BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Komponen Belajar dan Pembelajaran
1.
Pengertian
Komponen Belajar
Belajar
merupakan proses penyesuaian diri yang menghasilkan sebuah perubahan tingkah
laku dan peningkatan pemahaman atas sesuatu berdasarkan pengalaman yang didapatkan.
Dalam proses belajar tersebut terdapat komponen – komponen yang saling
berhubungan satu sama lain. Komponen – komponen tersebut merupakan hal – hal
yang menjadikan proses belajar tersebut berlangsung. Tanpa komponen belajar
maka tidak akan terjadi proses belajar. Begitupun bila salah satu komponen
tidak dilaksanakan atau tidak diterapkan maka proses belajar tidak akan
berjalan dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komponen belajar adalah
kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain dan
merupakan hal penting dalam proses belajar.
2.
Pengertian
Komponen Pembelajaran
Secara
sederhana pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa
dapat melaksanakan proses belajar. Sama halnya dengan proses belajar, dalam pembelajaran
pun terdapat komponen – komponen yang salaing berhubungan satu sama lain. Jika
tidak ada komponen pembelajaran atau tidak diterapkan salah satu dari komponen
pembelajaran maka proses pembelajaran
berlangsung dengan kurang efektif.
Menurut
Hamalik tahun 2001
Pembelajaran
adalah suatu sistem artinya keseluruhan dari komponen-komponen yang
berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama kain dan dengan keseluruhan itu
sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. (http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/makalah-pensisikan-komponen-komponen.html)
Dari pernyataan Hamalik
dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran maka harus adanya
komponen – komponen pembelajaran.
Dengan
demikian komponen – komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item
yang saling berhubungan satu sama lain dan merupakan hal penting dalam proses
belajar mengajar.
B.
Komponen
– Komponen Belajar dan Pembelajaran
Apabila
dilihat secara kasat mata antar komponen belajar dan komponen pembelajaran
adalah sama. Namun, setelah dikaji lebih mendalam maka terdapat perbedaan di
atara keduanya. Walupun perbedaan tersebut tidak banyak namun hal tersebut
tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena walau bagaimanapun belajar dan
pembelajaran itu sendiri pun berbeda.
NO
|
KOMPONEN PEMBELAJARAN
|
KOMPONEN
BELAJAR
|
1
|
Tujuan
|
Tujuan
|
2
|
Materi
|
Materi
|
3
|
Media
|
Media
|
4
|
Strategi /
metode
|
Strategi /
metode
|
5
|
Evaluasi
|
Evaluasi
|
6
|
Guru
|
|
7
|
Peserta didik
/ siswa
|
|
Dari
table di atas maka perbedaan komponen belajar dan pembelajaran terletak pada
guru dan peserta didik.
1.
Tujuan
Baik
belajar maupun pembelajaran mengartikan tujuan sebagai target yang harus
dicapai setelah melakukan proses belajar dan atau pembelajaran. Selain sebagai
target, tujuan pula merupakan arah atau acuan dalam melakukan proses belajar
dan pembelajaran. Secara garis besar tujuan belajar dan pembelajaran adalah
adanya perubahan tingkah laku yang progresif baik pengetahuannya, sikap maupun
keterampilannya. Tujuan belajar dan pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut.
a. Tujuan Umum
Tujuan
umum adalah salah satu tujuan yang disusun dan dirumuskan oleh tim pengembang
kurikulum pusat. Tujuan umum ini masih bersifat meyeluruh artinya hal yang
ingin dicapai tidak dijabarkan secara spesifik. Seperti yang dikemukakan oleh
Cepy Riyana tahun 2011 ‘tujuan pembelajaran umum merupakan tujuan
pembelajarannya yang sifatnya masih umum dan belum menggambarkan tigkah laku
secara spesifik.’ (http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/makalah-pendidiikan-komponen-komponen.html)
Contoh
tujuan umum adalah indikator-indikator yang terdapat dalam kurikulum seperti menirukan kembali 4 – 5
urutan kata, mulai mengerti perintah sederhana, meniru garis vertical dan
horizontal dll.
b. Tujuan Khusus
Tujuan
pembelajaran khusus merupakan penjabaran dari tujuan pembelajaran umum. Tujuan
ini bukan merupakan tujuan yang disusun dan dikembangkan oleh pengembang
kurikulum pusat namun diserahkan pada guru. Hal ini dimaksudkan agar tujuan
umum yang sudah dibuat dapat lebih dispesifikasikan sehingga mudah diukur
tingkat ketercapaiannya. Guru harus mengutamakan ketercapaian tujuan khusus
dalam proses belajar dan pembelajaran. Walau begitu guru harus tetap menyadari
bahwa orientasi jangka panjang dari proses belajar dan pembelajaran adalah
tujuan umum.
Para
ahli telah merumuskan beberapa kriteria yang dapat dijadikan patokan guru dalam
merumuskan tujuan khusus pembelajaran yaitu
1) Menggunakan kata kerja operasional
misalnya mengucapkan kalimat yang terdiri
dari dua kata bukan siswa dapat
memahami kalimat yang terdiri atas dua kata;
2) Harus dalam bentuk hasil belajar
bukan apa yang dipelajari;
3) Harus berbentuk tingkah laku
misalnya membuat garis vertikal,
horizontal dan diagonal;
4) Hanya meliputi satu jenis kemampuan
agar mudah dalam menilai pencapaian tujuan misalnya tujuan khusus mengenai
perkembangan motorik halus.
Menurut
Halimah (2010: 48) agar tujuan pembelajaran menjadi lebih efektif maka beliau
merumuskan hal – hal sebagai berikut.
1) Scope, meliputi seluruah aspek hasil belajar yang
diinginkan.
2) Suitability, berhubungan dengan konteks sosial
dan kelas.
3) Validity, mencerminkan nilai yang diwakili.
4) Feasibility, sesuai kemampuan peserta didik dan
sumber daya yang ada.
5) Compatibility, konsisten dengan rumusan
tujuan-tujuan yang ada pada tingkatan baik vertikal maupun horizontal.
6) Specificity, cukup presisi menghindari
pemahaman yang mendua.
7) Interpretability, mudah dipahami oleh orang yang
akan mengimplementasikannya.
Dari
pemaparannya di atas maka secara garis besar Halimah mengungkapkan bahwa agar
tujuan menjadi lebih efektif maka tujuan tersebut harus mudah dipahami oleh
setiap orang karena kata-katanya yang tidak ambigu, sesuai kemampuan siswa,
sinergis dengan tujuan yang ada di atasnya maupun di bawahnya serta sinergis
dengan nilai dan kenyataan di lapangan.
Mengingat bahwa tujuan khusus dibuat
oleh guru maka guru harus memahami betul kurikulum yang berlaku sebagai batu
tapal dalam menjabarkan tujuan, memahami tipe-tipe hasil belajar karena pada
hakikatnya tujuan yang guru buat merupakan hasil belajar dan merupakan hal-hal
yang ingn dicapai dan yang tidak kalah penting adalah guru memahami cara untuk
merumuskan tujuan agar jelas dan dapat dicapai oleh siswa.
Contoh tujuan khusus pembelajaran
adalah mengucapkan 4-5 urutan kata,
membuat garis vertical dan horizontal dll.
2.
Materi
Materi merupakan salah satu komponen
dalam belajar dan pembelajaran, materi juga merupakan salah satu faktor penentu
keterlibatan siswa. Adapun menurut Rossana Hutari (http://rossafirmansyah.blogspot.com/2012/11/komponen-pembelajaran.html)
berbendapat bahwa ‘materi
adalah bahan ajar berupa prinsip, konsep, dan fakta yang akan disampaikan
kepada peserta didik yang diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami
oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.’
Dari pernyataanya
di atas Rosana berpendapat bahwa materi
berisi prinsip, konsep dan fakta yang disampaikan secra teroganisir.
Sejalan
dengan pendapat tersebut Cepy Riyana tahun 2007
(http//kurtek.upi.edu/psb/?p=82.) mengungkapkan bahwa ‘materi adalah isi dari
kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/ sub
topik dan rinciannya.’
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
materi adalah isi atau bahan yang dipelajari siswa yang disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran. Adapun tugas guru di sini adalah memilih dan
mengembangakan bahan pembelajaran. Dalam prosesnya harus dipertimbangkan sumber
belajar yang menunjuang terhadap
pengembangan siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi
pelajaran bagi siswa adalah sebagai berikut.
a.
Materi
pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan;
b.Materi pelajaran yang ditulis dalam
perencanaan hanya secara garis besarnya saja;
c.
Menetapkan
materi harus sesuai dengan urutan tujuan;
d.Urutan materi hendaknya
memperhatikan kesinambungan;
e.
Materi
disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks;
f. Sifat materi pelajaran ada yang
faktual ada yang konseptual.
Dari
yang disebutkan oleh Sudjana, maka secara umum dalam menentukan materi harus
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan diberikan secara bertahap serta
materi yang diberikan harus memiliki sifat baik faktual maupun konseptual.
Adapun dalam lebih lanjut, Syodih
dan Ibrahim (Henawan
dkk, 2007: 218) mengemukakan
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menetapkan materi pembelajaran, antara lain
sebagai berikut.
a.
Materi pembelajaran hendaknya sesuai dengan/ menunjang
tercapainya tujuan instruksional.
b.
Materi pembelajaran hendaknya sesuai pendidikan/
perkembangan siswa pada umumnya.
c.
Materi pembelajaran hendaknya terorganisasi secara
sistematik dan berkesinambungan.
d.
Materi pembelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang
bersifat faktual maupun konseptual.
Berdasarkan
hal di atas, dalam hal ini materi hendaknya mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran, dalam rangkan mewujudkan fungsi pendidikan yang diemban oleh
sekolah yang bersangkutan khususnya Pendidikan Anak Usia Dini. Selain itu,
materi hendaknya ditetapkan dengan memepertimbangkan taraf kemampuan siswa
yaitu anak usia dini, suatu topik yang sama dapat berbada tingkat
kedalamanannya untuk tigkat usia yang berbeda. Materi yang sistematis dan
berkesinambungan, dimaksudkan bahwa antara bahan yang satu dengan bahan
berikutnya ada hubungan fungsional, dimana bahan yang satu menjadi dasar untuk
bahan berikutnya, misalnya sebelum anak mampu membaca sebuah kata maka mereka
harus mampu membaca huruf. Selanjutnya, dalm menentukan meteri pembelajaran, perlu memasukan bahan
yang faktual yaitu yang sifatnya kongkret
sehingga anak mudah memahami dan mudah diingat apalagi pada anak usia
dini yang merupakan masa anak mampu mengetahui konsep-konsep malalui sajian yang
kongkret. Selain itu juga perlu dimasukan bahan yang sifatnya konseptual dan
berisikan konsep-konsep abstrak, namun untuk anak usia dini ini dituntut
kekreatifan guru dalam menyampaikan.
Adapun
dalam hal ini materi yang sesuai untuk anak usia dini adalah mencakup
bidang pengembangan pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan
dasar melalui
kegiatan bermain dan pembiasaan. Hal ini sesuai
dengan PERMENDIKNAS No. 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini
yang didalamnya tercantum standar isi. Adapun lingkup pengembangannya meliputi:
(1) nilai nilai
agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4)
bahasa, dan (5) sosial emosional. Kegiatan pengembangan
suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain,
menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan tematik yaitu pembelajaran yang
berbasis sebuah tema yang memadukan berbagai aspek pengembangan. Tema-tema yang
biasa digunakan di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini diantaranya diri sendiri, kebutuhanku,
keluarga, lingkungan, profesi,
rekreasi, transportasi, tanaman, binatang, tanah air, alam semesta dan
sebagainya, yang kemudian bisa dikembangkan lagi dengan subtema yang lebih
spesifik
Materi belajar bagi anak usia dini
secara garis besar adalah materi – materi yang dapat bermanfaat bagi
keterampilan hidupnya yang tentu saja harus disesuaikan dengan tahap dan tugas
perkembangannya.
3.
Media
Komponen selanjutnya yang terdapat
dalam belajar dan pembelajaran adalah media. Media adalah alat yang digunakan
untuk mencapai tujuan belajar secra efektif dan efisien.
Menurut Dwyer tahun 1967 ‘belajar yang sempurna hanya dapat
tercapai jika menggunakan bahan–bahan audio visual yang mendekati realistis.’ (http://www.miftahfauzi.web.id/2011/03/komponen-belajar.html).
Dari pernyataan Dwyer
di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan proses belajar yang
sempurna harus menggunakan media yang dapat dilihat dan didengar sehingga
terciptanya kesan nyata.
Menurut Heinich tahun 1982 (Arsyad,
2002) untuk menentukkan media yang digunakan maka perlu memperhatikan ASSURE
yaitu,
a.Analyze
Characteristic Learners
Guru
menganalisis karakteristik siswa. Setiap siswa atau anak meiliki karakteristik
yang berbeda sehingga memiliki cara penerimaan yang berbeda terhadap suatu media.
b.State
Objective
Memahami
tujuan yang akan dicapai, sehingga akan mempengaruhi pada pemilihan media yang
akan digunakan.
c. Select Or Modify Media
Memilih,
memodifikasi media sehingga media yang digunakan betul-betul akan membantu guru
dalam menyampaikan materi secara jelas serta tujuan belajar dan pembelajaran
menjadi tercapai.
d.Utilize
Setelah
memilih dan mengembangkan media tersebut maka langkah selanjutnya adalah
menggunakan media tersebut. Diawali dari persiapan seperti latihan menggunakan
media dan perencanaan menggunakan media seperti waktu, tata letak dll.
e. Require Learners Respons
Guru
sebaiknya bertanya, meminta pendapat siswa mengenai proses belajar yang sudah
dilaksanakan dengan bantuan media.
f. Evaluate
Mengevaluasi
adalah melihat sejauh mana ketercapaian tujuan dengan mengguanakan media.
Menurut Piaget anak usia dini berada
pada tahap Pra – Operasional yaitu tahap ketika anak belajar dari apa yang ia
lihat dan dengar serta rasakan atau bersifat konkret. Tentu saja jika dalam
proses belajar anak usia dini diberikan materi yang dengan difasilitasi media
yang menarik maka hal tersebut akan membuat anak sangat mudah belajar, senang
belajar dan dapat mencapai tujuan dari belajar yang diharapkan.
4.
Metode
Komponen selanjutnya dalam belajar dan
pembelajaran adalah metode. Metode pembelajaran adalah cara yang
dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan
baik. Metode
belajar merupakan cara atau strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan
belajar. Metode yang variatif akan membuat proses belajar lebih menraik dan
memicu semangat untuk melaksanakan proses belajar dan pembelajaran.
Terdapat beberapa metode belajar dan
pembelajaran yaitu sebagai berikut.
a.
Metode Bermain
Metode bermain adalah suatu metode dimana pembelajarn dilakukan dengan
cara bermain. Dimana bermain tersebut telah direncanakan oleh guru sesuai
dengan proses pembelajaran.
b.
Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu
metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan kepada murid dan murid
menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan
murid itu.
c.
Metode Diskusi
Metode
diskusi dapat diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan
peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik
bahasan yang bersifat problematis.
d.
Metode Bercerita
Metode cerita adalah metode dalam proses
belajar mengajar dimana seorang guru menyampaikan cerita secara lisan kepada
sejumlah murid yang pada umumnya bersifat pasif. Dalam hal ini biasanya guru
menyampaikan cerita tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu pula. Dalam
pengajaran yang menggunakan metode cerita, perhatian terpusat pada guru,
sedangkan murid hanya menerima secara pasif. Sehingga timbul kesan murid hanya
sebagai obyek yang selalu menganggap benar apa yang disampaikan oleh guru.
e.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode
mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan.
f.
Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode atau
cara ketika guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau
percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi.
g.
Metode Proyek
Metode
proyek adalah cara mengajar dengan jalan
memberikan kegiatan belajar
kepada siswa, dengan memberikan
kepada siswa untuk memilih, merancang dan juga
memimpin pikiran serta pekerjaannya.
Anak-anak dilatih agar berencana di dalam tugas
tugasnya.
h.
Metode
Simulasi
Simulasi
berasal dari kata “stimulate” yang artinya berpura-pura atau seakan-akan.
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman
belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,
prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai mengajar
dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung
pada objek yang sebenarnya.
i.
Metode
Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan
rumah, tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk
aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa
dilakukan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya.
j.
Metode
Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi
kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai
satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
k.
Metode Problem
Solving
Metode problem solving (metode
pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan
suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai dengan
menarik kesimpulan.
l.
Metode
Sistem Regu (team teaching)
Team teaching pada
dasarnya adalah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar
sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sistem regu banyak
macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja,
tetapi dapat melibatkan orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian
yang dibutuhkan.
m.
Metode
Latihan (Drill)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh
suatu ketangkasan atau keterampilan dari hal yang dipelajari. Mengingat latihan
ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir, maka
guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode drill.
n.
Metode
Karyawisata (Field-Trip)
Karyawisata dalam arti metode
mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda
dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata disini
berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Contoh: Mengajak siswa ke
Polres untuk mengetahui sistem kepolisian dan segala hal didalamnya, selama
satu jam pelajaran. Jadi, karya wisata di atas tidak mengambil tempat yang jauh
dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang
lama dan tempat yang jauh disebut study tour.
5.
Guru
Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang
juga berarti guru, namun secara harfiah adalah “berat” yaitu seorang pengajar
suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Sejak zaman dulu, guru memegang peranan penting dalam
tatanan masyarakat karena guru merupakan salah satu pembentuk utama calon warga
masyarakat.. Guru selalu dianggap sosok terbaik, sosok teladan karena guru
bukan hanya sebatas sebagai pengajar atau penyampai ilmu pengetahuan, melainkan
sosok yang mendidik yang membuat seseorang menjadi pribadi yang baik. Selain
itu, guru juga merupakan pembimbing, pengembang dan pengelola kegiatan
pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Secara umum terdapat tiga peran guru yaitu perencana yang
merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan guna mencapai tujuan, pelaksana
yaiu eksekutor dalam kegiatan belajar dan pembelajaran bagi siswa dan evaluator
yaitu mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan. Evaluasi meliputi
penilaian terhadap hasil belajar siswa dan proses pelaksanaan kegiatan.
Lebih lanjut Hymes dkk. tahun 1999
(http ://kurtek.upi.edu/psb/?p=82 :2013) memaparkan lebih terperinci mengenai
peran guru. Berikut kesimpulan dari pemaparannya.
Terdapat Sembilan peran guru yaitu sebagai berikut.
a.
Peran guru dalam berinteraksi
Interaksi
guru anak usia dini bisa dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Misalnya secra
verbal guru memberikan variasi dalam bercakap-cakap, memberikan tugas, memuji
dll. Secara non verbal berupa senyuman, sentuhan, pelukan, mengadakan kontak
mata dll.
b.
Peran guru dalam pengasuhan
Guru
anak usia dini diharuskan mampu memberikan pengasuhan yang sarat akan kasih
sayang. Perkembangan fisik dan psikologis anak akan bekembang sangat baik salah
satunya apabila anak diberikan pola pengasuhan yang tepat. Misalnya mengasuh
anak dalam kegiatan fisik seperti bermain bersama, atau secra psikis anak
diberikan perhatian yang cukup.
c.
Peran guru dalam mengatur tekanan / stress
Guru
membantu anak untuk mengatur tekanan emosinya baik emosi senang ataupun
sebaliknya. Guru memberikan penentraman hati, memberikan kesempatan untuk anak
menyampaikan perasaannya baik senang maupun sedih atau gelisah dan mendorong
anak untuk menjawab pertanyaan yang guru ajukan atau siapapun ajukan terkait
apa yang sedang ia rasakan.
d.
Peran guru dalam memfasilitasi
Anak-anak membutuhkan kesempatan
untuk bermain imajinatif, mengekspresikan diri, menemukan masalah, menyelidiki
dan menemukan jalan alternative atau penemuan baru untuk mempertinggi
perkembangan kreativitas. Untuk itu guru perlu memfasilitasi dengan memberikan
berbagai kegiatan dan lingkungan belajar yang fleksibel serta berbagai sumber
belajar. Kesempatan yang diberikan dapat mendorong timbulnya ekspresi diri
anak. Guru dapat memberikan dorongan pada anak untuk memilih aktivitasnya
sendiri, menemukan berbagai hal alternatif dan menciptakan objek atau ide baru
yang memudahkan perkembangan kemampuan berpikir berbeda dan penanganan masalah
yang orisinil.
e.
Peran guru dalam perencanaan
Guru
perlu merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan anak, stimulus dan perhatian
yang akan diberikan, fasilitas yang akan digunakan. Semua hal tersebut
dituangkan dalam sebuah kegiatan belajar dan pembelajaran. Secara tertulis
perencanaan ini tertuang dalam RKH. Selain itu, dalam merencanakan kegiatan
guru harus pada pemikiran, bagaimana agar anak tetap kondusif? Bagaiamana
apabila terjadi hal-hal di luar perencanaan? Dan sebagainya.
f.
Peran guru dalam pengayaan
Aspek lain dari peranan guru
adalah memperkaya lingkungan belajar anak. Guru harus menyediakan kesempatan
belajar pada anak pada perkembangan yang tepat. Asosiasi Nasional Pendidikan
Anak (NAEYC) tahun 1986 menyarankan penggunaan perkembangan strategi mengajar
yang tepat, yaitu: (1) Guru menyiapkan lingkungan belajar untuk anak yang
meliputi eksplorasi aktif dan interaksi dengan orang dewasa, anak-anak lain dan
dengan benda-benda; (2) Anak-anak memilih sendiri aktivitas mereka dari berbagai
macam area belajar yang disediakan oleh guru , meliputi bermain peran, balok,
sains, matematika, permainan puzzle, membaca, mencatat, seni dan musik; (3)
Anak-anak diharapkan menjadi aktif secara fisik dan psikis. Anak-anak memilih
di antara kegiatan yang telah dirancang oleh guru atau dari inisiatif anak
secara spontan; (4) Anak-anak bekerja secara individual atau dalam kelompok
kecil atau kelompok informal dalam waktu yang lebih banyak; (5) Anak-anak
disediakan aktivitas belajar secara konkret dengan barang-barang dan
orang-orang yang sesuai untuk pengalaman hidup mereka; (6) Guru bergerak di
antara kelompok-kelompok dan individu untuk memudahkan keterlibatan anak dengan
barang-barang dan aktivitas-aktivitas mereka dengan bertanya, memberikan saran
atau menambahkan barang-barang yang lebih kompleks atau ide-ide untuk suatu
situasi; (7) Guru menerima bahwa ada lebih dari satu jawaban yang benar. Guru
mengakui bahwa anak-anak belajar dari pemecahan masalah dirinya secara langsung
dalam pengalaman-pengalamannya.
g.
Peran guru dalam menangani masalah
Guru
memiliki peran dalam menangani masalah yang terjadi baik di kelas maupun
masalah perkembangan anak. Dalam menangani maslah guru harus memahami prosesnya
secara tepat. Seperti diawali dari alasan timbulnya masalah sampai upaya yang
harus dilakukan untuk menangani masalah tersebut. Guru diharapkan selalu
bersikap bijaksana dalam menghadapi setiap masalah yang timbul pada anak usia
dini.
h.
Peran guru dalam pembelajaran
Pembelajaran
adalah upaya untuk membelajarkan anak. Guru yang terbaik adalah guru yang
berupaya seoptimal mungkin untuk membantu anak belajar sehingga anak dapat
berkembang baik fisik maupun psikisnya secara optimal. Selain itu, memperkaya
diri dengan pengetahuan-pengetahuan yang berguna untuk membantu anak belajar.
i.
Peran guru dalam bimbingan dan pemeliharaan
Bimbingan adalah proses bantuan
yang diberikan oleh guru atau petugas lainnya kepada anak didik dalam rangka
memperhatikan kemungkinan adanya hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak
didik dalam rangka mencapai perkembangan yang optimal. Sedangkan pemeliharaan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mempegaruhi pertumbuhan
fisik dan perkembangan mental anak dengan cara tertentu untuk mencapai hasil
tertentu. Istilah lain dari pemeliharaan adalah melatih, menjaga, membantu,
melindungi dan memantau.
6.
Siswa
Siswa
adalah individu yang diberi pelajaran. Dalam Pendidikan Anak Usia Dini, siswa
adalah anak dari sejak lahir sampai usia enam tahun. Siswa memegang peranan
penting dalam proses belajar dan pembelajaran. Keaktifan siswa , baik dengan
guru maupun dengan siswa lainnya sangat menentukan hasil belajar dan
pembelajaran.
Menurut Moh. Uzer Usman tahun
2007, mengemukakan pentingnya aktivitas siswa dalam pembelajaran ini.
Telah
dilakukan penelitian oleh John
Dewey,
sebagai tokoh pendidikan melalui metode proyeknya dengan semboyan learning by doing. Juga tokoh
sebelumnya Rousseau, Pestaluzi, Frobel, dan
Montessory telah
mendukung prinsip aktivitas dalam pengajaran ini. Dijelaskan pula bahwa
aktivitas belajar siswa yang dimaksudkan adalah aktivitas jasmaniah maupun
aktivitas mental, yang digolongkan ke dalam beberapa hal: (1) aktivitas visual
(visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan
ekperimen, dan demonstrasi; (2) aktivitas lisan (oral activities)
seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi; (3) aktivitas
mendengarkan (listening activities) seperti
mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan; (4) aktivitas
gerak (motor
activities) seperti senam, atletik, menari, melukis; dan (5) aktivitas menulis
(writing activities) . (http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/makalah-pendidiikan-komponen-komponen.html)
Dapat disimpulkan bahwa
keaktifan siswa bisa dilaksanakan dalam lima bentuk yang mencakup kegiatan yang
melibatkan anak secara fisik maupun psikis atau mental.
7.
Evaluasi
Komponen
evaluasi berkaitan dengan upaya-upaya memberikan penilaian terhadap tingkat
keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
yang juga berkaitan dengan tingkat keberhasilan proses pelaksanaan pembelajaran
secara keseluruhan. Dalam pembelajaran, evaluasi mempunyai peranan yang
penting, mengingat hasil evaluasi dapat digunakan untuk mengadakan berbagai
usaha penyempurnaan.
Menurut
Gronlund (http//kurtek.upi.edu/psb/?p=82) mengemukakan bahwa ‘evaluasi adalah
suatu proses yang sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/
data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.’ Dari
pernyataan Gronlund tersebut dapat dsimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah
proses diawali dari pengumpulan data sampai didapatkannya informasi secra
komprehensif mengenai ketercapaian tujuan peelajaran.
Sejalan
dengan pendapat di atas, Hopkins dan Antes (http//kurtek.upi.edu/psb/?p=82) mengemukakan
bahwa
Evaluasi
adalah pemeriksaan secara terus menerus untuk mendapatkan informasi yang
meliputi siswa, guru, program pendidikan dan proses belajar mengajar untuk
mengetahui tingkat perubahan siswa dan ketepatan keputusan tentang gambaran
siswa dan efektivitas program.
Dari
pernyataan di atas maka evaluasi diartikan sebagai upaya penilaian pada seluruh
aspek dalam pembelajaran.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan
mengumpulkan dan mengolah data atau informasi untuk mengetahui sejauh mana
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dicapai.
Adapun
evaluasi pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini adalah tercantum dalam
PERMERDIKNAS No. 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini yang
didalamnya terdapat standar penilaian. Dalam standar penilaian tersebut
terdapat teknik penilaian, lingkup, proses, pengelolaan hasil dan tindak lanjut.
Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut.
a.
Teknik penilaian
Evaluasi atau penilaian pada anak usia dini bisa dilakukan dengan
menggunakan teknik pengamatan, penugasan, unjuk kerja, pencatatan anekdot,
percakapan / dialog, laporan orang tua dan dokumentasi hasil karya anak (portopolio)
serta deskripsi profil anak.
b.
Lingkup
1) Mencakup
seluruh tingkat pencapaian perkembangan peserta didik.
2) Mencakup
data tentang status kesehatan, pengasuhan, dan pendidikan.
c. Proses
1) Dilakukan
secara berkala, intensif, bermakna, menyeluruh, dan berkelanjutan.
2) Pengamatan
dilakukan pada saat anak melakukan aktivitas sepanjang hari.
3) Secara
berkala tim pendidik mengkaji-ulang catatan perkembangan anak dan berbagai
informasi lain termasuk kebutuhan khusus anak yang dikumpulkan dari hasil
catatan pengamatan, anekdot, check list, dan portofolio.
4) Melakukan
komunikasi dengan orang tua tentang perkembangan anak, termasuk kebutuhan
khusus anak.
5) Dilakukan
secara sistematis, terpercaya, dan konsisten.
6) Memonitor
semua aspek tingkat pencapaian perkembangan anak.
7) Mengutamakan
proses dampak hasil.
8) Pembelajaran
melalui bermain dengan benda konkret.
d.
Pengelolaan Hasil
1) Pendidik
membuat kesimpulan dan laporan kemajuan anak berdasarkan informasi yang
tersedia.
2) Pendidik
menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan anak secara tertulis kepada
orang tua secara berkala, minimal sekali dalam satu semester.
3) Laporan
perkembangan anak disampaikan kepada orang tua dalam bentuk laporan lisan dan
tertulis secara bijak, disertai saran-saran yang dapat dilakukan orang tua di
rumah.
e.
Tindak Lanjut
1) Pendidik
menggunakan hasil penilaian untuk meningkatkan kompetensi diri.
2) Pendidik
menggunakan hasil penilaian untuk memperbaiki program, metode, jenis
aktivitas/kegiatan, penggunaan dan penataan alat permainan edukatif, alat
kebersihan dan kesehatan, serta untuk memperbaiki sarana dan prasarana termasuk
untuk anak dengan kebutuhan khusus.
3) Mengadakan
pertemuan dengan orang tua / keluarga untuk mendiskusikan dan melakukan tindak
lanjut untuk kemajuan perkembangan anak.
4) Pendidik
merujuk keterlambatan perkembangan anak kepada ahlinya melalui orang tua.
5) Merencanakan
program pelayanan untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus.
C.
Fungsi
dari Masing-Masing Komponen Belajar dan Pembelajaran
- Fungsi Tujuan
- Fungsi Guru
a. Sebagai pendidik. Peran-peran yang
berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter),
tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang
berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap
aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
b. Sebagai model atau contoh bagi anak.
Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya.
Oleh karena itu, tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh
masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa
dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah
Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai
Pancasila.
c. Sebagai pengajar dan pembimbing
dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan
perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku
pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat.
d. Sebagai pelajar (leamer). Seorang
guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan supaya pengetahuan
dan keterampilan yang dirmilikinya tidak ketinggalan zaman. Pengetahuan dan
keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan
dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun
tugas kemanusiaan.
e. Sebagai administrator. Seorang guru
tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator
pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut
bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses
belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang
dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan
sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa guru telah melaksanakan
tugasnya dengan baik.
- Fungsi Siswa
a. Sebagai objek, siswa
yang menerima pelajaran.
b. Sebagai subjek, siswa ikut
menentukan hasil belajar.
- Fungsi Metode
- Untuk mempermudah dan memperlancar proses
belajar-mengajar;
- Membantu guru dalam menjelaskan berbagai macam materi
kepada siswa;
- Membuat siswa menjadi aktif, berani dan mandiri.
- Fungsi Materi
- Sebagai bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran;
- Menambah dan memperluas pengetahuan siswa;
- Menjadi dasar pengetahuan kepada siswa untuk
pembelajaran lebih lanjut;
- Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan
belajar;
e. Membangun kemampuan untuk melakukan
asesmen-diri atas hasil pembelajaran yang dicapai.
6.
Fungsi Media
a. Fungsi edukatif yaitu dapat
memberikan pengaruh baik yang mengandung nilai-nilai pendidikan, memperlancar
interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif
dan efisien.
b. Fungsi sosial yaitu hubungan antara
pribadi anak dapat terjalin baik
c. Fungsi ekonomis yaitu efisiensi
dalam waktu dan tenaga, dengan satu macam alat media, pendidikan sudah dapat
dinikmati oleh sejumlah anak didik dan bisa dipergunakan sepanjang waktu
d. Fungsi seni yaitu dengan adanya media
pendidikan, kita bisa mengenalkan bermacam-macam hasil budaya manusia.
- Fungsi Evaluasi
a. Mengetahui kemajuan kemampuan
belajar siswa.
b. Mengetahui penguasaan, kekuatan dan
kelemahan seorang siswa dalam mendalami pelajaran.
c. Mengetahui efisiensi metode belajar
yang digunakan.
d. Memberi laporan kepada siswa dan
orangtua.
e. Sebagai alat motivasi
belajar-mengajar.
f.
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan penyaluran
anak pada suatu pekerjaan.
- Hubungan
Masing-Masing Komponen Belajar dan Pembelajaran
Semua komponen belajar dan
pembelajaran merupakan item – item yang tidak bisa dipisahkan karena ketujuhnya
saling berkaitan untuk menciptakan suatu proses belajar dan pembelajaran. Guru
sebagai ujung tombak pelaksanaan di lapangan, sangat menentukan keberhasilan
dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu, bagi guru
memahami seluruh komponen belajar dan pembelajaran adalah suatu kewajiban.
Diawali dari seorang guru
mempelajari tujuan pembelajaran melalui kurikulum yang berlaku, selanjutnya
membuat suatu desain pembelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan awal siswa
(entering behavior), tujuan yang hendak dicapai, teori belajar dan
pembelajaran, karakteristik bahan yang akan diajarkan, metode dan media atau
sumber belajar yang akan digunakan, dan unsur-unsur lainnya sebagai penunjang.
Setelah desain dibuat, kemudian KBM atau pembelajaran dilakukan. Dalam hal ini
ada dua kegiatan utama, yaitu guru bertindak mengajar dan siswa bertindak
belajar. Kedua kegiatan tersebut berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan. Pada akhirnya implementasi pembelajaran itu akan menghasilkan
suatu hasil belajar. Hasil ini akan memberikan dampak bagi guru dan siswa.
Tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat setelah melakukan proses
evaluasi. Jika ada salah satu komponen pembelajaran yang bermasalah, maka
proses belajar-mengajar tidak dapat berjalan baik .
informasi yg dipaparkan sudah cukup baik, namun sumber rujukannya kok tdk ada ya? Alangkah baiknya sumber rujukan jg turut disertakan agar kita dpt tahu bnar keabsahan tulisa yg dipaparkan, terimakasih.
BalasHapus