MENGIKUTI
GERAKAN HEWAN DI SEKITAR DAN MEIRUKAN SUARANYA
LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Sains untuk Anak Usia Dini
oleh:
Difanty
Meza 1103845
Dian Surya Aprilyanti 1103011
Rere Anisah 1102322
5B PGPAUD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
BANDUNG
2013
Sains
sangat penting dikenalkan sejak anak usia dini, karena dengan sains anak dapat
mengenal lingkungannya, makhluk hidup dan gejala-gejala alam yang terjadi di
sekitarnya. Dalam Permen 58, di kelompok A pengenalan sains mencakup tentang
pengenalan warna, pertumbuhan tanaman, mengamati benda, membedakan berbagai
macam rasa, bau, dan suara, mengenal konsep bilangan dan menyebutkan hasil
penambahan dan pengurangan. Sedangkan di kelompok B pengenalan sains mencakup
tentang menceritakan hasil percobaan sederhana, melakukan percobaan terhadap
benda-benda di sekitar, membedakan bermacam-macam rasa, bau, dan suara
berdasarkan percobaan.
Pengembangan
seluruh aspek perkembangan anak usia dini dapat juga dilaksanakan melalui
pengenalan dan pembelajaran sains di pendidikan anak usia dini. Selain
memfasilitasi perkembangan kognitif anak, misalnya dalam melakukan percobaan
sederhana, pengenalan dan pembelajaran sains dapat memfasilitasi aspek perkembangan
sosial emosional, seperti saat berkomunikasi dalam pembelajaran sains dan fisik
motorik anak, misalnya senam fantasi meniru berbagai gerakan hewan. Kegiatan
mengikuti gerakan hewan di sekitar dan menirukan suaranya membuat anak mengenal
mahluk hidup, khususnya hewan yang sering ada di sekelilingnya, seperti anjing,
kucing, burung, ikan, bebek, ulat, ular, kuda, kupu-kupu, dan sebagainya.
Dari
pemaparan tersebut menimbulkan pertanyaan yang menjadi rumusan masalah. Mengapa
anak tertarik dengan suara dan gerakan hewan juga menirukannya? Manfaat
mendengarkan, menirukan suara dan mengikuti gerakan hewan? Metode dan contoh
kegiatan dalam mengenalkan suara dan gerakan hewan?
A. Anak-anak gemar mengikuti gerakan hewan di
sekitarnya dan menirukan suaranya
Tidak perlu merasa khawatir bila melihat seorang anak mengeong menirukan
kucing peliharaan di rumah atau di sekolah, sebab anak takkan terus-terusan
mengeong. Anak-anak sangat menyukai dan tertarik dengan hewan, terutama hewan
yang ada di sekitarnya. Perilaku
tersebut diawali dengan mengamati. Pada usia sekitar satu tahun, anak semakin pintar.
Ada banyak hal baru yang ingin anak pelajari, salah satunya adalah meniru
hal-hal yang menarik perhatiannya. Meniru adalah cara anak mempelajari berbagai
hal diawal kehidupannya. Dalam usia yang
masih sangat belia, anak satu tahun tentu belum punya pengalaman cukup sebagai referensi
berperilaku. Oleh sebab itu, ia akan mengikuti tingkah laku orang atau hewan
yang ada di sekitarnya dan menarik hatinya.
Orang lain akan takjub melihat kepandaian anak meniru hal-hal
fisik seperti duduk bersandar pada kursi, meniru gaya orang tua saat mengatakan
tidak sambil menggelengkan kepala. Atau, meniru suara binatang yang sering anak
lihat dan dengar suaranya. Sejak bayi seorang anak sudah dapat meniru karena
kemampuan ini lebih identik dengan anak batita. Sejak usia dua bulan sebenarnya
anak sudah terampil meniru. Hanya saja, orang tua tidak menyadarinya sehingga
momen ini sering luput dari perhatian. Di atas
usia tujuh bulan, fungsi memori bayi sudah semakin baik. Ini berarti
kecakapannya untuk menangkap dan menyimpan apa yang dilihat dan didengarnya
lalu kemudian ditirunya akan semakin baik. Menginjak usia delapan bulan,
keterampilan bayi semakin berkembang dengan kesanggupan mencontoh gerakan motorik,
ekspresi emosi, ataupun peniruan obyek seperti memindahkan dan memasukkan
mainan. Kemampuan tersebut terus berkembang sesuai dengan usianya.
Dalam penelitian Albert
Bandura, ternyata orang dapat mempelajari respons baru hanya dengan melihat
respon orang lain. Bahkan proses belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal
yang dipelajari itu dan model yang diamatinya juga tidak mendapat penguatan
dari tingkah lakunya. Observational learning atau belajar melalui
observasi, yakni perilaku seseorang diperoleh melalui proses peniruan perilaku
orang lain. Berikut ini ragam peniruan atau modeling. Hal ini merupakan sesuatu
yang dialami anak pada usia dini, yaitu meniru. Meniru merupakan karakteristik
anak usia dini, anak akan meniru segala hal yang ada di sekitarnya, seperti
hewan. Maka, salah satu alasan anak senang menirukan gerakan dan suara hewan
adalah karakternya sebagai peniru ulung dan kehidupannya yang dekat dengan
hewan, baik di rumah, di sekolah, maupun ketika melihat hewan di televisi.
Walau anak seringkali bersuara seperti hewan yang menarik
perhatiannya. Guru atau orang tua tiadak perlu cemas. Perilaku meniru ini hanya
akan berlangsung dalam rentang waktu tertentu.
Selain itu juga tidak perlu menduga-duga anak
mengalami masalah dalam proses tumbuh-kembangnya. Meniru merupakan perilaku
sosial yang umum ditunjukkan anak di awal masa kanak-kanaknya. Selain itu, bagi
anak, kegiatan meniru suara binatang merupakan hal yang menarik perhatian dan
mudah ditiru serta dilakukan.
Pada usia dua tahun, anak
betul-betul akan sadar akan tubuhnya sendiri. Melalui hewan-hewan ini, anak
berfikir dan belajar mengenai persamaan dan perbedaan dirinya dengan bentuk
makhluk lain. Sebenarnya, awal ketertarikan anak pada hewan sama saja dengan
benda-benda lainnya. Hanya saja hewan memang menjadi istimewa karena dapat
bergerak dan mengeluarkan suara, tanpa harus di putar seperti mainannya. Hewan
yang biasa menarik perhatian anak adalah hewan peliharaan karena hewan ini
mungkin adalah pertama dilihatnya. Anjing, kucing, ikan, cicak dan ayam adalah
beberapa diantaranya. Anak kini dapat melihat bahwa ayam atau anjing berjalan
dengan cara yang berbeda dengan dirinya atau, jumlah kaki anjing tidak sama
dengan dirinya. Kesempatan ini juga sekaligus dapat menjadi arena belajar bagi anak
untuk semakin mengenal tubuh dan dirinya, juga lingkungannya.
Manusia memiliki hubungan
alamiah dengan satwa liar, bahkan ketertarikan dengan hewan sudah dimulai sejak
dini. Faktanya, anak pun ternyata lebih memilih bermain dengan hewan ketimbang
dengan boneka dan mainan mereka. Hal tersebut merupakan hasil penelitian tim
dari Rutgers University dan University of Virginia, Amerika Serikat. Mereka
melakukan beberapa eksperimen yang melibatkan anak-anak berusia antara 11 bulan
sampai tiga tahun. Pertama-tama, anak-anak diberikan hamster dalam sangkar dan
ikan dalam tangki bersama dengan 14 mainan kecil termasuk mobil polisi, boneka
dan blok. Mereka diamati bersama orangtuanya di dalam ruangan. Lalu, anak-anak
diberikan empat mainan yang paling populer, boneka, pesawat terbang, hamster,
ikan, tarantula, dan ular California Mountain King. Semua hewan dikurung dan
anak-anak tidak bisa menyentuhnya. Pada percobaan ketiga, anak-anak dimasukkan
ke dalam sebuah ruangan dengan tiga hewan hidup. Seperti tokek hijau, hamster,
dan ikan, serta replika mainan hewan. Dalam ketiga eksperimen tersebut,
anak-anak lebih sering berinteraksi dan membicarakan hewan daripada mainan.
“Fakta bahwa anak-anak menganggap hewan
begitu menarik menunjukkan bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari memiliki
hewan peliharaan,” kata salah satu peneliti, Vanessa LoBue, dikutip dari Telegraph.
Menurut LoBue, hewan dapat
menjadi instrumen yang baik untuk belajar. Meluasnya penggunaan karakter hewan
di buku anak-anak dan program televisi memang dapat menjadi cara untuk
mendekatkan anak kepada hewan. Namun LoBue menyarankan untuk memperkenalkan
hewan secara langsung.
Perlu diketahui bahwa anak
yang senang dengan hewan merupakan salah satu ciri anak cerdas. Beberapa ciri anak cerdas adalah berteman dengan binatang. Biasanya anak cerdas senang
dengan hewan - hewan, hal ini dibuktkian dengan tingginya antusias anak - anak
dengan mainan - mainan binatang, dan anak juga begitu senang ketika diajak ke
kebun binatang. Selain itu, anak yang cerdas pandai menirukan bunyi hewan
ataupun lainnya. Maksudnya, anak suka menirukan suara - suara hewan atau apa
saja yang ada di sekitarnya, sekalipun bunyi yang dihasilkan tidak selalu sama
dengan bunyi aslinya.
Memberi kesempatan pada anak untuk memperhatikan dan meniru
suara binatang yang anak minati merupakan langkah yang mendukung proses
tumbuh-kembangnya. Bila kemampuan sosial anak semakin berkembang, misalnya anak punya
banyak teman bermain dan memiliki keyakinan diri bahwa akan diterima dengan
baik di lingkungan sosialnya, maka kegiatan meniru ini lambat laun akan
menghilang dengan sendirinya.
Ketika anak berada dalam tahapan belajar dengan cara meniru
ini, anak benar-benar mengandalkan ayah dan ibunya sebagai penuntun. Inilah
saat tepat bagi orang tua atau guru untuk memberi informasi dan memperkenalkan
perilaku tepat padanya. Saat anak meniru suara "meong", katakan
bahwa ini suara kucing. Perkenalkan pula suara ayam, "kukuruyuk" dan
anjing, "guk guk... guk"; serta suara binatang lainnya. Dengan begitu ketika orang tua atau guru sebagai
pendidik, dan anak melihat gambar binatang, pendidik dapat bertanya pada anak
mengenai nama hewan tersebut, dan bagaimana suaranya. Kegiatan ini menambah
pengetahuan anak tentang hewan.
Selain itu, pendidik pun dapat mengenalkan berbagai hewan dan
suaranya melalui film anak-anak bertema binatang. Kegiatan yang menyenangkan
ini selain menghibur anak juga menambah wawasan dan pengetahuannya tentang
aneka makhluk hidup.
Berbagai macam kegiatan
dapat dilakukan dalam upaya mengembangkan kemampuan anak, salah satu ilmu yang
perlu dipelajari anak sejak dini dalam menunjang hal tersebut adalah sains.
Sains membantu manusia dalam mempelajari dan memahami alam beserta isinya yang
memiliki salah satu tujuan yaitu agar anak dapat menyesuaikan hidup dengan
lingkungannya. Salah satu kegiatan sains yang dapat dilakukan dalam
memperkenalkan anak pada lingkungannya adalah dengan memperkenalkan hewan di
sekitarnya. Kegiatan mengikuti gerakan hewan dan menirukan suaranya dapat
dijadikan salah satu cara dalam memperkenalkan sains. Kegiatan ini selain
bermanfaat ternyata juga merupakan hal yang menarik bagi anak, sebab sebagian
besar anak senang dengan hewan dan mengikuti segala hal yang dilakukan oleh
hewan. Bila diperhatikan, sebagian tokoh kartun anak digambarkan lewat berbagai
jenis hewan, sebab anak-anak terlihat sangat tertarik dengan tokoh dari hewan.
Ketertarikan anak terhadap menirukan hewan dapat dimanfaatkan untuk menunjang
pembelajaran.
Ketertarikan anak terhadap
hewan dapat dijadikan sarana untuk mengoptimalkan pengetahuan anak. Namun di
lain hal, pendidik perlu berhati-hati sebab hal ini masih banyak dipertanyakan,
khusus dalam agama Islam, mengenai boleh atau tidak menirukan tingkah laku dan
suara hewan. Pada kenyataannya, hampir bisa dipastikan semua orang pernah
meniru perilaku atau suara binatang, hal itu sering dilakukan untuk mendidik
anak, misal bagaimana bunyi suara kucing, terus bagaimana cara kucing mencuri
makanan atau bagi penggemar memelihara burung senang sekali meniru suara
burung. Tindakan ini juga sering dilakukan oleh para pendidik di PAUD atau para
orang tua dalam upaya mendidik anak-anak mereka yang masih kecil, atau para
pendongeng, baik dalam rangka mengenalkan alam semesta atau sekedar menghibur
anak-anak.
Upaya meniru hewan dalam
perkara-perkara yang dicela oleh syariat Islam, merupakan perbuatan yang tidak
terpuji dan terlarang, seperti dalam meniru suara-suaranya, tindak-tanduknya
dan lain sebagainya. Misalnya melolong layaknya lolongan anjing atau meringkik
bak ringkikan keledai, makan seperti hewan dan lain sebagainya. Pendidik perlu
berhati-hati dalam memperkenalkan segala hal pada anak usia dini, termasuk
dalam memperkenalkan hewan. Bisa saja, karena ketertarikan anak kepada hewan,
kemudian anak bertingkah laku seperti hewan dalam sehari-hari. Dalam etika, hal
tersebut bukan merupakan sesuatu yang baik untuk dilakukan manusia. Mengajarkan
anak mengikuti dan menirukan gerakan hewan bukan merupakan sesuatu yang salah
bila dilakukan atas dasar edukasi namun perlu ada pengarahan dan penjelasan
lanjut dari pendidik dalam mengajarkan hal tersebut pada anak.
B. Metode pembelajaran mengikuti
gerakan hewan di sekitarnya dan menirukan suaranya
Setiap anak
dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Tugas orang tua
dan guru sebagai pendidiklah untuk dapat membantu anak menemukan dan mengembangkan potensi
tersebut. Dalam ranah
pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan penanganan yang tepat dalam
pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan pemahaman mengenai karakteristik
anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu anak dalam
menyesuaikan proses belajar pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan, dan
kondisi masing-masing anak, baik secara intelektual, emosional dan sosial.
Masa usia dini merupakan periode
emas (golden age) bagi perkembangan
anak untuk memperoleh proses pendidikan. Seiring berkembangnya
zaman, metode pengajaran terhadap anak usia dini terus berkembang, tidak hanya
metode ceramah dan bermain melainkan banyak lagi metode yang dapat digunakan
dalam pembelajaran anak usia dini. Dalam mengenalkan makhluk hidup disekitar
anak seperti hewan juga dapat dilakukan dengan metode-metode tersebut, baik
mengenalkan suaranya, maupun gerakannya. Berikut adalah macam-macam metode
pembelajaran yang dapat diterapkan pada pendidikan anak usia dini.
1.
Metode Ceramah
Menurut
Gilstrap dan Martin, ceramah berasal dari bahasa latin yaitu lecturu yang berarti membaca, kemudian
diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan
pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan
buku. Pengenalan suara hewan disertai menirukan gerakannya dengan menggunakan
metode ceramah, kurang tepat jika dilakukan kepada anak usia dini. Tingkat dan
tahap perkembangan anak usia dini belum mencapai tingkatan abstrak dan formal,
sehingga anak akan sulit dalam mencerna pengenalan hewan beserta suara dan
gerakannnya jika melalui metode ceramah. Anak mampu berimajinasi namun
imajinasi anak belum sampai pada tingkatan yang formal, masih pada tingkatan
konkrit.
2.
Metode tanya jawab
Metode ini dapat diklasifikasikan sebagai metode tradisional
atau konvensional. Dalam metode tanya jawab, guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawabnya, atau sebaliknya siswa bertanya
guru menjelaskan. Dalam proses tanya jawab, terjadilah interaksi dua arah. Guru
yang demokratis tidak akan menjawabnya sendiri, tetapi akan melemparkan
pertanyaan dari siswa kepada siswa atau kelompok lainnya tanpa merasa khawatir
dinilai tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Dengan metode tanya jawab
tidak hanya terjadi interaksi dua arah tetapi juga banyak arah. Interaksi dari berbagai arah tersebut dapat membantu proses belajar dan
pembelajaran aktif melalui metode tanya jawab. Seperti saat guru mengenalkan
berbagai macam hewan beserta suara dan gerakannya. Anak dapat dengan aktif
mengikuti alur tanya jawab bersama guru tentang hewan. Namun dengan demikian,
penting kiranya metode pembelajaran tanya jawab anak usia dini disertakan media
sehingga anak akan mampu melakukan tanya jawab dengan optimal, mungkin saja
anak akan secara aktif bertanya dan menjawab sampai pada habitat hewan
tersebut, asal hewan dan makanan apa yang hewan tersebut makan selain hanya
bertanya seputar suara dan gerakan hewan.
3.
Metode pembelajaran demonstrasi
Metode
pembelajaran demonstrasi adalah model mengajar yang menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
melakukan sesuatu kepada peserta didik.Terdapat
langkah-langkah model pembelajaran demonstrasi, seperti untuk
mendemontrasikan hewan singa dan harimau melalui pertunjukkan, yaitu dengan
langkah.
a.
Tahap persiapan
1)
Rumuskan
tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah proses demonstrasi
berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan dan
keterampilan tertentu. Seperti membawa anak pada pertunjukkan singa dan
harimau.
2)
Persiapkan
garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kegagalan. Guru dapat survei terlebih dahulu untuk
melihat apakah pertunjukkannya cocok untuk anak atau tidak.
3)
Lakukan
uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan. Jika
pertunjukkan tersebut cocok untuk anak, guru dapat memberikan uji coba
demonstrasi di kelas, misalnya dengan boneka.
b. Tahap pelaksanaan
1) Langkah pembukaan
a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua peserta
didik dapat melihat dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
2)
Langkah pelaksanaan demonstrasi
a)
Mulailah
demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang peserta didik untuk
berfikir. Misalnya pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga
mendorong peserta didik tertarik untuk memperhatikan demonstrasi. Misalnya
memberikan pertanyaan kepada anak, “siapa yang pernah lihat singa?”.
b)
Ciptakan
suasana yang menyejukkan dan menghindari suasana yang menegangkan.Seperti anak
dapat dipastikan rasa aman saat melihat pertunjukkan singa di kebun binatang
dengan jarak temnpat duduk dan pembawaan guru dan instruktur atau musik
pengiring yang menyenangkan.
c)
Yakinkan
bahwa semua peserta didik mengikuti jalannya demonstrasi. Misalnya anak mampu
mengamati dengan seksama atau memperhatikan demontrasi yang dilakukan oleh
singa atau harimau.
d)
Berikan
kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut
sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi. Seperti, siapa yang
suka dengan singa, kucing, dsb.
c.
Langkah
mengakhiri demonstrasi
Apabila
demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan
memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan
demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Misalnya, anak-anak
boleh ikut mengikuti suara dan gerakan hewan singa.
4.
Metode
pembelajaran eksperimen
Metode eksperimen adalah metode atau
cara dimana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau
percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi.
Misalnya dalam mengenalkan hewan beserta suara dan gerakannya dan anak mampu
mengikuti dan mencobanya sendiri. Anak akan mengetahui bagaimana suara hewan
yang ia maksud dan bagaimana gerakan hewan tersebut sehingga anak belajar
mengidentifikasi sesuatu yaitu hewan dengan mudah dan cepat. Hal ini juga
membantu melatih kepekaan anak terhadap hewan-hewan yang ada di sekitar anak.
5.
Metode pembelajaran stimulus
Menurut Thorndike,
belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa
yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau
hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah
reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa
pikiran, perasaan, atau gerakan/ tindakan. Perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat
berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak
dapat diamati. Namun demikian tetap saja guru sebagai pembimbing dalam proses
pembelajaran harus mampu terus menstimulus dan merespon apapun perubahan
perilaku anak terhadap pembelajaran yang dilakukan. Pengenalan hewan beserta
menirukan suara dan gerakannya adalah pembelajaran yang menuntut keaktifan
anak, sehingga stimulus yang guru berikan juga harus merupakan stimulus yang
dapat membangkitkan semangat dan keaktifan anak, misalnya melalui pertanyaan
yang membuat anak ingin mengungkapkan sesuatu seperti melalui pertanyaan “siapa
yang pernah ke kebun binatang?”, anak akan secara semangat dan aktif
menjawabnya. Adapun jika respon anak adalah masih diam dan tidak tertarik untuk
berpartisipasi, maka guru dapat membantu anak tersebut untuk dapat ikut
berpartisipasi dalam pembelajaran melalui stimulus atau rangsangan dari hal
lain seperti gambar, suara atau gerakan hewan yang diperagakan oleh guru
tersebut.
6.
Metode tugas dan resitasi
Resitasi merupakan metode
pembelajaran berupa tugas pada siswa untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang
telah diberikan guru. Abu ahmadi, dkk menyatakan bahwa metode tugas dan
resitasi merupakan metode pekerjaan rumah yaitu dimana siswa diberi tugas di
luar jam pelajaran. Anak dapat
mengerjakan tugas tidak hanya dirumah, tetapi bisa dikerjakan di
perpustakaan, di laboraturium, di kebun percobaan, di kebun binatang mini, dan sebagainya
untuk dipertanggung jawabkan anak kepada guru. Metode ini bertujuan agar siswa dapat mendapatkan hasil belajar
yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihannya sendiri dengan
pengalaman langsung. Selain itu metode ini juga dapat mengaktifkan siswa untuk
mempelajari suatu masalah melalui percobaan sendiri. Sehingga anak mempu
melakukan problem solving. Sebagai
contoh, guru dapat menugaskan anak untuk melihat perilaku hewan yang ada di
sekitar rumah. Di sekolah anak dapat mengemukakan hewan apa yang ia amati,
seperti kucing, apa yang dimakan, bagaimana caranya berjalan dan suaranya
seperti apa.
7.
Metode kerja kelompok
Metode kerja
kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu
group atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas
dalam kelompok tersebut. Karena itu guru dituntut untuk mampu menyediakan
bahan-bahan pelajaran yang secara manipulasi mampu melibatkan anak bekerjasama
dan berkolaborasi dalam kelompok. seperti kegiatan kelompok anak untuk membuat
kebun binatang mini dua dimensi, yaitu kegiatan anak menggambar, menggunting
dan menempel masing-masing satu binatang dalam selembar kertas karton sehingga
anak dapat menekspresikan pengetahuannya tentang binatang dalam karya hasil
kerja sama denga kelompoknya tersebut. Atau anak juga dapat menirukan gerakan
dan suara hewan didalam kelompok, misalnya kelompok burung, kelompok kucing dan
sebagainya.
8.
Metode problem solving
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan
metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi
berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah
kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi
pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah untuk
pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem
solving adalah sebagai berikut:
a.
Melatih
siswa untuk mendesain suatu penemuan.
b.
Berpikir
dan bertindak kreatif.
c.
Memecahkan
masalah yang dihadapi secara realistis
d.
Mengidentifikasi
dan melakukan penyelidikan.
e.
Menafsirkan
dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f.
Merangsang
perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dengan tepat.
g.
Dapat
membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan.
Keunggulan
metode pembelajaran problem solving ini dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk
dapat mengembangkan kemampuan mandiri anak dan potensi anak dalam berfikir
kreatif. Sehingga anak mampu mendapatkan berbagai cara dan penyelesaian masalah
yang dihadapi. Seperti bagaimana ia mengetahui perilaku hewan yang ada
disekitarnya, maka anak akan secara kreatif mengikuti hewan tersebut secara
sembunyi-sembunyi. Sehingga pada akhirnya mengetahui apa suara dan gerakan
hewan yang diamatinya.
9.
Metode latihan
Menurut Roestiyah (2001),
metode latihan adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan
kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki ketangkasan atau
keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.
Metode ini dapat diterapkan guru dalam berbagai materi
pengajaran, karena selain individu yang aktif, anak juga merupakan individu
yang mampu cepat dalam belajar. Seperti dalam materi pengenalan hewan beserta
menirukan suara dan gerakan hewanpun, anak dapat dilatih dengan sangat cepat
untuk mengikuti atau menirukan suara dan gerakan hewan. Misalnya dilatih suara
dan gerakan hewan untuk kepentingan pertunjukkan saat perpisahan kelulusan dan
sebagainya.
10.
Metode karya wisata
Metode
Karyawisata ini pada dasarnya
digunakan karena objeknya tidak dapat dibawa ke dalam kelas. Kalaupun objeknya
dibawa ke dalam kelas, keasliannya tidak dapat diamati lagi atau mengalami
perubahan dan tidak akan memberikan gambaran, pengetahuan dan pengertian yang
sebenarnya mengenai objek yang akan diajarkan kepada siswa. Seperti untuk
mengenalkan hewan beserta suara dan gerakannya , anak dapat mendapatkan
pengalaman langsung melalui metode karya wisata ke kebun binatang, sehingga
anak dapat melihat objek nyata binatang yang ia tiru suara dan gerakannya
seperti gajah, jerapah dan sebagainya.
11.
Metode bermain
Bermain
merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak. Bermain
merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri. Melalui bermain
anak memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Para ahli psikologi anak
menekankan pentingnya bermain bagi anak. Bagi anak-anak, bermain merupakan
kegiatan yang alami dan sangat berarti. Dengan bermain anak mendapat kesempatan
untuk mengadakan hubungan yang erat dengan lingkungan. Seperti bermain untuk
meniru suara dan gerakan hewan yang anak ketahui, anak akan secara jujur,
ekspresif dan bebas dalam menirukan suara dan gerakan hewan yang ia ketahui.
Seperti dengan jujur, ekspresif dan bebas anak mau melakukan lompat, berlari,
berguling, berbisik, berteriak, tertawa, mengaung, mengeong dan sebagainya.
12.
Metode bernyanyi
“Kebanyakan orang memiliki
pengalaman mengingat kata-kata dari lagu yang telah mereka dengar. Bahkan, lagu
juga kadang-kadang digunakan oleh guru bahasa untuk mengajari anak kecil
belajar,” jelas Overy.
Benyanyi adalah salah satu metode atau
cara anak untuk dapat berekspresi, mengungkapkan perasaan, dan berimajinasi.
Bernyanyi sangat penting bagi anak, oleh sebab itu pembelajaran yang diselenggarakan
untuk anak akan sangat efektif jika disertakan dengan nyanyian dan nyanyian
tersebut dapat anak salurkan lebih jauh dengan gerakan-gerakan yang dapat
dilakukan anak. Misalnya anak bernyanyi tentang hewan disertakan dengan suara
dan gerakannya. Seperti lagu kelinci, dan sebagainya. guru juga dapat
memodifikasi lagu untuk dapat lebih memfasilitasi nyanyian anak dengan berbagai
isi, seperti lagu balonku dan liriknya diganti tentang hewan, suara hewan dan
gerakan hewan.
13.
Metode bercerita
Dalam
bahasa metode bercerita adalah metode penyampaian pesan atau penyajian meteri
pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak usia dini. Dalam
pelaksanaan kegiatan bercerita kegiatan pembelajaran pada anak usia dini metode
bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan hal yang baru kepada anak
dalam rangka mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak usia dini. Metode ini
dapat dilakukan guru tanpa buku atau beserta buku, tanpa gambar atau berserta
gambar. Pengenalan hewan beserta suara dan gerakan hewan sangat memungkinkan
dilakukan dengan metode bercerita. Seperti cerita fabel yang sangat sering
diceritakan orang Indonesia yaitu “Si Kancil”. Namun tentu saja guru harus
memperhatikan hal-hal lain saat menyampaikan materi pengajaran melalui metode
bercerita seperti durasi waktu bercerita dan bahasa isi cerita yang dapat
dimengerti dan sesuai untuk anak.
14.
Metode proyek
Metode proyek dipergunakan untuk menyalurkan minat siswa yang
berbeda-beda. Baik berhubungan langsung dengan pelajaran di sekolah, atau hal
yang menyangkut penggunaan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari.. Proyek
memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), yang secara umum siswa melakukan kegiatan seperti
belajar kelompok, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan
mengolah informasi. Biasanya memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi,
tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas. Terdapat perbedaan antara
belajar kelompok dan proyek, jika kelompok adalah mengerjakan secara bersama
engan hasil yang tentu sama dalam satu kelompok, maka metode proyek menuntut
setiap anak untuk mampu menemukan penyelesaian masalahnya masing masing.
Misalnya membuat sop buah, setiap anak akan memiliki referensi buah, bagaimana
ukuran potongan buahnya, apa yang diperlukan untuk membuat kuahnya, dan tugas
apa yang dapat dilakukan untuk membantu mempercepat proses kegiatan proyek
tersebut. Dalam mengenalkan suara dan gerakan hewan dengan metode proyek guru dapat
menugaskan kelompok anak satu untuk mencari menyebutkan hewan dengan awalan “a”
serta menirukan suara dan gerakannya, sehingga setiap anak akan berpikir hewan
yang berbeda-beda namun dengan awalan “a”, kelompok kedua dapat dengan awalan
“b” dan seterusnya.
C. Manfaat mendengarkan, mengikuti
gerakan hewan di sekitarnya, dan menirukan suaranya
Terdapat
berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan untuk merangsang perkembangan anak
usia dini, seperti mengenal mengenal, membedakan dan mengelompokkan benda, atau
mengenal hewan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di PAUD hendaknya dapat
mendukung perkembangan anak apalagi di usia dini anak mengalami perkembangan
yang sangat pesat, sehingga pemberian rangsangan melalui kegiatan yang
bermanfaat akan mengoptimalkan masa golden
age tersebut. Salah satu kegiatan yang dapat dijadikan bahan ajar adalah
kegiatan mengikuti gerakan hewan di sekitar dan menirukan suaranya. Kegiatan tersebut memiliki beberapa manfaat,
antara lain:
1. Sebagai
media bagi anak dalam mendapatkan pengetahuan sains, khususnya terhadap
hewan-hewan di sekitarnya. Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains,
kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum,
menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti
radio, TV, dan kalkulator tidak lepas dari sains dan
teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan
berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang
guru perlu mempelajari konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya guna
mengoptimalkan pengembangan pengetahuan sains pada anak.
2. Anak
dapat bereksplorasi dengan berbagai lingkungan di sekitarnya. Pengenalan sains
untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Untuk anak
prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil
bermain, termasuk pada kegiatan mengikuti gerakan dan menirukan suara hewan.
Kegiatan ini memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai hewan dan
segala hal yang berkaitan, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada di sekitarnya.
Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda
tersebut.
3. Melatih
anak menggunakan alat inderanya. Anak dilatih untuk
melihat dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak
semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil
penginderaanya dengan berbagai benda yang ada di sekitarnya. Pengetahuan yang
diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains,
anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak
menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak
berpikir logis.
4. Anak
mengenal dan memahami lingkungan sekitarnya, khususnya hewan. Binatang
merupakan mahluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon rangsang.
Anjing, misalnya mampu mengembalikan benda-benda yang dilemparkan pemiliknya.
Anak kucing akan mengejar dan menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih
diperdebatkan dari segi sanitasi dan higienisnya, memelihara hewan peliharaan
dapat mengembangkan rasa kasih dan sayang pada anak. Melalui binatang anak akan
belajar banyak tentang mahluk tersebut. Oleh karena itu. di negara-negara maju,
kebun binatang dilengkapi dengan pojok sains (sains center) agar anak dapat
berinteraksi dengan bintang yang jinak dan bersih sambil memperlajarinya. Ada
beberapa keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang.
Pertama, anak belajar mengenal dan menghargai mahluk hidup, ia belajar bahwa
mahluk hidup memerlukan makanan, papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar
untuk menyayangi binatang yang pada akhirnya akan menumuhkan rasa kasih sayang
pada mahluk hidup.
5. Meningkatkan
rasa kepedulian anak terhadap hewan. Mengajarkan kasih sayang terhadap sesama
seyogyanya tidak hanya difokuskan pada menyayangi antar sesama manusia. Sebab,
di dunia ini ada juga makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan yang juga perlu
disayangi. Bagi keluarga yang memiliki binatang peliharan, cara mengajarkan
anak tentang bagaimana menyayangi binatang bisa lebih mudah dilakukan. Orang tua
juga bisa langsung memperlihatkan bagaimana cara memperlakukan dan memelihara
binatang peliharaan. Jangan ragu jika suatu ketika anak mendekati
binatang. Jangan marah bila suatu saat, anak bermain-main dengan hewan.
Faktanya, mengenalkan anak dengan binatang sejak awal, ternyata diperlukan. Psikolog dan pakar pendidikan
menyebutkan, anak-anak perlu dikenalkan dengan hewan sejak dini. Selain dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri anak, hubungan yang akrab dengan
hewan juga dapat membantu anak mengembangkan rasa percaya kepada orang lain. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memperkanalkan hewan, terutama hewan
piaraan kepada anak-anak. Anak yang berumur 3-4 tahun belum cukup matang
mengendalikan kemarahan maupun agresivitas hewan. Oleh karena itu, awasilah ia
ketika sedang bermain dengan hewan peliharaannya. Manfaat anak memiliki
binatang peliharaan:
a.
Meningkatkan kasih sayang dan perhatian anak
terhadap sesama mahluk hidup. Anak-anak yang memelihara binatang/ tanaman
yang merupakan mahluk hidup yang perlu dirawat, memiliki perhatian dan kasih
sayang yang tinggi terhadap sesama.
b.
Mengekspos anak pada hal-hal yang berkaitan dengan ilmu
biologi sejak dini. Dengan memelihara binatang peliharaan anak-anak tanpa
disadari akan belajar mengenai biologi dasar dari mahluk hidup.
c.
Meningkatkan rasa sosial dan tanggung jawab anak.
Dengan keputusan memelihara binatang, maka anak bisa kita didik untuk
bertanggungjawab dengan baik, memberi makan dan minum serta membersihkan
kandang serta mengajak binatang peliharaannya bermain. Bila tanggung jawabnya
kurang, tentu binatang kesayangannya akan tidak bisa hidup sehat seperti
selayaknya. Bermula dari rasa menyayangi, rasa peduli dan rasa tanggung jawab
terhadap binatang, maka anak akan mendapatkan pelajaran berharga untuk
kehidupannya kelak. Sebab apapun yang diciptakan Tuhan di bumi ini pasti ada
manfaatnya dan sudah seharusnya kita sayangi dan memiliki rasa peduli.
6. Selain itu juga dapat mengembangkan
keterampilan komunikasi verbal dan non verbal, merangsang keterampilan dalam
membangun relasi yang hangat dan melatih anak untuk berempati.
7. Mengembangkan
kemampuan motorik anak, sebab anak dapat menggerakkan seluruh anggota tubuhnya
dan mengkoordinasikan anggota tubuhnya. Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam
meniru gerakan hewan menstimulus pergerakan otot-otot seluruh tubuh sehingga
merangsang perkembangan fisiknya.
8. Meningkatkan
imajinasi dan kreatifitas anak dalam berfikir. Ketika anak menirukan gerakan
dan suara hewan, anak akan berpikir dan mengingat gerakan-gerakan hewan yang
pernah dilihat kemudian mewantahkannya ke dalam gerakan, sehingga merangsang anak
agar mampu berfikir kreatif.
9. Meningkatkan
keaktifan anak. Kegiatan ini termasuk dalam kategori senam fantasi, sehingga
kegiatannya lebih menyenangkan dan menarik bagi anak daripada melakukan senam
biasa pada umumnya. Selain itu, anak-anak biasanya selalu memiliki banyak
pertanyaan atas apa yang terjadi dan dilihat di sekitarnya, termasuk hewan.
Mempelajari tentang hewan akan membuat anak tertarik untuk mengulasnya,
sehingga dapat merangsang keaktifan anak dalam belajar.
10. Mengembangkan
kemampuan bahasa. Melakukan kegiatan meniru suara hewan dapat melatih otot-otot
rahang dan mulut, serta lidah untuk belajar berucap. Kegiatan ini dapat
mengembangkan kematangan anak dalam berucap.
Dalam
pembelajaran sains bagi anak usia dini ada dua sisi yang sama pentingnya,
pertama lingkungan yang merupakan sumber belajar yang kaya
yang akan dipelajari oleh anak, baik lingkungan manusia maupun non
manusia, yang kedua anak usia dini yang unik dan berpotensi yang memiliki
karakteristik yang berbeda dari satu anak dengan anak yang lainnya, kedua
hal tersebut harus dipertimbangkan dengan matang dalam merencanakan
pembelajaran agar memberikan tujuan dan target yang jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar