Laman

Rabu, 20 Maret 2013

KOMPONEN-KOMPONEN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Komponen Belajar dan Pembelajaran
1.     Pengertian Komponen Belajar
Belajar merupakan proses penyesuaian diri yang menghasilkan sebuah perubahan tingkah laku dan peningkatan pemahaman atas sesuatu berdasarkan pengalaman yang didapatkan. Dalam proses belajar tersebut terdapat komponen – komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Komponen – komponen tersebut merupakan hal – hal yang menjadikan proses belajar tersebut berlangsung. Tanpa komponen belajar maka tidak akan terjadi proses belajar. Begitupun bila salah satu komponen tidak dilaksanakan atau tidak diterapkan maka proses belajar tidak akan berjalan dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komponen belajar adalah kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain dan merupakan hal penting dalam proses belajar.
2.     Pengertian Komponen Pembelajaran
Secara sederhana pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa dapat melaksanakan proses belajar. Sama halnya dengan proses belajar, dalam pembelajaran pun terdapat komponen – komponen yang salaing berhubungan satu sama lain. Jika tidak ada komponen pembelajaran atau tidak diterapkan salah satu dari komponen pembelajaran  maka proses pembelajaran berlangsung dengan kurang efektif.
Menurut Hamalik tahun 2001
Pembelajaran adalah suatu sistem artinya keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama kain dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. (http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/makalah-pensisikan-komponen-komponen.html)

Dari pernyataan Hamalik dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran maka harus adanya komponen – komponen pembelajaran.
Dengan demikian komponen – komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain dan merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar.

B.    Komponen – Komponen Belajar dan Pembelajaran
Apabila dilihat secara kasat mata antar komponen belajar dan komponen pembelajaran adalah sama. Namun, setelah dikaji lebih mendalam maka terdapat perbedaan di atara keduanya. Walupun perbedaan tersebut tidak banyak namun hal tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena walau bagaimanapun belajar dan pembelajaran itu sendiri pun berbeda.
NO
KOMPONEN PEMBELAJARAN
KOMPONEN
BELAJAR
1
Tujuan
Tujuan
2
Materi
Materi
3
Media
Media
4
Strategi / metode
Strategi / metode
5
Evaluasi
Evaluasi
6
Guru

7
Peserta didik / siswa

Dari table di atas maka perbedaan komponen belajar dan pembelajaran terletak pada guru dan peserta didik.
1.     Tujuan
Baik belajar maupun pembelajaran mengartikan tujuan sebagai target yang harus dicapai setelah melakukan proses belajar dan atau pembelajaran. Selain sebagai target, tujuan pula merupakan arah atau acuan dalam melakukan proses belajar dan pembelajaran. Secara garis besar tujuan belajar dan pembelajaran adalah adanya perubahan tingkah laku yang progresif baik pengetahuannya, sikap maupun keterampilannya. Tujuan belajar dan pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.
a.      Tujuan Umum
Tujuan umum adalah salah satu tujuan yang disusun dan dirumuskan oleh tim pengembang kurikulum pusat. Tujuan umum ini masih bersifat meyeluruh artinya hal yang ingin dicapai tidak dijabarkan secara spesifik. Seperti yang dikemukakan oleh Cepy Riyana tahun 2011 ‘tujuan pembelajaran umum merupakan tujuan pembelajarannya yang sifatnya masih umum dan belum menggambarkan tigkah laku secara spesifik.’ (http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/makalah-pendidiikan-komponen-komponen.html)
         Contoh tujuan umum adalah indikator-indikator yang terdapat dalam kurikulum seperti menirukan kembali 4 – 5 urutan kata, mulai mengerti perintah sederhana, meniru garis vertical dan horizontal dll.
b.     Tujuan Khusus
Tujuan pembelajaran khusus merupakan penjabaran dari tujuan pembelajaran umum. Tujuan ini bukan merupakan tujuan yang disusun dan dikembangkan oleh pengembang kurikulum pusat namun diserahkan pada guru. Hal ini dimaksudkan agar tujuan umum yang sudah dibuat dapat lebih dispesifikasikan sehingga mudah diukur tingkat ketercapaiannya. Guru harus mengutamakan ketercapaian tujuan khusus dalam proses belajar dan pembelajaran. Walau begitu guru harus tetap menyadari bahwa orientasi jangka panjang dari proses belajar dan pembelajaran adalah tujuan umum.
Para ahli telah merumuskan beberapa kriteria yang dapat dijadikan patokan guru dalam merumuskan tujuan khusus pembelajaran yaitu
1)     Menggunakan kata kerja operasional misalnya mengucapkan kalimat yang terdiri dari dua kata bukan siswa dapat memahami kalimat yang terdiri atas dua kata;
2)     Harus dalam bentuk hasil belajar bukan apa yang dipelajari;
3)     Harus berbentuk tingkah laku misalnya membuat garis vertikal, horizontal dan diagonal;
4)     Hanya meliputi satu jenis kemampuan agar mudah dalam menilai pencapaian tujuan misalnya tujuan khusus mengenai perkembangan motorik halus.
Menurut Halimah (2010: 48) agar tujuan pembelajaran menjadi lebih efektif maka beliau merumuskan hal – hal sebagai berikut.
1)  Scope, meliputi seluruah aspek hasil belajar yang diinginkan.
2)  Suitability, berhubungan dengan konteks sosial dan kelas.
3)  Validity, mencerminkan nilai yang diwakili.
4)  Feasibility, sesuai kemampuan peserta didik dan sumber daya yang ada.
5)  Compatibility, konsisten dengan rumusan tujuan-tujuan yang ada pada tingkatan baik vertikal maupun horizontal.
6)  Specificity, cukup presisi menghindari pemahaman yang mendua.
7)  Interpretability, mudah dipahami oleh orang yang akan mengimplementasikannya.
      
Dari pemaparannya di atas maka secara garis besar Halimah mengungkapkan bahwa agar tujuan menjadi lebih efektif maka tujuan tersebut harus mudah dipahami oleh setiap orang karena kata-katanya yang tidak ambigu, sesuai kemampuan siswa, sinergis dengan tujuan yang ada di atasnya maupun di bawahnya serta sinergis dengan nilai dan kenyataan di lapangan.
            Mengingat bahwa tujuan khusus dibuat oleh guru maka guru harus memahami betul kurikulum yang berlaku sebagai batu tapal dalam menjabarkan tujuan, memahami tipe-tipe hasil belajar karena pada hakikatnya tujuan yang guru buat merupakan hasil belajar dan merupakan hal-hal yang ingn dicapai dan yang tidak kalah penting adalah guru memahami cara untuk merumuskan tujuan agar jelas dan dapat dicapai oleh siswa.
            Contoh tujuan khusus pembelajaran adalah mengucapkan 4-5 urutan kata, membuat garis vertical dan horizontal dll.
2.     Materi
Materi merupakan salah satu komponen dalam belajar dan pembelajaran, materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa. Adapun menurut Rossana Hutari (http://rossafirmansyah.blogspot.com/2012/11/komponen-pembelajaran.html) berbendapat bahwa ‘materi adalah bahan ajar berupa prinsip, konsep, dan fakta yang akan disampaikan kepada peserta didik yang diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.’
    Dari pernyataanya di atas Rosana berpendapat bahwa  materi berisi prinsip, konsep dan fakta yang disampaikan secra teroganisir.
Sejalan dengan pendapat tersebut Cepy Riyana tahun 2007 (http//kurtek.upi.edu/psb/?p=82.) mengungkapkan bahwa ‘materi adalah isi dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/ sub topik dan rinciannya.’
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa materi adalah isi atau bahan yang dipelajari siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Adapun tugas guru di sini adalah memilih dan mengembangakan bahan pembelajaran. Dalam prosesnya harus dipertimbangkan sumber belajar  yang menunjuang terhadap pengembangan siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran bagi siswa adalah sebagai berikut.
a. Materi pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan;
b.Materi pelajaran yang ditulis dalam perencanaan hanya secara garis besarnya saja;
c. Menetapkan materi harus sesuai dengan urutan tujuan;
d.Urutan materi hendaknya memperhatikan kesinambungan;
e. Materi disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks;
f. Sifat materi pelajaran ada yang faktual ada yang konseptual.

Dari yang disebutkan oleh Sudjana, maka secara umum dalam menentukan materi harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan diberikan secara bertahap serta materi yang diberikan harus memiliki sifat baik faktual maupun konseptual.
Adapun dalam lebih lanjut, Syodih dan Ibrahim (Henawan dkk, 2007: 218) mengemukakan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan materi pembelajaran, antara lain sebagai berikut.
a.   Materi pembelajaran hendaknya sesuai dengan/ menunjang tercapainya tujuan instruksional.
b.   Materi pembelajaran hendaknya sesuai pendidikan/ perkembangan siswa pada umumnya.
c.   Materi pembelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan.
d.   Materi pembelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.

Berdasarkan hal di atas, dalam hal ini materi hendaknya mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, dalam rangkan mewujudkan fungsi pendidikan yang diemban oleh sekolah yang bersangkutan khususnya Pendidikan Anak Usia Dini. Selain itu, materi hendaknya ditetapkan dengan memepertimbangkan taraf kemampuan siswa yaitu anak usia dini, suatu topik yang sama dapat berbada tingkat kedalamanannya untuk tigkat usia yang berbeda. Materi yang sistematis dan berkesinambungan, dimaksudkan bahwa antara bahan yang satu dengan bahan berikutnya ada hubungan fungsional, dimana bahan yang satu menjadi dasar untuk bahan berikutnya, misalnya sebelum anak mampu membaca sebuah kata maka mereka harus mampu membaca huruf. Selanjutnya, dalm menentukan  meteri pembelajaran, perlu memasukan bahan yang faktual yaitu yang sifatnya kongkret  sehingga anak mudah memahami dan mudah diingat apalagi pada anak usia dini yang merupakan masa anak mampu mengetahui konsep-konsep malalui sajian yang kongkret. Selain itu juga perlu dimasukan bahan yang sifatnya konseptual dan berisikan konsep-konsep abstrak, namun untuk anak usia dini ini dituntut kekreatifan guru dalam menyampaikan.
Adapun dalam hal ini materi yang sesuai untuk anak usia dini adalah mencakup bidang pengembangan pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Hal ini sesuai dengan PERMENDIKNAS No. 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini yang didalamnya tercantum standar isi. Adapun lingkup pengembangannya meliputi: (1) nilai nilai agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial emosional. Kegiatan pengembangan suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain, menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan tematik yaitu pembelajaran yang berbasis sebuah tema yang memadukan berbagai aspek pengembangan. Tema-tema yang biasa digunakan di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini diantaranya diri sendiri, kebutuhanku, keluarga, lingkungan,  profesi, rekreasi, transportasi, tanaman, binatang, tanah air, alam semesta dan sebagainya, yang kemudian bisa dikembangkan lagi dengan subtema yang lebih spesifik
Materi belajar bagi anak usia dini secara garis besar adalah materi – materi yang dapat bermanfaat bagi keterampilan hidupnya yang tentu saja harus disesuaikan dengan tahap dan tugas perkembangannya.
3.     Media
Komponen selanjutnya yang terdapat dalam belajar dan pembelajaran adalah media. Media adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan belajar secra efektif dan efisien.
Menurut Dwyer tahun 1967 ‘belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahan–bahan audio visual yang mendekati realistis.’ (http://www.miftahfauzi.web.id/2011/03/komponen-belajar.html).
 Dari pernyataan Dwyer di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan proses belajar yang sempurna harus menggunakan media yang dapat dilihat dan didengar sehingga terciptanya kesan nyata.
Menurut Heinich tahun 1982 (Arsyad, 2002) untuk menentukkan media yang digunakan maka perlu memperhatikan ASSURE yaitu,
a.Analyze Characteristic Learners
         Guru menganalisis karakteristik siswa. Setiap siswa atau anak meiliki karakteristik yang berbeda sehingga memiliki cara penerimaan yang berbeda terhadap suatu media.
b.State Objective
            Memahami tujuan yang akan dicapai, sehingga akan mempengaruhi pada pemilihan media yang akan digunakan.
c. Select Or Modify Media
            Memilih, memodifikasi media sehingga media yang digunakan betul-betul akan membantu guru dalam menyampaikan materi secara jelas serta tujuan belajar dan pembelajaran menjadi tercapai.
d.Utilize
            Setelah memilih dan mengembangkan media tersebut maka langkah selanjutnya adalah menggunakan media tersebut. Diawali dari persiapan seperti latihan menggunakan media dan perencanaan menggunakan media seperti waktu, tata letak dll.
e. Require Learners Respons
            Guru sebaiknya bertanya, meminta pendapat siswa mengenai proses belajar yang sudah dilaksanakan dengan bantuan media.
f.  Evaluate
            Mengevaluasi adalah melihat sejauh mana ketercapaian tujuan dengan mengguanakan media.
Menurut Piaget anak usia dini berada pada tahap Pra – Operasional yaitu tahap ketika anak belajar dari apa yang ia lihat dan dengar serta rasakan atau bersifat konkret. Tentu saja jika dalam proses belajar anak usia dini diberikan materi yang dengan difasilitasi media yang menarik maka hal tersebut akan membuat anak sangat mudah belajar, senang belajar dan dapat mencapai tujuan dari belajar yang diharapkan.
4.     Metode
Komponen selanjutnya dalam belajar dan pembelajaran adalah metode. Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik. Metode belajar merupakan cara atau strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar. Metode yang variatif akan membuat proses belajar lebih menraik dan memicu semangat untuk melaksanakan proses belajar dan pembelajaran.
Terdapat beberapa metode belajar dan pembelajaran yaitu sebagai berikut.
a.    Metode Bermain
            Metode bermain adalah suatu metode dimana pembelajarn dilakukan dengan cara bermain. Dimana bermain tersebut telah direncanakan oleh guru sesuai dengan proses pembelajaran.
b.   Metode Tanya Jawab
            Metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan murid itu.
c.   Metode Diskusi
            Metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis.
d.   Metode Bercerita
Metode cerita adalah metode dalam proses belajar mengajar dimana seorang guru menyampaikan cerita secara lisan kepada sejumlah murid yang pada umumnya bersifat pasif. Dalam hal ini biasanya guru menyampaikan cerita tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu pula. Dalam pengajaran yang menggunakan metode cerita, perhatian terpusat pada guru, sedangkan murid hanya menerima secara pasif. Sehingga timbul kesan murid hanya sebagai obyek yang selalu menganggap benar apa yang disampaikan oleh guru.
e.   Metode Demonstrasi
            Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
f.     Metode Eksperimen
            Metode eksperimen adalah metode atau cara ketika guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi.
g.     Metode Proyek
          Metode proyek adalah  cara mengajar dengan jalan memberikan kegiatan belajar
kepada siswa, dengan memberikan kepada siswa untuk memilih, merancang dan juga
memimpin pikiran serta pekerjaannya. Anak-anak dilatih agar berencana di dalam tugas
tugasnya.
h.     Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata “stimulate” yang artinya berpura-pura atau seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya.
i.       Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilakukan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya.
j.         Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
k.        Metode Problem Solving
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai dengan menarik kesimpulan.
l.         Metode Sistem Regu (team teaching)
Team teaching pada dasarnya adalah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.
m.      Metode Latihan (Drill)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari hal yang dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir, maka guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode drill.
n.     Metode Karyawisata (Field-Trip)
Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda
dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata disini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Contoh: Mengajak siswa ke Polres untuk mengetahui sistem kepolisian dan segala hal didalamnya, selama satu jam pelajaran. Jadi, karya wisata di atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.
5.     Guru
Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta guru” yang juga berarti guru, namun secara harfiah adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Sejak zaman dulu, guru memegang peranan penting dalam tatanan masyarakat karena guru merupakan salah satu pembentuk utama calon warga masyarakat.. Guru selalu dianggap sosok terbaik, sosok teladan karena guru bukan hanya sebatas sebagai pengajar atau penyampai ilmu pengetahuan, melainkan sosok yang mendidik yang membuat seseorang menjadi pribadi yang baik. Selain itu, guru juga merupakan pembimbing, pengembang dan pengelola kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum terdapat tiga peran guru yaitu perencana yang merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan guna mencapai tujuan, pelaksana yaiu eksekutor dalam kegiatan belajar dan pembelajaran bagi siswa dan evaluator yaitu mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan. Evaluasi meliputi penilaian terhadap hasil belajar siswa dan proses pelaksanaan kegiatan.
Lebih lanjut Hymes dkk. tahun 1999 (http ://kurtek.upi.edu/psb/?p=82 :2013) memaparkan lebih terperinci mengenai peran guru. Berikut kesimpulan dari pemaparannya.
Terdapat Sembilan peran guru yaitu sebagai berikut.
a.      Peran guru dalam berinteraksi
                  Interaksi guru anak usia dini bisa dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Misalnya secra verbal guru memberikan variasi dalam bercakap-cakap, memberikan tugas, memuji dll. Secara non verbal berupa senyuman, sentuhan, pelukan, mengadakan kontak mata dll.
b.     Peran guru dalam pengasuhan
                  Guru anak usia dini diharuskan mampu memberikan pengasuhan yang sarat akan kasih sayang. Perkembangan fisik dan psikologis anak akan bekembang sangat baik salah satunya apabila anak diberikan pola pengasuhan yang tepat. Misalnya mengasuh anak dalam kegiatan fisik seperti bermain bersama, atau secra psikis anak diberikan perhatian yang cukup.
c.      Peran guru dalam mengatur tekanan / stress
            Guru membantu anak untuk mengatur tekanan emosinya baik emosi senang ataupun sebaliknya. Guru memberikan penentraman hati, memberikan kesempatan untuk anak menyampaikan perasaannya baik senang maupun sedih atau gelisah dan mendorong anak untuk menjawab pertanyaan yang guru ajukan atau siapapun ajukan terkait apa yang sedang ia rasakan.
d.     Peran guru dalam memfasilitasi
              Anak-anak membutuhkan kesempatan untuk bermain imajinatif, mengekspresikan diri, menemukan masalah, menyelidiki dan menemukan jalan alternative atau penemuan baru untuk mempertinggi perkembangan kreativitas. Untuk itu guru perlu memfasilitasi dengan memberikan berbagai kegiatan dan lingkungan belajar yang fleksibel serta berbagai sumber belajar. Kesempatan yang diberikan dapat mendorong timbulnya ekspresi diri anak. Guru dapat memberikan dorongan pada anak untuk memilih aktivitasnya sendiri, menemukan berbagai hal alternatif dan menciptakan objek atau ide baru yang memudahkan perkembangan kemampuan berpikir berbeda dan penanganan masalah yang orisinil.
e.      Peran guru dalam perencanaan
              Guru perlu merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan anak, stimulus dan perhatian yang akan diberikan, fasilitas yang akan digunakan. Semua hal tersebut dituangkan dalam sebuah kegiatan belajar dan pembelajaran. Secara tertulis perencanaan ini tertuang dalam RKH. Selain itu, dalam merencanakan kegiatan guru harus pada pemikiran, bagaimana agar anak tetap kondusif? Bagaiamana apabila terjadi hal-hal di luar perencanaan? Dan sebagainya.
f.      Peran guru dalam pengayaan
              Aspek lain dari peranan guru adalah memperkaya lingkungan belajar anak. Guru harus menyediakan kesempatan belajar pada anak pada perkembangan yang tepat. Asosiasi Nasional Pendidikan Anak (NAEYC) tahun 1986 menyarankan penggunaan perkembangan strategi mengajar yang tepat, yaitu: (1) Guru menyiapkan lingkungan belajar untuk anak yang meliputi eksplorasi aktif dan interaksi dengan orang dewasa, anak-anak lain dan dengan benda-benda; (2) Anak-anak memilih sendiri aktivitas mereka dari berbagai macam area belajar yang disediakan oleh guru , meliputi bermain peran, balok, sains, matematika, permainan puzzle, membaca, mencatat, seni dan musik; (3) Anak-anak diharapkan menjadi aktif secara fisik dan psikis. Anak-anak memilih di antara kegiatan yang telah dirancang oleh guru atau dari inisiatif anak secara spontan; (4) Anak-anak bekerja secara individual atau dalam kelompok kecil atau kelompok informal dalam waktu yang lebih banyak; (5) Anak-anak disediakan aktivitas belajar secara konkret dengan barang-barang dan orang-orang yang sesuai untuk pengalaman hidup mereka; (6) Guru bergerak di antara kelompok-kelompok dan individu untuk memudahkan keterlibatan anak dengan barang-barang dan aktivitas-aktivitas mereka dengan bertanya, memberikan saran atau menambahkan barang-barang yang lebih kompleks atau ide-ide untuk suatu situasi; (7) Guru menerima bahwa ada lebih dari satu jawaban yang benar. Guru mengakui bahwa anak-anak belajar dari pemecahan masalah dirinya secara langsung dalam pengalaman-pengalamannya.
g.     Peran guru dalam menangani masalah
              Guru memiliki peran dalam menangani masalah yang terjadi baik di kelas maupun masalah perkembangan anak. Dalam menangani maslah guru harus memahami prosesnya secara tepat. Seperti diawali dari alasan timbulnya masalah sampai upaya yang harus dilakukan untuk menangani masalah tersebut. Guru diharapkan selalu bersikap bijaksana dalam menghadapi setiap masalah yang timbul pada anak usia dini.
h.     Peran guru dalam pembelajaran
              Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak. Guru yang terbaik adalah guru yang berupaya seoptimal mungkin untuk membantu anak belajar sehingga anak dapat berkembang baik fisik maupun psikisnya secara optimal. Selain itu, memperkaya diri dengan pengetahuan-pengetahuan yang berguna untuk membantu anak belajar.
i.       Peran guru dalam bimbingan dan pemeliharaan
              Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh guru atau petugas lainnya kepada anak didik dalam rangka memperhatikan kemungkinan adanya hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak didik dalam rangka mencapai perkembangan yang optimal. Sedangkan pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mempegaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak dengan cara tertentu untuk mencapai hasil tertentu. Istilah lain dari pemeliharaan adalah melatih, menjaga, membantu, melindungi dan memantau.
6.   Siswa
Siswa adalah individu yang diberi pelajaran. Dalam Pendidikan Anak Usia Dini, siswa adalah anak dari sejak lahir sampai usia enam tahun. Siswa memegang peranan penting dalam proses belajar dan pembelajaran. Keaktifan siswa , baik dengan guru maupun dengan siswa lainnya sangat menentukan hasil belajar dan pembelajaran. 
Menurut Moh. Uzer Usman tahun 2007, mengemukakan pentingnya aktivitas siswa dalam pembelajaran ini.
Telah dilakukan penelitian oleh John Dewey, sebagai tokoh pendidikan melalui metode proyeknya dengan semboyan learning by doing. Juga tokoh sebelumnya Rousseau, Pestaluzi, Frobel, dan Montessory telah mendukung prinsip aktivitas dalam pengajaran ini. Dijelaskan pula bahwa aktivitas belajar siswa yang dimaksudkan adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental, yang digolongkan ke dalam beberapa hal: (1) aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan ekperimen, dan demonstrasi; (2) aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi; (3) aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan; (4) aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis; dan (5) aktivitas menulis (writing activities) . (http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/makalah-pendidiikan-komponen-komponen.html)

Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa bisa dilaksanakan dalam lima bentuk yang mencakup kegiatan yang melibatkan anak secara fisik maupun psikis atau mental.

7.   Evaluasi
Komponen evaluasi berkaitan dengan upaya-upaya memberikan penilaian terhadap tingkat keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang juga berkaitan dengan tingkat keberhasilan proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan. Dalam pembelajaran, evaluasi mempunyai peranan yang penting, mengingat hasil evaluasi dapat digunakan untuk mengadakan berbagai usaha penyempurnaan.
Menurut Gronlund (http//kurtek.upi.edu/psb/?p=82) mengemukakan bahwa ‘evaluasi adalah suatu proses yang sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/ data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.’ Dari pernyataan Gronlund tersebut dapat dsimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses diawali dari pengumpulan data sampai didapatkannya informasi secra komprehensif mengenai ketercapaian tujuan peelajaran.
Sejalan dengan pendapat di atas, Hopkins dan Antes (http//kurtek.upi.edu/psb/?p=82) mengemukakan bahwa
Evaluasi adalah pemeriksaan secara terus menerus untuk mendapatkan informasi yang meliputi siswa, guru, program pendidikan dan proses belajar mengajar untuk mengetahui tingkat perubahan siswa dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan efektivitas program.
      
Dari pernyataan di atas maka evaluasi diartikan sebagai upaya penilaian pada seluruh aspek dalam pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan dan mengolah data atau informasi untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dicapai.
Adapun evaluasi pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini adalah tercantum dalam PERMERDIKNAS No. 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini yang didalamnya terdapat standar penilaian. Dalam standar penilaian tersebut terdapat teknik penilaian, lingkup, proses, pengelolaan hasil dan tindak lanjut. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut.
a.   Teknik penilaian
Evaluasi atau penilaian pada anak usia dini bisa dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan, penugasan, unjuk kerja, pencatatan anekdot, percakapan / dialog, laporan orang tua dan dokumentasi hasil karya anak (portopolio) serta deskripsi profil anak.
b.   Lingkup
1)  Mencakup seluruh tingkat pencapaian perkembangan peserta didik.
2)  Mencakup data tentang status kesehatan, pengasuhan, dan pendidikan.
c.   Proses
1)  Dilakukan secara berkala, intensif, bermakna, menyeluruh, dan berkelanjutan.
2)  Pengamatan dilakukan pada saat anak melakukan aktivitas sepanjang hari.
3)  Secara berkala tim pendidik mengkaji-ulang catatan perkembangan anak dan berbagai informasi lain termasuk kebutuhan khusus anak yang dikumpulkan dari hasil catatan pengamatan, anekdot, check list, dan portofolio.
4)  Melakukan komunikasi dengan orang tua tentang perkembangan anak, termasuk kebutuhan khusus anak.
5)  Dilakukan secara sistematis, terpercaya, dan konsisten.
6)  Memonitor semua aspek tingkat pencapaian perkembangan anak.
7)  Mengutamakan proses dampak hasil.
8)  Pembelajaran melalui bermain dengan benda konkret.
d.   Pengelolaan Hasil
1)  Pendidik membuat kesimpulan dan laporan kemajuan anak berdasarkan informasi yang tersedia.
2)  Pendidik menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan anak secara tertulis kepada orang tua secara berkala, minimal sekali dalam satu semester.
3)  Laporan perkembangan anak disampaikan kepada orang tua dalam bentuk laporan lisan dan tertulis secara bijak, disertai saran-saran yang dapat dilakukan orang tua di rumah.
e.   Tindak Lanjut
1)  Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk meningkatkan kompetensi diri.
2)  Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk memperbaiki program, metode, jenis aktivitas/kegiatan, penggunaan dan penataan alat permainan edukatif, alat kebersihan dan kesehatan, serta untuk memperbaiki sarana dan prasarana termasuk untuk anak dengan kebutuhan khusus.
3)  Mengadakan pertemuan dengan orang tua / keluarga untuk mendiskusikan dan melakukan tindak lanjut untuk kemajuan perkembangan anak.
4)  Pendidik merujuk keterlambatan perkembangan anak kepada ahlinya melalui orang tua.
5)  Merencanakan program pelayanan untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus.

C.    Fungsi dari Masing-Masing Komponen Belajar dan Pembelajaran
  1. Fungsi Tujuan

  1. Fungsi Guru
a.      Sebagai pendidik. Peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
b.     Sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu, tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
c.      Sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat.
d.     Sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirmilikinya tidak ketinggalan zaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
e.      Sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa guru telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
  1.  Fungsi Siswa
a.       Sebagai objek, siswa yang menerima pelajaran.
b.      Sebagai subjek, siswa ikut menentukan hasil belajar.
  1.  Fungsi Metode
  1. Untuk mempermudah dan memperlancar proses belajar-mengajar;
  2. Membantu guru dalam menjelaskan berbagai macam materi kepada siswa;
  3. Membuat siswa menjadi aktif, berani dan mandiri.
  1. Fungsi Materi
  1. Sebagai bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran;
  2. Menambah dan memperluas pengetahuan siswa;
  3. Menjadi dasar pengetahuan kepada siswa untuk pembelajaran lebih lanjut;
  4. Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan belajar;
e.      Membangun kemampuan untuk melakukan asesmen-diri atas hasil pembelajaran yang dicapai.
6.     Fungsi Media
a.      Fungsi edukatif yaitu dapat memberikan pengaruh baik yang mengandung nilai-nilai pendidikan, memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien.
b.      Fungsi sosial yaitu hubungan antara pribadi anak dapat terjalin baik
c.      Fungsi ekonomis yaitu efisiensi dalam waktu dan tenaga, dengan satu macam alat media, pendidikan sudah dapat dinikmati oleh sejumlah anak didik dan bisa dipergunakan sepanjang waktu
d.      Fungsi seni yaitu dengan adanya media pendidikan, kita bisa mengenalkan bermacam-macam hasil budaya manusia.
  1. Fungsi Evaluasi
a.      Mengetahui kemajuan kemampuan belajar siswa.
b.      Mengetahui penguasaan, kekuatan dan kelemahan seorang siswa dalam mendalami pelajaran.
c.      Mengetahui efisiensi metode belajar yang digunakan.
d.      Memberi laporan kepada siswa dan orangtua.
e.      Sebagai alat motivasi belajar-mengajar.
f.       Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan penyaluran anak pada suatu pekerjaan.

  1. Hubungan Masing-Masing Komponen Belajar dan Pembelajaran
Semua komponen belajar dan pembelajaran merupakan item – item yang tidak bisa dipisahkan karena ketujuhnya saling berkaitan untuk menciptakan suatu proses belajar dan pembelajaran. Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan di lapangan, sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu, bagi guru memahami seluruh komponen belajar dan pembelajaran adalah suatu kewajiban.
Diawali dari seorang guru mempelajari tujuan pembelajaran melalui kurikulum yang berlaku, selanjutnya membuat suatu desain pembelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan awal siswa (entering behavior), tujuan yang hendak dicapai, teori belajar dan pembelajaran, karakteristik bahan yang akan diajarkan, metode dan media atau sumber belajar yang akan digunakan, dan unsur-unsur lainnya sebagai penunjang. Setelah desain dibuat, kemudian KBM atau pembelajaran dilakukan. Dalam hal ini ada dua kegiatan utama, yaitu guru bertindak mengajar dan siswa bertindak belajar. Kedua kegiatan tersebut berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya implementasi pembelajaran itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil ini akan memberikan dampak bagi guru dan siswa. Tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat setelah melakukan proses evaluasi. Jika ada salah satu komponen pembelajaran yang bermasalah, maka proses belajar-mengajar tidak dapat berjalan baik .

1 komentar:

  1. informasi yg dipaparkan sudah cukup baik, namun sumber rujukannya kok tdk ada ya? Alangkah baiknya sumber rujukan jg turut disertakan agar kita dpt tahu bnar keabsahan tulisa yg dipaparkan, terimakasih.

    BalasHapus