Laman

Jumat, 01 Maret 2013

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Anak Usia Dini
dosen:
Dra. R Deti Rostika, M.Pd.
An An Andari, M.Pd.
Oleh:
Arin Apriani Ratna S 1104323
Hana Hapipah 1103063
Nura’inun Thoyibah 1103782
Ria Mustika 1106586
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
perkenannyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Karya tulis yang berjudul “Prinsip Belajar dan Pembelajaran Pendidikan
Anak Usia Dini” ini menjelaskan bahwa Pendidik hendaklah memahami
bagaimana prinsip belajar dan pembelajaran yang di lakukan di PAUD untuk
mewujudkan tujuan pembelajaran yang dirumuskan, mengembangkan dan
mengoptimalkan pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini sesuai dengan
prinsip belajar dan pembelajaran anak usia dini, bagaimana prinsip-prinsip belajar
menurut para ahli?, apa prinsip umum belajar?, bagaimana implikasi prinsip
belajar dan pembelajaran di PAUD, bagaimana prinsip pembelajaran anak usia
dini?. Pertanyaan inilah yang menjadi fokus makalah yang penulis susun. Sejalan
dengan hal tersebut, maka makalah ini secara jelas membahas mengenai prinsipprinsip
belajar dan pembelajaran anak usia dini. Dengan uraian yang jelas serta
menyeluruh diharapkan makalah ini akan meningkatkan pemahaman bagi penulis
maupun pembaca mengenai pentingnya prinsip belajar dan pembelajaran
Pendidikan Anak Usia Dini, pendidik harus memperhatikan proses pembelajaran
di pendidikan anak usia dini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan baik
secara isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan
saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ke depannya. Akhir
kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca. Akhir kata, penulis mengharapkan agar karya tulis ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Bandung, Februari 2013
Penulis
ii



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan Makalah ........................................................................... 2
E. Prosedur Makalah ........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip –Prinsip Belajar Menurut Para Ahli Psikologi .................................. 4
B. Prinsip – Prinsip Umum Pembelajaran .......................................................... 8
C. Implikasi Prinsip-Prinsip Pembelajaran .......................................................... 15
D. Prinsip Pembelajaran di PAUD ....................................................................... 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 28
B. Saran ............................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 30
1


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya belajar dan pembelajaran merupakan suatu kesatuan
yang tidak dapat terpisah dalam proses pendidikan. Cara belajar yang baik
haruslah disesuaikan dengan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Belajar merupakan interaksi yang dapat membuat perubahan sikap dan
tingkah laku serta penambahan ilmu dan pengalaman karena akibat adanya
stimulus dan juga pengulangan. Sedangkan pembelajaran adalah proses
interaksi atau komunikasi dua arah atau lebih, yang dilakukan oleh pihak guru
sebagai pendidik kepada peserta didik.
Dalam kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru, belajar dan
pembelajaran harus dilakukan dengan seimbang dan sebaik mungkin.
Pendidik perlu mengetahui prinsip-prinsip belajar agar guru dapat bertindak
secara tepat dan dapat membimbing aktivitas guru dalam merencanakan juga
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain dalam
peningkatan potensi siswa secara optimal dan proses pembelajaran terarah,
maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip belajar
yang benar yang didasari pada kebutuhan peserta didik untuk belajar.
Dari hal diatas maka dalam proses belajar dan mengajar diperlukan
prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran agar guru dapat mengoptimalkan
seluruh potensi siswa sesuai dengan kebutuhannya dan pembelajaran yang
dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Prinsip-prinsip belajar
juga memberikan arahan tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru
agar para siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Untuk itu,
perlu kiranya penulis menulis sebuah makalah yang mengemukakan prinsipprinsip
belajar dan pembelajaran. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
menjadi inspirasi bagi para pembaca.
2


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana prinsip –prinsip belajar dan menurut para ahli psikologi?
2. Bagaimana prinsip – prinsip pembelajaran?
3. Bagaimana implikasi prinsip-prinsip pembelajaran bagi siswa dan guru ?
4. Bagaimana prinsip belajar dan pembelajaran di PAUD?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Prinsip –prinsip belajar menurut para ahli psikologi;
2. Prinsip – prinsip umum pembelajaran;
3. Implikasi prinsip-prinsip pembelajaran bagi siswa dan guru;
4. Prinsip belajar dan pembelajaran di PAUD
D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan, baik
secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna
sebagai pengetahuan mengenai prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran,
secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. penulis, sebagai penambah pengetahuan mengenai prinsip-prinsip belajar dan
pembelajaran anak usia dini.
2. pembaca / guru, sebagai media informasi mengenai prinsip-prinsip belajar
dan pembelajaran anak usia dini.
3


E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif. Melalui
metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas
dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan malalui studi
pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai
literatur yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan
teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta
mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.
4


BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Para Ahli
“Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman” (Hamalik, 2003:36). Sedangkan menurut Morgan (Sagala,
2006:13) Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Berdasarkan pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses mendapat suatu pemahaman, dari yang tidak tau menjadi
tahu melalui jalur pendidikan formal maupun pengalamannya sendiri dan
memberikan suatu perubahan pada prilaku yang lebih baik dari sebelumnya.
Dalam proses belajar ada prinsip belajar yang harus kita pahami dan
pegang agar kegiatan belajar terlaksana sesuai yang diharapkan, terarah dan
baik. Menurut Sagala (2006:53), Prinsip-prinsip belajar tersebut yaitu:
1. Law of Effect
2. Spread of Effect
3. Law of Exercise
4. Law of Readiness
5. Law of Primacy
6. Law of Intencity
7. Law of Recency
8. Fenomena Kejenuhan
9. Belonging ness
Adapun pengertian dari prinsip-prinsip belajar di atas adalah sebagai
berikut.
a. Law of effect
Yaitu berupa hubungan timbal balik antara rangsang yang
diberikan guru kemudian siswa memberikan reaksi. Apabila
hubungan antara stimulus dan respon terjadi dan di ikuti dalam
keadaan yang memuaskan anak didik maka hubungan akan
5
diperkuat, guru memberikan pembelajaran kepada anak didiknya
sesuai dengan kebutuhan anak didik, kemudian anak didik
tersebut melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuannya,
maka hasil belajar anak akan baik, sebaliknya apabila guru
memberikan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan
anak, maka hasil belajar yang dicapai semakin lemah hubungan
stimulus dan responnya, hendaknya guru memberikan
pembelajaran yang suasana belajar dalam keadaan yang nyaman
dan menyenangkan, supaya siswa lebih semangat dan
mendapatkan hasil yang memuaskan.
b. Spread of Effect
Yaitu suatu respon anak didik terhadap hasil
pembelajaran, reaksi emosional yang emosionalnya mengiringi
kepuasan tidak terbatas kepada sumber pemberi kepuasan, anak
akan memberikan suatu hasil dari stimulus yang diberikan
lingkungannya sesuai dengan karakteristik anak, apabila hasil
pembelajarannya sesuai yang diharapkan maka anak akan
memberikan respon yang baik kepada gurunya dan proses
belajarnya, namun apabila hasil yang diharapkan kurang
memuaskan maka anak akan mengeluarkan emosinya tidak
hanya kepada gurunya tetapi juga terhadap hasil yang anak
kerjakan.
c. Law of Exercise
Yaitu hubungan antara stimulus dan respon yang
diperkuat dengan latihan dan penguasaan, apabila pembelajaran
sedang berlangsung maka anak hendaknya diberi motivasi dan
kesempatan untuk menceritakan belajarnya secara sederhana
sesuai kemampuan anak, namun hubungan stimulus-respon
menjadi lemah apabila tidak dipergunakan pengulangan, agar
hasil belajar lebih optimal berikanlah waktu untuk memberikan
kesempatan anak untuk menceritakan hasil dari belajarnya
6
sesuai dengan kematangan anak, sebaliknya jika prilakunya
tidak di latih atau tidak digunakan maka akan terlupakan atau
sekurang kurangnya akan menurun, maka jumlah exercise (yang
dapat berupa penggunaan atau praktek) dapat memperkuat
ikatan stimulus dan respon. Contoh : mengulang, menghafal,
dan lain sebagainya, yaitu hubungan timbal balik antara
rangsang dan respon.
d. Law of Readiness
Yaitu bila satuan-satuan dalam sistem syaraf telah siap
berkonduksi, dan hubungan itu berlangsung maka terjadinya
hubungan itu akan memuaskan. Belajar yang baik haruslah
sesuai kebutuhannya, keadaan ketika siswa dalam keadaan siap
untuk belajar sehingga proses pembelajaran lebih mudah
dipahami oleh siswa.
apabila anak telah lapar akan belajar maka berikanlah
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak, sehingga
anak menjadi lebih memaknai belajarnya tersebut, sebaliknya
apabila anak belum memiliki kesiapan untuk belajar jangan
sampai kita memaksakan kehendak untuk membelajarkan anak,
karena hasil yang didapat dari belajar anak tidak akan seoptimal
yang didapat pada anak yang telah siap, bahkan dapat
menyebabkan beberapa masalah seperti ketidak mampuan anak
karena ketidak siapan anak melaksanakan pembelajaran.
e. Law of Primacy
Yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama
akan sulit digoyahkan, Keadaan ketika siswa mendapatkan hasil
belajar yang memuaskan, sehingga siswa merasa puas atau
senang terhadap proses belajarnya atau hasil dari proses
belajarnya tersebut, hasil belajar yang memuaskan sangat
bermakna bagi anak, hasil belajar yang dihargai oleh
lingkungannya akan membuat anak merasa bahwa hasil karya
7
atau hasil belajarnya itu bermakna tidak hanya bagi dirinya, juga
bermakna bagi orang lain, maka anak berusaha mempertahankan
proses balajarnya bahkan meningkatkan hasil belajar ataupun
hasil karyanya tentunya sesuai kemampuan tahap dan tugas
perkembangan anak.
f. Law of Intencity
Yaitu belajar memberi makna yang dalam apabila
diupayakan melalui kegiatan yang dinamis. kegiatan belajar
yang menyenangkan, yang menggali serta mengembangkan
perkembangan dan pertumbuhan anak yang optimal, sehingga
pembelajaran mememberikan penjelasan yang lebih terperinci
apabila diupayakan melalui upaya yang dinamis.
g. Law of Recency
Yaitu sesuatu pelajaran yang baru dipelajari dan
mengesankan akan lebih mudah di ingat, apabila anak
mendapatkan suatu pengalaman yang menyenangkan, yang
memenuhi kebutuhan anak maka belajar pun akan menjadi
bermakna dan mengesankan.
h. Fenomena Kejenuhan
kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang
digunakan untuk belajar tetapi tidak mendatangkan hasil dari
proses belajar tersebut, anak yang telah kehilangan motivasi dan
kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu
sebelum anak sampai pada tingkat keterampilan berikutnya.
Kejenuhan dapat juga terjadi karena proses belajar anak telah
sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan
(borring) dan keletihan (fatigue).
i. Belonging ness
Keterkaitan bahan yang dipelajari pada situasi belajar,
akan mempermudah berubahnya tingkah laku, media yang
dipergunakn di dalam proses belajar hendaknya yang aman dan
8
menyenangkan bagi anak,serta sesuai dengan lingkungan
disekitar anak.
Menurut Wittig (Muhibbin, 2005:114) proses belajar berlangsung
dalam tiga tahapan, yaitu:
a) Aquisition (tahapan perolehan/penerimaan informasi)
Tahapan ini adalah mulainya siswa menerima pengetahuan atau
informasi yang kemudian merespon informasi atau pengetahuan
tersebut, sehingga dapat menimbulkan pemahaman dan
perubahan prilaku pada diri siswa.
b) Stoge ( tahap penyimpanan informasi)
Tahapan ini adalah kelanjutan dari tahapan Acquisition, yaitu
setelah siswa mendapatkan informasi atau pengetahuan maka
secara otomatis siswa tersebut akan menyampaikan pemahaman
dan perubahan prilaku yang telah terjadi pada diri siswa
tersebut.
c) Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
Proses retrieval adalah proses dimana siswa tersebut merespon
masalah yang dihadapi dengan mengungkapkan dan
memproduksi kembali atau dengan kata lain mengingat kembali
apa yang tersimpan dalam memori baik berupa informasi,
simbol pemahaman ataupun perilaku tertentu.
B. Prinsip-prinsip Umum Pembelajaran
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan
dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual.
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
9
dibutuhkan atau diperlukan untuk belajar lebih lanjut dalam
kehidupan sehari-hari, sekaligus membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya.
Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut
H.L. Petri, “motivation is the concept we use when we describe
the force action on or within an organism to initiate and direct
behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran.
Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti
halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat
mementuka keberhasilan belajar siswa dalam pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan. Motivasi erat kaitannya dengan
minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi
tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian
timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.
Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang di anggap
penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah
laku dan motivasinya.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari
dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari
orang lain. Motivasi dibedakan menjadi dua:
a. Motif intrinsik.
Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai
dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang
siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran
di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang
dipelajarinya.
b. Motif ekstrinsik.
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada
diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi
penyerta. Contohnya siswa belajar dengan sungguh10
sungguh bukan dikarenakan ingin memiliki pengetahuan
yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas
atau mendapatkan ijazah. Keinginan naik kelas atau
mendapatkan ijazah adalah penyerta dari
keberhasilan belajar.
Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik
yang disebut “transformasi motif”. Sebagai contoh,
seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang
tuanya yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru.
Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk
menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar
beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran
yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru.
Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi
intrinsik.
2. Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga
tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John
Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa
yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif
harus datang sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah.
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang
sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut
teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu
merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar mengajar anak
mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan
menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik
kesimpulan.
11
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan
keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan
psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang
dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain,
menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman
belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya,
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar
dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini
tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung
jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara
aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara
memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam
belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga
keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif
dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan
dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai,
dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam
pembentukan keterampilan.
4. Pengulangan
Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih dayadaya
yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat,
menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya
tersebut akan berkembang.
12
Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of
exercise”, Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan
pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu
memperbesar peluang timbulnya respons benar. Pada teori
psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh
stimulus saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya
siswa berbaris masuk ke kelas, mobil berhenti
pada saat lampu merah.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip
pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang
berbeda. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar
adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori
tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua
bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan
sebagai dasar pembelajaran.
5. Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin
mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam
suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka
timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan
mempelajari bahan belajar tersebut. Tantangan yang dihadapi
dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak
mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat
siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga
memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat
dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga
13
akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk
memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak
menyenangkan.
6. Balikan dan penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan
penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant
Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning
yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant
conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori
belajar ini adalah law of effectnya Thorndike. Siswa belajar
sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam
ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih
giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning
atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai
yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik
kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat.
Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning.
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode
penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar
yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
7. Perbedaan individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada
dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki
perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem
pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang
memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya
pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai
individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang
kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
14
Prinsip-prinsip Khusus Pembelajaran
Yaitu prinsip-prinsip pembelajaran yang hanya berlaku untuk satu
mata pelajaran tertentu, seperti pembelajaran bahasa. Setiap mata
pelajaran memiliki banyak prinsip khusus. Prinsipprinsip
khusus pembelajaran bahasa di antaranya sebagai berikut.
1. Ajarkan bahasa, bukan tentang bahasa
Yaitu pembelajaran bahasa merupakan aktivitas membina siswa
mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sebagai
penutur bahasa. Artinya, siswa dilatih keterampilan berbahasa
yang hanya dikuasai melalui praktik berbahasa. Jadi,
pembelajaran bahasa merupakan kegiatan untuk menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi yang harus dilakukan melalui
praktik menggunakan bahasa. Bukan sebaliknya, pembelajaran
bahasa adalah aktivitas mempelajari teori atau pengetahuan
tentang bahasa.
2. Bahasa target bukan sekedar objek pembelajaran, tetapi juga
wahana komunikasi dalam proses pe,belajaran dikelas.
Artinya, kegiatan pembelajaran tidak semata-mata ditujukan
untuk mengenal dan menguasai bahasa target. Akan tetapi,
proses pembelajaran harus menjadikan bahasa itu sebagai
wahana dalam berkomunikasi, yaitu dengan menggunakan
bahasa target dalam setiap kesempatan berkomunikasi tentang
topik-topik di luar bahasa (pendekatan komunikatif).
3. Sejauh mungkin gunakan bahasa otentik yang digunakan dalam
konteks nyata sebagai sumber bahan ajar, seperti bahasa di surat
kabar, bahasa nyata dalam kehidupan.
4. Setiap bahasa memiliki sistem bahasanya sendiri. Untuk itu,
dalam mempelajari bahasa kedua harus menjaga jangan sampai
terjadi interferensi (pengaruh) bahasa pertamanya terhadap
bahasa kedua yang dipelajari.
15
C. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran Bagi Peserta Didik
dan Pendidik
Pendidik dan peserta didik merupakan komponen utama dalam proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan oleh pendidik dan peserta didik. Implikasi prinsip-prinsip
pembelajaran ini berdampak pada pendidik dan peserta didik. Dibawah ini
akan dijelaskan mengenai implikasi prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran
bagi peserta didik dan bagi pendidik.
1. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran Bagi Peserta Didik
Peserta didik merupakan peran utama dari implikasi prinsip-prinsip
belajar dan pembelajaran. Para peserta didik akan berhasil apabila mereka
memperhatikan dan mengaplikasikan prinsp belajar ini. Prinsip-prinsip
tidak bisa diabaikan begitu saja. Ada beberapa implikasi dari prinsipprinsip
implikasi belajar bagi siswa.
a. Perhatian dan Motivasi
Peserta didik dituntut untuk memberi perhatian pada semua
rangsangan yang diberikan. Adanya keharusan bagi peserta didik
untuk selalu memberikan perhatian membuat siswa harus
membangkitkan perhatiannya kepada segala yang dipelajarinya.
Tentunyamelalui pembelajarn yang menarik dari seorang pendidik.
Sedangkan siswa menyadari bahwa motivasi belajar yang ada pada
dirinya harus dibangkitkan dan dikembangkan secara terus menerus.
Tentu saja dalam pendidikan anak usia dini,perhatian dan motivasi ada
anak akan tumbuh tanpa anak sadari. Itu akan tumbuh dengan alami
dengan adanya peguatan dari orang-orang disekitarnya termasuk
pendidik.
b. Keaktifan
Dalam hal keaktifan, peserta didik dituntut untuk ikut
berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar dan pembelajaran.
Bukan hanya aktif secara fisik., melainkan aktif intelektual juga
emosionalnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi peserta didik terwujud
16
dalam perilaku seperti selalu mengikuti proses pembelajaran dengan
baik, selalu bertanya kepada pendidik, antusias dalam pembelajaran
yang diberikan pendidik, selalu memiliki rasa ingin tahu yang besar,
dan lain-lain. Implikasi keaktifan menuntut peserta didik untuk terlibat
langsung dalam proses pembelajaran.
c. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Dalam pembelajaran yang bermakna tentu saja pengalaman
langsung akan sangat berharga untuk anak, terutama anak usia dini.
Anak usia dini memerlukan contoh-contoh konkrit dalam setiap
pembelajarannya, sehingga pembelajaran yang melibatkan anak secara
langsung akan sangat bermakna dan bermanfaat untuk anak. Pendidik
senantiasa memberikan ruang untuk anak dalam mengekspresikan
pengetahuannya lewat pengalaman yang pernah ia lakukan.
d. Pengulangan
Implikasi prinsip pengulangan pada peserta didik yaitu seperti
latihan dalam pemecahan masalah berkelompok maupun individu,
mengulang-ulang apa yang telah diberikan disekolahnya dan lain-lain.
Dalam rentan anak usia dini, pengulangan sangat perlu dilakukan
dalam proses pembelajaran. Mengingat anak cepat menangkap dan
mudah lupa dalam pembelajaran maka proses pengulangan akan
sangat berguna untuk selalu mengingatkan dan menstimulus anak
dalam belajar, agar anak akan selalu mengaplikasikan semua
pembelajaran yang telah pendidik berikan.
e. Tantangan
Apabila peserta didik diberi tanggung jawab untuk mempelajari
sesuatu sendiri, maka ia akan termotivasi untuk belajar dan mengingat
lebih baik. Tentu saja hal ini sangat baik diterapkan dalam setiap
proses pembelajaran terutama untuk anak usia dini. Anak usia dini
sangat menyukai hal-hal yang bersifat tantangan, mereka akan
semakin bersemangat ketika gurunya memberikan motivasi dan
penguatan berupa reward atau penghargaan, itu bisa berupa pujian
17
atau pemberian hadiah. Implikasi tantangan diantaranya yaitu anak
melakukan eksperimen, bertanya ataupun mencari tahu jawabannya
sendiri.
f. Balikan dan Penguatan
Peserta didik selalu membutuhkan kepastian dari kegiatan yang
dilakukannya. Apakah kegiatan yang dilakukan itu salah atau benar ?
dengan demikina sebagai pendidik hendaknya selalu memberikan
balikan dan penguatan tentang pengetahuan juga hasil kegiatan yang
telah anak lakukan. Itu akan memberikan penguatan kepada anak jika
hasilnya baik anak akan merasa senang dan terus memberikan yang
terbaik. Begitu pula sebaliknya jika hasil yang ia kerjakan bruk maka
ia akan senantiasa belajar lebih baik lagi agar bisa mencapai sesuatu
yang gurunya inginkan. Implikasinya adalah anak mencocokan
gambar yang benar, menerima kenyataan terhadap hasil yang ia capai,
atau menerima teguran dari gurunya apabila ia berbuat salah.
g. Perbedaan Individual
Setiap individu memiliki ciri dan karakteristik yang khas. Ketika
seorang anak telah menyadari bahwa setiap individu itu berbeda, maka
ia akan menyadari bahwa ia berbeda dengan orang lain. Ini akan
membuat anak mampu untuk menentukan gaya belajarnya sendiri
meskipun untuk anak usia dini mereka tidak menyadari bahwa mereka
telah belajar dari hal tersebut. Implikasi prinsip ini adalah ketika anak
sudah bisa menentukan tempat duduknya sendiri, mengambil apa yang
dibutuhkannya, dan lain-lain.
2. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran Bagi Pendidik
Seorang pendidik sebagai penyelenggara dan pengelola dalam
kegiatan pembelajaran harus senantiasa sadar tentang adanya prinsipprinsip
belajar dan pembelajaran. Kesadaran adanya prinsip-prinsip
belajar yang terwujud dalam perilaku seorang pendidik dapat diharapkan
adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan.
Implikasi prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran bagi guru akan terlihat
18
pada rencana pembelajaran maupun pelaksasnaan kegiatan
pembelajarannya.
a. Perhatian dan Motivasi
Dalam merencanakan sebuah pembelajaran, pendidik senantiasa
memikirkan dan mempersiapkan perilakunya terhadap siswa. Pendidik
harus senantiasa menarik perhatian anak juga menimbulkan motivasi
untuk anak. Implikasi prinsip perhatian misalnya dengan guru
menggunakan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran,
menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
tujuan pembelajaran, selalu menggunakan bahasa yang bervariasi
tidak monoton, dan selalu menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang
membimbing untuk anak.
Sedangkan dalam prinsip motivasi implikasinya bagi guru adalah
memilih bahan ajar yang sesuai dengan minat siswa, menggunakan
metode belajar yang disukai siswa, memeriksa pekerjaan siswa dan
segera memberitahukan hasilnya kepada siswa, dan juga selalu
memberikan pujian baik verbal maupun non-verbal terhadap siswa.
b. Keaktifan
Guru dapat melakukan berbagai hak untuk menimbulkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah penggunaan
multimetode dan multimedia dalam proses pembelajaran, pemberin
tugas baik secara individu msupun kelompok, memberi kesempatan
untuk melaksanakan eksperimen, dan juga bisa dengan mengadakan
tanya jawab kepada peserta didik.
c. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Keaktifan dalam proses pembelajaran tentu saja membutuhkan
keterlibatan anak secara langsung. Dalam melibatkan siswa secara
fisik, emosi, mental juga intelektual dalam kegiatan pembelajarannya,
maka perlu mempertimbangkan karakteristik dari isi pelajaran.
Yang terpenting implikasinya yaitu kemampuan guru untuk
bertindak sebagai penyelenggara proses pembelajaran yang mampu
19
mengarahkan, membimbing dan mendorong peserta didik ke arah
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Implikasi lainnya yaitu adanya keterlibatan langsung ditunjukan
dengan perilaku kegiatan pembelajaran yang banyak pada
pembelajaran individual dan kelompok, mementingkan eksperimen
langsung oleh siswa, menggunakan media pembelajaran yang
langsung digunakan oleh siswa, bisa juga dengan melibatkan siswa
dalam pembagian kelompok atau menyimpulkan isi pesan dalam
sebuah pembelajaran.
d. Pengulangan
Pendidik harus senantiasa selalu konsisten untuk memberikan
pengulangan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Mengingat sifat anak usia dini yaitu perekam yang kuat tetapi mereka
juga cepat lupa apalagi jika mereka tidak diberikan pengulangan
secara konsisten. Perilaku pendidik dari implikasi prinsip pengulangan
diantaranya adalah pendidik harus merancang dan elaksanakan proses
pengulangan yang konsisten, mengembangkan berbagai media
pembelajaran yang akan digunakan untuk proses pengulangan, dan
juga selalu membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi.
e. Tantangan
Biasanya pembelajaran akan lebih bermakna ketika anak terlibat
langsung dalam pembelajaran juga menyertakan sebuah tantangan
sehingga menghasilkan sebuah reward atau penghargaan yang akan
diterima anak. Implikasi dari prinsip tantangan diantaranya adalah
merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang melibatkan
siswa baik individu maupun kelompok, memberikan tugas bagi
peserta didik, mengembankan bahan pembelajaran yang didalamnya
terdapat tntangan, membimbing siswa dalam menemukan sebuah
fakta, konsep, gagasan dan lain-lain.
f. Balikan dan Penguatan
20
Balikan dan penguatan dan penguatan dapat diberikan secara lisan
maupun tertulis. Agar balikan dan penguatan bermakna bagi siswa
maka pendidik hendaknya memperhatikan karakteristik peserta
didiknya. Implikasi prinsip balikan dan penguatan ditunjukan dengan
perilaku pendidik sebagai berikut. Pendidik hendaknya
memberitahukan jawaban yang tepat dalam sebuah pertanyaan atau
diskusi, memeriksa hasil kerja anak dan memberikan tanggapan atas
hasil kerja anak, pendidik juga hendaknya memberikan penguatan
berupa reward atau penghargaan berupa anggukn, acunagan jempol
ataupun berupa bintang kepada anak, dan juga bisa dengan pemberian
hadiah kepada anak yang berprestasi.
g. Perbedaan Individual
Pendidik sebagai perancang dan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran harus memberikan perhatian kepada semua keunikan
yang ada pada masing-masing peserta didiknya. Pendidik tidak dapat
menganggap bahwa semua anak memiliki karakteristik yang sama
dalm proses pembelajaran. Pendidik harus mampu melayani anak
dengan karakteristiknya masing-masing. Prinsip perbedaan individual
bagi guru akan terwujud dalam perilaku-perilaku seperti
menggunakan berbagai metode pembelajaran yang diharapkan mampu
melayani kebutuhan siswa sesuai dengan karakteristiknya, merancang
berbagai macam media dalam menyajikan pesan pembelajaran, juga
yang terpenting adalah mengenali setiap karakteristik peserta didik
sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi
setiap anak.
D. Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran Anak Usia Dini
Belajar adalah proses perubahan perilaku berdasarkan pengalaman dan
latihan. Prinsip-prinsip belajar merupakan suatu ketentuan yang harus
dilakukan anak ketika ia belajar siantaranya adalah Anak adalah pebelajar
aktif, Ketika bergerak anak mencari stimulasi yang dapat meningkatkan
21
kesempatan untuk belajar dengan menggunakan seluruh tubuhnya sebagai
alat untuk belajar secara energik mencari cara untuk menghasilkan potensi
maksimum.
Belajar anak dipengaruhi kematangan, sehingga Guru harus memahami
bagaimana kematangan anak dapat dicapai dan apa yang perlu dilakukan
untuk memfasilitasi matangan tersebut.Belajar anak dipengaruhi oleh
lingkungan, Tidak hanya lingkungan fisik tetapi juga lingkungan belajar
bahkan Anak belajar melalui kombinasi lingkungan fisik, sosial dan refleksi
Dengan pengalaman tersebut anak memperoleh pengetahuannya sehingga
Tugas guru bagaimana menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak
memperoleh pengalaman fisik, sosial dan mampu merefleksikannya.
Anak belajar dengan gaya yang berbeda,setiap anak berbeda cara
belajarnya terdapat beberapa tipe belajar anak salah satunya yaitu tipe visual,
tipe auditif dan tipe kinestetik.serta Anak belajar melalui bermain. Terdapat
sejumlah pembelajaran pada pendidikan anak usia dini,beberapa diantaranya
akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Anak Sebagai Pembelajar Aktif
Prinsip yang pertama adalah anak sebagai pembelajar
aktif,artinya bahwa dalam perancangan pembelajaran di pendidikan anak
usia dini haruslah mengarahkan anak untuk memnjadi pembelajar yang
aktif. Dimana didalamnya anak dapat langsung beraktivitas dengan
mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan,menyimpulkan dan
mengemukakan sendiri berbagai pengetahuan serta keterampilannya
yang ditemukan pada lingkungan sekitar.
Teori yang menjelaskan bahwa anak adalah seorang
pengkonstruksi yaitu seorang penjelahan yang aktif,selalu ingin tahu,
selalu menjawab tantangan lingkungan sesuai penafsiran anak-anak,ini
dapat menjadi acuan dimana pembelajaran atau pengajaran harus
dilkukan guru agar anak mengolah sendiri untuk memahami dan
mendapatkan pengetahuannya sendiri .
22
Contohnya Menurut mentessori menganggap bahwa anak tidak
perlu dilatih terus-menerus menulis suatu kata,tetapi dengan
pembelajaran bermain aktif membuat huruf seperti menggambar atau
mengarsir gambar huruf itu pada suatu saat anak tiba-tiba akan
mengetahui bahwa anak dapat menulis,peristiwa itu dinamakan letusan
menulis atau eksplosi menulis. Pada prinsipnya, biarkan anak mencari
tahu sesuatu dengan terlibat langsung atau melakukan praktik langsung
,tidak hanya melalui penjelasan guru. Maksudnya adalah anak dirangsang
untuk mempelajari sendiri materi-materi yang diberikan oleh guru,disini
guru berfungsi sebagai moderator dan fasilitator saja.
2. Anak Belajar melalui Sensori dan Panca Indera
Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak dapat
melihat bayangan yang ditangkap oleh matanya, anak dapat
mendengarkan bunyi melalui telingannya,anak dapat merasakan panas
dan dingin lewat perabaannya, anak dapat membedakan bau melalui
hidung dan anak dapat mengetahui aneka rasa melalui lidahya. Oleh
karenanya, pembelajaran pada anak hendaknya mengarahkan anak pada
berbagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh seluruh inderanya.
Anak belajar melalui sensori dan panca indera menurut
pandangan dasar Montessori yang menyakini bahwa panca indera adalah
pintu gerbang masuknya berbagai pengetahuan kedalam otak manusia
(anak),karena perannya yang sangat strategi maka seluruh panca indera
harus memperoleh kesempatan untuk berkembangan sesuai dengan
fungsinya,alat-alat permainan sederhana yang diciptakan dapat
digambarkan sebagai berikut: alat permainan indera penglihatan, alat
permainan indera peraba dan perasa, alat permainan untuk indera
pendengar,dan alat permainan untuk indera penciuman.
Contohnya dalam kegiatan bermain dengan perabaan, anak dapat
diminta membawa bermacam-macam kain (kain yang halus hingga
kasar), lalu mereka meraba, mempelajari, serta membuat kesimpulan
akhir tentang pengamatan dan pengalaman mereka masing-masing.
23
3. Anak Membangun Pengetahuannya Sendiri
Menurut Pestalozzi pendidikan pada hakikatnya usaha
pertolongan (bantuan) pada anak agar anak mampu menolong dirinya
sendiri yang dikenal dengan “Hilfe Zur Selfbsthilfe”; Pestalozzi
berpandangan, pengamatan seorang anak pada sesuatu akan
menimbulkan pengertian,bahkan pengertian tanpa pengamatan
merupakan sesuatu pengertian kosong.
Sejak lahir anak telah diberikan berbagai kemampuan. Dalam
konsep ini anak dibiarkan belajar melalui pengalamannya.pengalaman
dan pengetahuan yang dialaminya sejak anak lahir dan pengetahuan yang
telah anak dapatkan selama hidup. Konsep ini diberikan agar anak
dirangsangkan untuk menambah pengetahuan yang telah diberikan
melalui materi-materi yang disampaikan oleh gurunya dengan caranya
sendiri. Anak diberikan fasilitas yang dapat menunjang untuk
membangun pengetahuannya sediri.
4. Anak Berpikir melalui Benda Konkret
Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran dengan
benda-benda nyata agar anak tidak menerawang atau bingung.maksudnya
adalah anak dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran yang
menggunakan benda nyata, dengan metode seperti ini diharapkan
terciptanya pengalaman anak secara langsung dan agar anak mengerti
maksud dari materi-materi pembelajaran yang di ajarkan oleh guru.
Pada dasarnya anak lebih mengingat suatu benda-benda yang
dapat dilihatnya, di pegang lebih membekas, dan dapat diterima oleh otak
dalam sensasi serta memory (long term memory) dalam bentuk simbolsimbol.
Oleh karena itu,penggunaan media dalam pembelajaran
pendidikan anak usia dini (PAUD) sangatlah penting .
Sebagai contoh, apabila mejelaskan tentang benda-benda di alam
lebih baik anakdibawa langsung kelokasi agar dapat melihat,mengamati,
dan menikmati keadaan alam tersebut dan dapat melihat berbagai bentuk
misalnya daun, pohon, buah-buahan, dan sebagainya. Atau dalam
24
pembelaran pecahan bagian dapat dengan memotong pizza menjadi 8,
memotong apel menjadi 2, memotong roti menjadi 4 bagian, dan lainlain.
5. Anak Belajar dari Lingkungan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sengaja dan
terencana untuk membantu anak mengembangkan potensinya secara
optimal sehingga anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa esensi yang hakiki dari
tujuan akhir pedidikan adalah kemampuan anak melakukan adaptasi
dengan lingkungan dalam arti yang luas. Dengan demikian tujuan
pendidikan yang seharunyamenjadi dasar untuk mengarahkan berbagai
proses pendidikan (pembelajaran) agar mendekatkan anak dengan
lingkungan.
Sehingga alam atau lingkungan dapat dijadikan sebagai sarana
pembelajaran, hal ini didasarkan pada beberapa teori pembelajaran yang
menjadikan alam sebagai sarana yang tak terbatas bagi anak untuk
berekspolasi dan berinteraksi dengan alam dalam membangun
pengetahuannya. Vaquette mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek
penting dalam alam yaitu :
a. Alam merupakan ruang lingkup untuk menemukan kembali jati diri
secara kolektif dan menyusun kembali kehidupan sosial.
b. Alam merupakan ruang lingkup yang dapat di eksplorasi.
Jika anak-anak tidak mengenal lokasi kegiatan, maka anak akan
menggunakan sebagian besar waktu yang tersedia untuk mengetahui
apa kira-kira yang merka kerjakan ditempat itu.
c. Peranan pendidik dilokasi kegiatan
Seorang guru harus sekaligus menjadi pengajar, pendidik, serta
pembimbing kegiatan. Sebagai pengajaran yang baik harus dapat
memberikan pengetahuan yang dapat diterapkan oleh para muridnya.
25
Adapun pendekatan dalam proses pembelajaran pada pendidikan anak
usia dini hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak dini harus senantiasa berorientasi
kepada kebutuhan anak. Anak Usia Dini adalah anak yang sedang
membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi
semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis
(intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional). Dengan
demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan
melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek
perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.
2. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan
menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh
pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan
untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk
berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan
pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat
anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran
3. Lingkungan Kondusif
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan
menyenangkan serta demokratis sehingga anak merasa aman,
nyaman dan menyenangkan dalam lingkungan bermain baik di
dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya
memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain.
Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak
dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik
dengan pendidik maupun dengan temannya.
Lingkungan bermain hendaknya tidak memisahkan anak dari
nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang
dipelajari di rumah dan tempat bermain ataupun di lingkungan
26
sekitar. Pendidik harus peka terhadap karakteristik budaya masingmasing
anak.
4. Menggunakan Pendekatan Tematik
Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan
tematik. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk
mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya. Tema dipilih dan
dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak,
sederhana, serta menarik minat.
5. Mengembangkan Kecakapan Hidup
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan
kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang
menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri,
disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang
berguna untuk kelangsungan hidupnya..
6. Menggunakan Pembelajaran Terpadu
Kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang dengan menggunakan
model pembelajaran terpadu dan beranjak dari tema yang menarik
minat anak (center of interest). Kegiatan pembelajaran disajikan
secara terintegrasi dalam suatu aktivitas yang dialkukan oleh anak.
7. Pembelajaran Berorientasi pada Prinsip-prinsip Perkembangan Anak
yaitu:
a. Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya
terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis
b. Siklus belajar anak selalu berulang
c. Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan
anak-anak lainnya
d. Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya
e. Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan
perbedaan individual.
27
Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa cara anak
belajar berbeda dengan orang dewasa. Salah satu cara belajar anak yang baik
itu dengan bermain, dengan bermain yang didalamnya mengandung ciri-ciri
simbolik,bermakna,aktif, menyenangkan,suka rela,ditentukan oleh aturan dan
sebagainya itu anak dapat mengembangkan segala potensinya sesuai dengan
karakteristik cara belajar anak tersebut.dan tentunya di tunjang dengan
lingkungan yang diciptakan secara kondusif yang dapat mengundang anak
untuk belajar secara alamiah tanpa paksaan sehingga apa yang dipelajari anak
dari lingkungannya adalah hal-hal yang benar-benar bermakna, fungsional,
menarik dan bersifat menyeluruh,dan tugas kita sebagai pendidik adalah
memfasilitasi itu semua agar anak dapat berkembang secara optimal.
28


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan
kesimpulan sebagai berikut.
1. Pendidikan adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk mengembangkan
potensi peserta didik supaya menjadi manusia utuh. Untuk itu ada prinsip
prinsip supaya tujuan dari pendidikan yang membentuk manusia yang utuh
tersebut tercapai.
2. Dalam kegiatan belajar dan mengajar tentu saja tidak dapat dilakukan
sembarangan, tetapi harus menggunakan prinsip-prinsip belajar agar bisa
bertindak secara tepat. Walaupun prinsip belajar tidak dapat sepenuhnya
menentukan langkah demi langkah prosedur pembelajaran, namun ia bisa
memberi arah prioritas-prioritas dalam tindakan guru.
3. Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang prinsip-prinsip
belajar dan asas pembelajaran dapat membantu guru dalam memilih
tindakan yang tepat. Selain itu dengan prinsip-prinsip belajar dan asas
pembelajaran guru juga memiliki dan dapat mengembangkan sikap yang
diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa.
4. Implikasi dari prinsip-prinsip belajar tersebut bagi siswa dan guru, tampak
dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran
berlangsung. Namun demikian, perlu disadari bahwa implementasi
prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, tidak semuanya terwujud
dalam setiap proses pembelajaran.
5. Salah satu cara belajar anak yang baik itu dengan bermain, dengan
bermain yang didalamnya mengandung ciri-ciri simbolik, bermakna, aktif,
menyenangkan, suka rela, ditentukan oleh aturan dan sebagainya itu anak
dapat mengembangkan segala potensinya sesuai dengan karakteristik cara
belajar anak tersebut. Tentunya di tunjang dengan lingkungan yang
diciptakan secara kondusif yang dapat mengundang anak untuk belajar
29
secara alamiah tanpa paksaan sehingga apa yang dipelajari anak dari
lingkungannya adalah hal-hal yang benar-benar bermakna, fungsional,
menarik dan bersifat menyeluruh,dan tugas kita sebagai pendidik adalah
memfasilitasi itu semua agar anak dapat berkembang secara optimal.
B. Saran
Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai
berikut.
1. Sebagai calon pendidik kita harus menyadari pentingnya melaksanakan
kegiatan belajar dan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip belajar
dan pembelajaran, agar lebih mudah dan optimal dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Kita harus mengetahui dan memahami prinsip-prinsip pembelajaran pada
anak, karena dengan memahami prinsip tersebut, pendidik akan mudah
menentukan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip
pembelajaran tersebut.
3. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru memfasilitasi,
menciptakan dan memaksimalkan lingkungan yang kondusif yang dapat
mengundang anak untuk belajar secara alamiah, pembelajaran benarbenar
bermakna, fungsional, menarik dan bersifat menyeluruh sehingga
prinsip-prinsip belajar tersebut dapat berjalan secara optimal.
4. Sebagai calon guru kita bangkitkan kesadaran, dan kritisi lembagalembaga
pendidikan yang dalam proses pembelajaranya masih belum
menerapkan prinsip-prinsip tersebut.
30


DAFTAR PUSTAKA
Arkadie, S. (2011). Prinsip-Prinsip Belajar. [Online]. Tersedia:
(http://fisika79.wordpress.com/2011/04/26/prinsip-prinsip-belajar/). [18
Februari 2013]
Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: CV Alfabeta.
Raharyanti, A. (2012). Kejenuhan Belajar. [Online]. Tersedia:
(http://ajenganjar.blogspot.com/2012/kejenuhan-belajar.html). [18 Februari
2013].
Hanaf, M. (2012). Prinsip-Prinsi dan Asas Belajar. [Online]. Tersedia:
(http://mutiadbsk.blogspot.com/2012/09/prinsip-prinsip-belajar-danasas_
6274.html). [16 Februari 2013].
Winataputra, U. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta.
Sujiani, Y. (2009). Konsep Dasar PAUD. Jakarta: PT InDeks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar