak serta mampu memfasilitasi anak agar ia mampu meneladani Rasulullah,
baik berupa kesederhaan serta kesungguhan dalam menggapai ridho Allah swt.
Dalam
menciptakan suatu pembelajaran yang islami pada anak tentunya tidak lupa kita
harus mengemas pembelajaran tersebut sesuai dengan karakteristik dari
pembelajaran anak itu sendiri, diantaranya:
1.
Belajar, bermain, dan bernyanyi
Menurut
Slamet Suyanto (2005: 133)
Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan
sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih.
Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan. Anak belajar
dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan, Hasil belajar anak menjadi
lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam
belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.
Selain itu,
dalam riwayatnya Rasulullahpun bermain bersama Zainab binti Ummu Salamah seraya
berkata kepadanya ”wahai Zainab, wahai Zainab” mengulanginya
berkali-kali. Fatimahpun berkata kepada Hasan “Anakku menyerupai Nabi, dan
bukan menyerupai Ali”. Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata
bahwasanya Abbas menggendong anaknya Qutsam dan meletakannya diatas dadanya.
Demikianlah beberapa bukti sejarah bagaimana Rasulullah saw. Mengajarkan para
pendidik tentang pentingnya bersenda gurau dalam proses mendidik anak
Contoh
kegiatan pembelajarannya seperti permainan teman malaikat atau teman setan,
dalam permainan tersebut anak diberi satu kartu bergambar, dalam kartu tersebut
terdapat gambar yang menunjukan suatu perbuatan baik itu perbuatan baik maupun
buruk, jika anak mendapatkan kartu bergambar perbuatan baik maka kartu
dimasukan ke dalam kotak teman malaikat jika sebaliknya kartu dimasukan kedalam
kotak teman setan, ketika anak melakukan permaianan tersebut anak dapat
mengenali perbuatan yang seharusnya tidak mereka lakukan maupun perbuatan yang
harus mereka lakukan. Selain melalui permaianan juga bisa dilakukan melalui
nyanyian-nyanyian yang bersifat keagamaan.
2.
Pembelajaran yang berorientasi pada
perkembangan
Menurut
Masitoh Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal
penting, yaitu : “1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada
individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social budaya.
Pembelajaran
yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak,
artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai,
serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia
tersebut.
Manusia
merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi
pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan,
berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.
Selain
berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi
perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat
mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak
dalam konteks keluarga, masyarakat, dan faktor budaya yang melingkupinya.
Contoh
pembelajarannya misalkan pembelajaran mengenal praktik-praktik ibadah yang
sederhana yang disesuaikan dengan anak usia TK A atau TK B seperti berwudhu
dengan mempertimbangkan perkembangan motorik anak yang tidak sama sehingga guru
harus memberikan toleransi dan bimbingannya pada anak yang belum sempurna dalam
berwudhu.
3.
Belajar Kecakapan Hidup
PAUD mengembangkan diri anak secara menyeluruh. Bagian
dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, moral, sosial,
emosional, kreativitas, dan bahasa. Menurut Selamet Suryanto, tujuan belajar
kecakapan hidup ialah agar kelak anak berkembang menjadi manusia yang utuh yang
memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia, cerdas dan terampil, mampu
bekerjasama dengan orang lain, dan mampu hidup berbangsa dan bernegara serta
bermasyarakat.
Belajar memiliki fungsi untuk memperkenalkan anak
dengan lingkungan sekitarnya. Belajar kecakapan hidup adalah salah satu cara
mengasah kemampuan bertahan hidup. Hal tersebut adalah untuk membekali anak
sebagai makhluk individu dan sosial dimasa yang akan datang.
Berkaitan dengan nilai agama kecakapan hidup yang bisa
diajarkan dalam pembelajaran anak usia dini contohnya adalah pembiasaan untuk
mengucapkan salam kepada sesama muslim, karena sopan santun dapat membantu anak
dalam bersosialisasi. Selain itu, Rasulullah juga memerintahkan orangtua untuk
mengajarkan anaknya sholat dalam sabdanya ”Ajarilah anak-anak kalian shalat
sejak usia 7 tahun dan pukullah ia karena meninggalkannya bila telah berusia 10
tahun.” (HR. Abu Dawud)
4.
Belajar dari Benda Konkrit
Anak usia
5-6 tahun menurut Piaget “sedang dalam taraf perkembangan kognitif fase Pra-Operasional.” Anak belajar dengan
baik melalui benda-benda nyata.
Contoh
kasusnya jika anak mempertanyakan tentang keberadaan Tuhan, maka guru
menjelaskannya melalui hal yang konkrit seperti memperlihatkan kepada anak
proses pengadukan gula pasir didalam air, jelaskan bahwasanya gula tersebut
jika diaduk didalam air akan menghilang tetapi masih bisa dirasakan bahwa air
itu manis. Begitupun dengan Sang Pencipta dapat kita rasakan melalui ciptaan-Nya.
Menciptakan pembelajaran melalui perumpaan atau hal-hal konkrit juga dapat kita
temui di dalam Al-qur’an dan diterangkan pula dalam sebuah ayat yaitu surat Al-ankabut
ayat 43 yang artinya “Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buatkan untuk
manusia, dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”
5.
Belajar Terpadu
Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, pembelajaran diberikan secara terpadu, tidak belajar
mata pelajaran tertentu. Begitupun pembelajaran yang islami juga dapat
terintegrasi dalam kegiatan anak melalui berbagai kegiatan rutin maupun
kegiatan lainnya. Seperti yang kita ketahui bahwa Rasulullah saw. sering kali
memanfaatkan banyak kesempatan dan peristiwa untuk menyampaikan materi yang
hendak beliau ajarkan, beliau selalu mengaitkan peristiwa yang terjadi pada
saat-saat tertentu dengan ilmu-ilmu yang hendak beliau ajarkan sehingga hal itu
menjadi sangat jelas dan mudah dipahami. Berikut ini terdapat hadist Jabir bin
Abdillah ra dia berkata “Rasulullah saw. pernah melewati sebuah pasar. Beliau
masuk dari Aliyah (nama tempat di kota madinah) sementara para sahabat ada
disamping kanan kirinya. Kemudian beliau melalui seekor bangkai kambing kecil
yang bertelinga pendek. Beliau mengengkat kambing itu dengan mengangkat
telinganya, kemudian bertanya ‘siapa yang membeli bangkai kambing ini dengan
harga satu dirham?’ Para sahabat menjawab ‘Wahai Nabi gratispun kami tidak mau
dan untuk apa bangkai itu untuk kami? Rasulullah saw. kembali bertanya ‘senangkah
jika ini menjadi milik kalian?’ Para sahabat menjawab ‘wahai nabi seandainya
kambing kecil ini
hidup ia sudah mempunyai cacat karena telinganya pendek, apalagi ia sudah mati,
siapa dari kami yang mau menerimanya?’ Maka Rasulullah saw. berkata ‘demi Allah,
dunia lebih rendah di sisi Allah swt. Dibanding kambing ini bagi kalian.’”(HR.
Muslim dan Abu Daud)
Selain
dilihat dari sisi pembelajarannya pendidikan yang islami bagi anak usia dini
juga harus didukung dengan guru yang berkualitas pula yaitu guru yang mampu
menjadi teladan bagi siswanya
Menurut Munawar
Rahmat et.al. (2007:172)
Pendidik dalam arti guru tentunya tidak harus setara
dengan kualitas para ulama pewaris para nabi. Tapi dari kriteria pewaris para
nabi sekurang-kurangnya para guru bisa menteladani dan mengembangkan diri
kearah kriteria itu. Guru tidak harus mencapai tafaqquh fid-din, tapi mereka
harus selalu berusaha meningkatkan pengetahuan agama, guru tidak harus mencapai
derajat filosof, tapi mereka harus selalu berusaha memahami derita-derita murid
dalam belajar dalam rangka meningkatkan proses belajar dan mengajar, guru tidak
harus mencapai derajat sufi, tapi mereka harus selalu berusaha
meningkatkan peribadatan dan qona’ah
(merasa cukup dengan rizki yang Allah berikan), dan guru pada umumnya tidak
harus mencapai derajat mujahid tapi mereka harus selalu berusaha memperjuangkan
kualitas pendidikan.
BAB
IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya,
penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
1. Anak adalah amanah yang dititpkan oleh Allah swt. kepada setiap orangtua. Sebagai
amanah, maka anak harus dipelihara, dijaga, dirawat dan dididik dengan baik
serta berilah pondasi
iman yang kuat
dan
benar agar mereka
tumbuh menjadi manusia yang membangun, bukan merusak. Memberi pendidikan yang islami kepada anak usia dini secara tepat, akan melahirkan generasi yang tidak
saja
pandai
ilmu
pengetahuan
tapi
pandai
bersyukur
sebagai
makhluk
Allah
swt..
2. Akhlak
mulia terbentuk dari pengajaran dan perilaku orang dewasa, karena pada dasarnya
anak adalah peniru ulung. Apa yang anak lihat, apa yang anak dengar dan apa
yang anak alami didalam suatu lingkungannya itu akan berpengaruh besar pada
karakter dan akhlak yang dimiliki oleh anak tersebut. Maka ajaran islam atau
didikan islamlah yang dianjurkan untuk membentuk karakter dan akhlakul karimah
pada anak berdasarkan apa yang telah dicantumkan didalam Al-qur’an.
3. Ada
beberapa metode yang bisa digunakan dalam mendidik anak, yaitu mendidik dengan
menggunakan kisah quran dan nabawi, pendidikan melalui perumpamaan, pendidikan
dengan teladan, dan pendidikan dengan latihan
dan pengalaman
4. Ketika
perlakuan dan pengalaman pertama yang anak dapatkan baik maka ia akan selalu
merasakan aman dan nyaman didalam lingkungannya. Maka latihan, pembiasaaan dan
pengalaman juga teladan yang diberikan pada anak harus dilandasi dengan metode
keislaman agar anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan landasan islam.
5. Dalam menciptakan suatu pembelajaran yang islami pada
anak tentunya kita harus mengemas pembelajaran sesuai dengan karakteristik dari pembelajaran
anak,
diantaranya belajar, bermain, dan bernyanyi, pembelajaran
yang berorientasi pada perkembangan, belajar kecakapan hidup, belajar dari
benda konkrit, dan belajar
terpadu.
B. Saran
Sejalan dengan simpulan diatas, penulis
merumuskan saran sebagai berikut.
1. Orangtua merupakan orang pertama
yang akan dikenal anak setelah ia lahir didunia. Sebagai orangtua hendaknya
selalu memperhatikan seluruh proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Orangtua
harus senantiasa membimbing dan mendidik anak dengan metode-motode mendidik
yang baik, akhlak yang baik, juga teladan yang baik yang telah dicontohkan oleh
Nabi Muhammad saw. yang tentunya selalu berlandaskan pada Al-Quran dan hadist.
2. Guru merupakan pendidik kedua yang selalu
anak amati dalam perjalanan pertumbuhan dan perkembangannya. Guru senantiasa harus selalu
berusaha meningkatkan pengetahuan agama, guru harus selalu berusaha memahami
derita-derita murid dalam belajar dalam rangka meningkatkan proses belajar dan
mengajar, guru harus selalu berusaha meningkatkan peribadatan dan qona’ah (merasa cukup dengan
rizki yang Allah berikan), dan guru pada umumnya harus selalu
berusaha memperjuangkan kualitas pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Quranul Karim dan Hadist
An-nahlawi, A. (1996). Prinsip-prinsip
dan metode pendidikan islam. Bandung:
Diponegoro.
Efendy, A.
(2010). Pentingnya Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Pada Anak
Usia Dini. [Online]. Tersedia : http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/04/pentingnya-pembelajaran- pendidikan.html.
Hasan, H. (2009). Melejitkan 3 Potensi Dasar Anak. Jakarta: Qultum Media
Haryanto. (2012). Pengertian
pendidikan menurut ahli. [Online]. Tersedia
: http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/
Karim, S. (2006). Agar Anak tidak Durhaka. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
[Online]. Tersedia http://paudtara.blogspot.com/2011/03/pendidikan-anak-usia- dini-dalam-islam.html.
Melinasari,
dkk . (2012).
Hadist
tentang pendidikan diri, pendidikan anak. [Online]. Tersedia : http://www.slideshare.net/11111047/hadis-tarbawi- versi-bhs-indonesia.
Musbikin, I. (2010). Buku Pintar
PAUD. Yogyakarta: Laksana.
Rahmat, M.dkk. (2007). Seminar pendidikan agama
islam. Bandung: UPI Press.
Rasihun. (2012).
Pentingnya Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Dini [Online]. Tersedia : http://rasihun.wordpress.com/2012/07/18/pentingnya-pembelajaran- pendidikan-agama-islam-pada-anak-usia-dini/.
Rifani, N. K. (2013). Cara Bijak Rasulullah Dalam Mendidik Anak.
Yogyakarta: Real Books.
Suyanto, S. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Umam.
H. U. (2013). pendidikan-agama-islam [Online]. Tersedia : http://hakimuddinhumam.blogspot.com/2013/04/berikan-pendidikan- agama-islam-pada.html.
Wandra, D. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini. [Online]. Tersedia : http://dodiiwandra.blogspot.com/2012/01/perkembangan-anak-usia- dini.html.
Yusuf, I. (2012). Wasiat Rasul untuk Orangtua dalam Mendidik
Anak. Bandung: PT Grafindo Media
Utama.
boleh share yaaa...materinya pas buat tugasku.mudah2an ilmunya bermanfaat.
BalasHapushttp://ceritahatiku168.blogspot.com/2017/06/cerita-jenny-kisah-inspirasi-jawaban.html
BalasHapushttp://ceritahatiku168.blogspot.com/2017/06/cerita-jenny-kisah-nyata-kasih-ibu.html
CV Bahagia Sukses Makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa jual dan sewa berbagai jenis tenda dengan harga murah dan kualitas terbaik.
BalasHapusTenaga kerja profesional dan terlatih, cara kerja efektif dan efesien dalam membangun Tenda Roder, sehingga anda tidak perlu cemas.
Tenda Roder / Tenda Hanggar ini menjadi pilihan utama untuk kegiatan outdor dengan kebutuhan skala yang besar. Karena meskipun sifat nya temporary / sementara penggunaan tenda ini sangat aman dan sangat nyaman karena menggunakan material terbaik yang efektik / blackout mencegah bagian dalam terpapar sinar UV matahari / kemasukan air hujan. Sehingga tenda dapat bertahan dengan kokoh.
Meskipun terik matahari sangat panas atau sedang hujan deras, tenda roder tetap mampu mengakomodasi kebutuhan dan kenyamanan penghuni maupun barang - barang didalamnya.
Keunggulan Tenda Roder
Alasan utama seseorang menyewa Tenda Roder karena kualitas produk yang terjamin. Selain itu Tenda roder memiliki sejumblah keunggulan berikut :
- Mudah Diinstalasi
- Bersifat Portable
- Desain Tenda dapat menyesuaikan keinginan
- Ukuran Tenda yang lebar, yaitu mulai dari bentangan 10, 15 dan 20 , serta penjang ke belakang mulai dari bentangan 5 m. / sesuai kebutuhan dilokasi.
- Atap dan Dinding tahan terhadap sinar UV karena menggunakan PVC blackout,
Untuk Informasi lebih lanjut anda bisa mehubungi 081316140397 rahma.
office ; Ruko Cendana raya NO. 15A, Bencongan indah, karawaci tangerang.
Jasa Pengiriman Kami Melayani Pesanan Seluruh Indonesia.
https://tendagudangjakarta.blogspot.com/
https://id.pinterest.com/tangerang0290/
https://twitter.com/TangerangRoder
https://www.instagram.com/tendarodertangerang1/
https://sites.google.com/d/13ngcAypBp3gn-PdcA7XaRjpYZH8Cu3kM/p/1THW6hgDfmbFrFrMj9qbjdbOh4Fg7_1Sq/
#tendamurah #sewatendamurah #jualtenda #jualtendamurah #jualsewatenda #jualsewatendamurah #tendamembran #tendahanggar #tendasarnafil #tendabazar #tendakerucut #tendagudang #tendajualan #tendadarurat #tendavaksin #tendaevent #tendaroder #tendapabrik #tendacafe #tendajabodetabek #tendatangerang #tendabogor #tendalaris #tendakerucut #tendapameran #tendakarnaval #tendavaksinasi #tendakerucut #tenda #jualtenda #jualtendajakarta
Lembaga pendidikan Islam adalahtempat berlangsungnya proses pendidikan Islam bersama dengan prosespembudayaan serta dapat mengikat individu yang berda dalamnaungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum. Wallpaper Islami HD harga kardus bekas di pengepul harga jual kardus bekas ke pabrik pabrik daur ulang kardus bekas
BalasHapusJasa Penulis Artikel SEO jasa percetakan sampul raport K13 percetakan lamongan cetak poster terdekat