BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Belajar dan Pembelajaran
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud
dengan belajar, terlebih dahulu akan
dikemukakan beberapa devinisi.
1.
Hilgard dan bower, dalam buku therois
oflearning (1975) mengemukakan . “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
tetrhadap suatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan
respon pembawaan, kematangan, atau keadaaan-keadaan sesaat seseoramg (misalnya
kelelahan, pengaruh orang, dan sebagainya).
2.
Gange, dalam buku the conditions of
learning (1977) menyatakan bahwa : “ belajar
terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehinnga perbuatannya (performance-nya)
berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia
mengelami situasi tadi.
3.
Crow dan crow (1958) merumuskan
pengertian belajar sebagai perolehan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan
sikap. Hal tersebut termasuk cara-cara lain
untuk melakukan suatu usaha penyesuaian diri terhadap situasi yang baru.
4.
Surya (1985) mengemukakan pengertian
belajar sebagai proses usaha ynag dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan istilah “belajar”.
Kata ini, secara efektif sudah kita kenali sejak kita bersekolah di kelompok
bermain maupun taman kanak-kanak. Dari
beberapa pernyataan menurut para ahli mengenai pengertian belajar, untuk
memudahkan memahami konsep belajar simaklah ilustrasi berikut ;
Gina sebelum masuk sekolah TK tingkat A, belum bisa
membaca. Di TK, ia bersama teman-temannya dikenalkan berbagai abjad oleh ibu
citra, sang guru. Dengan menggunakan alat peraga ibu citra menunjukan kepada
siswa-sisawanya huruf A sampai dengan Z.
Sambil menunjuan huruf-huruf itu, ibu
citra meminta kepada siswa-siswanya menirukan apa yang dikatakannya. Bu citra
melafalkan huruf A serentak siswa-siswa mengucapkan A. Seiring dengan
berjalannya waktu, di akkhir tahun ajaran, gina beserta teman-temannya dapat
menlis dan membaca.
Belajar adalah belajar
itu sendiri adalah hubungan yang dapat membuat perubahan tingkah laku akibat
adanya stimulus dan juga pengulangan yang dilakukan oleh guru
Adapun Pengertian pembelajarn menurut para ahli adalah
sebagai berikut:
a.
Belajar menurut Aaron Quinn Sartain adalah Suatu
perubahan prilaku sebagai hasil pengalaman. Sugandi (2000:4).
b.
Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang
baru, berkat pengalaman dan latihan. Pengertian lain belajar yaitu suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Slameto, (2003:2).
c.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi
interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik atau anak didik
adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses
belajar-mengajar. Slameto, (2003:109), sedang pendidik adalah salah satu
komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam
usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan.
Slameto. (2003:123).
Pembelajaran merupakan proses komunikasi
dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.sehingga mengupayakan
terjadinya interaksi anatara guru dan murid.
Konsep pembelajaran menurut Coey(1986:195)
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara di segaja di kelola
untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendididkan.
Dalam pembelajaran guru harus memahami
hakekat materi pembelajaran yang di ajarkannya sebagai suatu pelajaran yang
dapat mengembangkan keampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model
pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan
perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Jika guru menguasai materi
pelajaran, diharuskan juga menguasai metode pengajaran yang sesuai kebutuhan
materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik, yaitu memahami karakteristik
peserta didik. Jika metode dalam pemelajaran tidak dikuasai , maka penyampaian
materi ajar menjadi tidak maksimal.
B.
Konsep
Belajar dan Pembelajaran
1.
Konsep belajar
Belajar merupakan komponen
ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik
yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Teori-teori yang di embangkan dalm teori ini
meliputi teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isis kurikulum,
dan modul-modul pengembangan kurikulum. Kegiatan atau tingkah laku belajar
terdiri dar kegiatan psikis dan fisik yang saling bekerja sama secara terpadu
dan konferhensif integral. Dengan demikian belajar dapat dipahami sebagai suatu
usaha atau latihan supaya mendapat kepandaian.dalam implementasinya, belajar
adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keteramoilan
dengan cara mengolah bahan belajar.para ahli psikologi dan guru-guru pada
umumnya memandang belajar sbagai kelakuan yang berubah, pandangan ini
memisahkan pengertian yang tegas antara pengertian proses belajar degan
kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan.
Untuk menangkap isi dan
pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menngunakan kemampuan pada
anak-anak:
a.
Kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan
pengetahuan, penalaran atau pikiran, terdiri darikategori pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b.
Afektif, yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaa
emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari
kategori penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi
dan pembentukan pola hidup.
c.
Psikomotorik, yaitu kemampuan yang mengutamakan
keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyasuaian pola gerakan, dan kreatifitas.
Belaajar
sebagai proses akan terarah pada tercapainya tujuan, dalam aspek ini dapat
dilihat dari pihak siswa intuk mencapai sesuatu yang berarti baginya maupun
guru sesuai dengan tujuan. Belajar merupakan komponen paling vital dalam setiap
usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses
belajar tidak pernah ada pndidikan.
Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu
mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, kemudian jika telah
dipelajari itu mamp disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri. Belajar
disimpulkan terjadi bila tampak tanda-tanda bahwa perilaku manusia berubah
sebagai akibat terjadinya proses pembelajaran.
2.
konsep pembelajaran
sering
dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktifitas siswa dalam arti yang
luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga
mengarahkan dan memberikan fasilitas belajar agar proses belajar lebih memadai.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Proses
pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang
dimilki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang
akademisnya, latar belakang sosial ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan
guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal
utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan
pembelajaran.
Bahan pelajaran dalam
proses pembelajaran hanya merupakan perangsang tindakan pendidik atau guru,
juga hanya merupakan tindakan memberikan dorongan dalam belajar yang tertuju
pada pencapaian tujuan belajar. Anata belaja dan mengajar dengan pendidikan
bukanlah sesuaatu yang terpisah ataau bertentangan. Justru proses pembelajaran
adalah merupakan aspek yang terintegrasi dari proses pendidikan.
Hanya
saja sudah menjai kelaziman bahwa proses pembelajaran dipandang sebagai aspek
pendidikan jika berlangsung disekolah saja. Hal ini menunjukan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses yaang mendasar dalam aktivitas pendidikan
disekolah. Dari proses pembelajaran tersebut siswa memperoleh hasil belajar
yang merupakan hasil dari suatu intraksi tindak belajar yaitu mengalami prose
untuk meningkatkan kemampuan mentalnya dan tindak mengajar yaitu membelajarkan
siswa. Guru sebagai pendidik melakukan rekayasa pembelajaran berdasarkan
kurikulum yang berlaku dalam tindakan tersebut guru menggunakan asas pendidikan
maupun teori pendidikan. Guru membuat desai instruksional, mengacu pada dessain
ini para siswa menyusun program pembelajaran dirumah dan bertanggung jawab
sendiri atas jadwal belajar yang di buatnya. Sementara itu siswa sebagai
pembelajar disekolah memilki kepribadian, pengalaman, dan tujuan. Siswa
tersebut mengalami perkembangan jiwa sesuai asas emansipasi dirinya menuju
keutuhan dan kemandirian.
C.
Teori
Belajar dan Pembelajaran Menurut Para Ahli
1.
Teori-teori Belajar.
Setelah mengetahui definisi belajar, maka pendidik
sebaiknya mengetahui dan memahami teori-teori belajar yang menjadi acuan dalam proses pembelajaran.
Berikut ini dikemukakan tiga teori belajar, yaitu:
a.
Teori Belajar Ilmu Jiwa Daya.
Menurut teori ini otak manusia
terdiri dari bagian-bagian atas daya-daya seperti kognisi, emosi, konasi,
afektif, dan psikomotor. Dalam hal ini, peserta didik dapat dilatih otaknya
dengan memberikan problem solving sehingga dapat dilihat bagaimana cara anak
memecahkan masalah tersebut, sehingga proses untuk mendapatkan
informasi-informasi atau jawaban dari pemecahan masalah tersebut diproses
melalui pola pikir. Misalnya, anak sedang bermain perosotan, sehingga ia harus
sabar menugnggu giliran bergantian, dalam hal ini anak sedang dilatih untuk mengembangkan emosional nya meski tanpa
anak sadari, sehingga jelas lah bahwa anak belajar dengan cara melibatkan
struktur mental.
b.
Teori Belajar Asosiasi
Teori
ini disebut juga dengan S-R Bond Theory artinya menurut teori ini aktivitas
pendidik didalam pembelajaran harus memberikan stimulus-stimulus sehingga
peserta didik dapat belajar dengan baik. Dengan demikian, adanya perubahan
perilaku yang ditunjukkan oleh anak merupakan respone dari akibat adanya
rangsangan yang diberikan oleh pendidik. Misalnya di taman kanak-kanak, dengan
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan melalui bermain maka akan memudahkan
anak dalam mencerna bahan ajar yang disampaikan sehingga kemampuan yang
dimiliki oleh anak berupa keterampilan fisik-motorik, kognitif,bahasa, sosial
emosional, moral agama dan seni anak dapat dikembangkan dengan baik.
c.
Teori Belajar Organismegestalt
Menurut
teori ini, peserta didik dipandang sebagai suatu keseluruhan organisme yang
dinamis dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu. Artinya bahwa seseorang belajar karena berdasarkan
pengalaman-pengalaman langsung dari suatu lingkungan,seseorang belajar karena
seseorang dihadapkan pada suatu masalah dan harus dipecahkan dengan cara-cara
yang logis atau faktual. Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses yang
bermakna dengan melibatkan pengalaman langsung, pola pikir, perasan dan
melibatkan inisiatif.
Berdasarkan
ke tiga teori-teori belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa teori-teori belajar
merupakan acuan-acuan bagi pendidik dalam proses pembelajaran sehingga mampu memberikan bahan ajar yang sesuai dan
tepat dengan karakter yang dimiliki anak yang
melibatkan struktur mental melalui pengalaman langsung dan memberikan
stimulus-stimulus sehingga adanya respone berupa tanggapan dari peserta didik.
Selain
teori-teori belajar yang dikemukakan diatas, berikut ini dikemukakan tiga
kelompok teori belajar menurut para ahli berdasarkan keyakinannya.
1.
Teori Behaviorisme
Pada
dasarnya teori behaviorisme mamandang bahwa manusia sepenuhnya adalah mahkluk
reaktif yang perilakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datangnya dari luar,
dengan kata lain, lingkungan merupakan faktor penentu dari perilaku manusia.
Tokoh yang terkenal dalam teori ini adalah Thondrike, Ivan Pavlov dan B.F
Skinner.
a.
Teori Belajar Thondrike
Menurut Thondrike (Rakhmat dkk, 2002) mengemukakan
bahwa proses pendidikan Behavioristik mengandung tiga unsur penting, yaitu
stimulus, respon dan penguatan (reinforcement). Selain itu Thondrike
mengemukakan bahwa belajar pada binatang juga berlaku bagi manusia yaitu
belajar coba-coba. Hasil percobaannya melahirkan tiga prinsip yaitu :
1)
Law of Readiness atau hukum kesiapan,
artinya keberhasilan belajar akan tercapai jika peserta didik telah siap untuk
melakukan pembelajaran tersebut, kesiapan tersebut berupa kesiapan mental dan
fisik peserta didik sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik. Contohnya ketika anak mulai belajar berjalan maka anak dapat di
fasilitasi dengan alat bantu yang terbuat dari bambu dan di tancapkan di
halaman rumah.
2)
Law of Exercise atau hukum latihan,
menyatakan bahwa belajar memerlukan banyak latihan atau ulangan-ulangan.
Artinya anak diberikan latihan untuk dapat memecahkan suatu masalah yang
berkaitan dengan konsep atau teori
sehingga anak mendapatkan pemahaman yang dapat digunakan untuk belajar lebih lanjut.
3)
Law of effect, atau hukum mengetahui
hasil, artinya supaya peserta didik dapat belajar lebih bersemangat lagi maka
hasil belajar anak perlu untuk diketahuinya.
b. Teori
Belajar Ivan Pavlov
Ivan
Pavlop telah membuktikan bahwa beberapa aktivitas belajar manusia dihasilkan
oleh proses pengontrolan (conditioning), sebagaimana ia melakukan percobaanya
terhadap anjing. Dalam hal ini peserta didik diberikan stimulasi belajar
karena telah diatur dalam suatu kondisi
tertentu. Misalnya anak usia dini melakukan kegiatan berbaris setelah di
bunyikan bel dahulu lalu setelah itu masuk kelas untuk belajar. Teori ini
memberikan gambaran terutama pada guru akan pentingnya menciptakan kondisi
pembelajaran yang teratur, disiplin yang pada akhirnya akan mengantarkan peserta
didik untuk mengikuti berbagai aturan, norma, kaidah dan etika.
c.
Teori Belajar Skinner
Teori belajar Skinner
dikenal dengan teori penguatan atau teori pembiasaan perilaku respon (operant
conditioning), yaitu adanya respon balik dari pendidik terhadap anak akibat
dari hasil proses belajarnya. Jika tingkah laku operant diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan meningakat, tetapi sebaliknya
jika timbulnya tingkah laku operant yang telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi dengan stimulus penguat maka kekuatan tingkah
laku tersebut akan menurun atau hilang. Misalnya anak yang memenangkan lomba
mewarnai diberi hadiah, tujuannya supaya anak dapat mempertahankan dan
meningkatkan prestasinya.
2. Teori
kognitivisme
Teori
kognitivisme adalah teori yang lebih menekankan terhadap pentingnya proses
internal yaitu mental manusia, artinya tingkah laku manusia yang tampak tidak
dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi,
kesengajaan, keyakinan dan sebagainya. Ciri utama dari teori kognitivisme itu
adalah adanya kecenderungan untuk memahami pikiran. Prinsip dari teori ini
adalah pengenalan individu terhadap lingkuungannya adalah hasil transformasi
yang bukan hanya dilakukan oleh organ indra tetapi juga oleh sisitem yang
mengolah menterjemahkan masukan-masukan indria.
Tokoh-tokoh yang mendukung teori belajar kognitif diantaranya adalah
Piaget dan Howard Gardner.
a. Teori
Piaget
Piaget
menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya maka anak harus
diberikan berbagai pertanyaan sehingga kemampuan berpikir anak akan berkembang
dengan ditandai adanya tanggapan berupa jawaban dari anak. Selain itu Piaget
mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif adalah interaksi dari hasil
kematangan manusia dan pengaruh lingkungan. Manusia aktif mengadakan hubungan
dengan lingkungan, menyesuaikan diri terhadap objek-objek yang ada diskitarnya
yang merupakan proses interaksi untuk mengembangkan aspek kognitif.
Menurut Piaget perkembangan kognitif anak dibagi kedalam empat
tahap, yaitu :
1)
Faseu Sensoris Motor (0 - 2) tahun
Pada tahap ini anak akan
berinteraksi dengan lingkungannya melalui panca indera. Dimulai dengan adanya
gerakan reflek yang dimiliki sejak lahir yaitu dengan gerakan instink yang
disebabkan oleh dorongan dalam diri untuk memuaskan dorongan itu, misalnya bayi
menyusu dan tahu bagaimana caranya, kemudian dapat menggenggam, melihat,
melempar hinngga pada akhir 2 tahun anak
sudah dapat menggunakan satu benda dengan tujuan yang berbeda, misalnya
anak memegangi meja untuk membantunya berjalan.
2) Faseu
Pra Operasioanal (2-7) tahun
Faseu
ini merupakan masa permulaan anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun
pikirannya. Pada tahap ini dapat berpikir secara simbolik , memiliki kemampuan
berbahasa yang baik sehingga dapat
menggunakan kata-katanya untuk menandai suatu objek. Selain itu, anak melihat
dunia berdasarkan perspektifnya sendiri (egosentris). Anak dapat memutuskan
sesuatu bukan berdasarkan analisis rasional melainkan secara intuitif artinya
dalam menciptakan sesuatu anak tidak tahu pasti mengapa ia melakukan hal
tersebut, misalnya anak menyusun balok atau menggambar. Tetapi pada tahap ini
juga anak dapat mengklasifikasi objek sesuai dengan kelompoknya.
3) Faseu
Operasional konkrit
Pada
tahap ini anak mulai dapat berpikir secara logis. Anak telah mampu memecahkan
masalah yang bersifat konkret dan masih sulit memecahkan masalah yang bersifat
abstrak.
4) Faseu
Operasional Formal
Pada
tahap ini anak dapat berpikir secara abstrak seperti mengemukakan ide-ide,
memprediksi kejadian yang akan terjadi, berpikir masa depan secara realistik,
mengerti bahasa kiasan dan mampu menyimpulkan sebuah berita.
b. Teori
Multiple Intelligence
Teori Multiple Intelligence adalah sebuah teori yang di gagas
oleh Dr.Howard Gardner di Hardvard University. Multiple Intelligence merupakan
penilaian yang melihat secara deskriptif tentang bagaimana anak memecahkan
masalahnya dengan menggunakan
kecerdasan-kecerdasan yang dimilikinya, sehingga mendapatkan sesuatu yang
bernilai.
Berikut ini merupakan delapan kecerdasan jamak yang dikemukakan
oleh Howard Gardner.
1) Kecerdasan
Linguistik (Word Smart)
Kecerdasan Linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah
kata, atau kemampuan anak dalam menggunakan kata dengan baik dan benar melalui
tulisan ataupun lisan. Kecerdasan ini memiliki empat keterampilan yaitu,
menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Orang yang memiliki kecerdasan ini
dapat dilihat ketika ia berargumentasi, menghibur, meyakinkan orang lain
melalui kata-kata yang diucapkannya.
Upaya yang digunakan oleh guru dalam mengembangkan
kcerdasan ini dapat melalui mengajak anak berbicara, membacakan cerita, bermain
huruf, merangkai crita, berdiskusi atau bercakap-cakap, bermain peran, dan
maemperdengarkan lagu anak-anak.
2) Kecerdasan
Logika-Matematika
Kecerdasan Logika-Matematika adalah kemampuan yang melibatkan
keterampilan mengolah angka dan menggunakan akal sehat atau logika. Kecerdasan
ini pada dasarnya melibatkan kemampuan-kemampuan menganalisis masalah secara
logis.
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengembangkan
kecerdasan ini yaitu dengan melalui, bermain puzzle, mengenal bentuk geometri,
mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu, melalui diskusi dan olah
pikir ringan, pengenalan pola, eksperimen di alam, memperkaya pengalaman
berinteraksi dengan konsep matematika, dan games.
3) Kecerdasan
kinestetik (Body Smart)
Kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan dengan
menggunakan gerakan-gerakan motorik baik itu motorik kasar maupun motorik
halus. Kecerdasan Kinestetik adalah kecerdasan yang mencakup berbagai kemampuan
untuk berpikir melalui gerakan, menggunakan tubuh secara ekspresif, tahu kapan
dan bagaimana untuk bereaksi, dan meningkatkan keterampilan fisik.
Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik adalah dengan
menari, bermain peran, drama, latihan fisik, dan pantomim. Melalui kegiatan ini
anak akan melakukan gerakan-gerakan yang baik seperti berlari.
4) Kecerdasan
Visual Spasial (Picture Smart)
Kecerdasan Visual
Spasial adalah kecerdasan dimana anak dapat berpikir melalui gambar. Misalnya
dengan menyajikan video, gambar, menggunakan model dan atau diagram.
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan
kecerdasan visual ini yaitu dengan menggambar dan melukis, mencorat-coret,
menyanyi dan mengenal serta membayangkan suatu konsep, membuat prakarya,
mengunjungi berbagai tempat, dan permainan yang konstruktif.
5) Kecerdasan
Intrapersonal (Self Smart )
Kecerdasan
Intrapersonal adalah kecerdasan yang mengetahui akan kesadaran diri kritis atau
tinggi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan diri individu serta mampu merefleksikan
kemampuan berpikir atau proses belajar. Upaya yang dapat dilakukan dalam
mengembangkan kecerdasan ini adalah dengan menciptakan diri yang positif,
menulis intropeksi, menuangkan isi hati dalam jurnal pribadi, berckap-cakap
tentang minat dan keadaan diri anak, memberikan kesempatan menggambar diri
sendiri dari sudut pandang anak, membayangkan diri di masa datang, serta
mengajak berimajinasi jadi satu tokoh sebuah cerita.
6) Kecerdasan
Interpersonal (People Smart)
Kecerdasan
Interpersonal adalah kecerdasan memahami suasana hati dan perasaan orang lain,
memiliki hubungan yang baik dari orang lain, serta memegang peran dalam
kepemimpinan. Seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal dapat diketahui
melalui kterampilan dalam berkomunikasi serta berinteraksi dengan orang lain.
Upaya yang dapat
dilakukan oleh pendidik dalam mengembangakan kecerdasan interpersonal adalah
melalui kegiatan belajar kelompok, menetapkan aturan tingkah laku, memberi
kesempatan tanggung jawab di rumah, bersama-sama menyelesaikan konflik,
melakukan kegiatan sosial di lingkungan, menumbuhkan sikap ramah dan santun,
serta mendengarkan pembicaraan orang lain terlebih dahulu.
7) Kecerdasan
Musikal (music smart)
Kecerdasan musikal adalah kecerdasan yang mengembangkan
kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal, kecerdasan musikal dilakukan dengan
berpikir melalui suara dan irama, memproduksi musik dan notasi dalam lagu serta
ditandai dengan sering memainkan instrumen.
Upaya yang dapat
dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kecerdasan musikal yaitu dengan melalui
memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan pemahaman tentang musik
serta dengan memberikan stimulus-stimulus ringan seperti melalui kegiatan karya
wisata ke stadion radio.
8) Kecerdasan
Natural (Nature Smart )
Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan yang mengembangkan
kepekaan anak terhadap lingkungan alamiah atau fenomena alam misalnya fenomena
awan dan gunung-gunung. Seseorang yang memiliki kecerdasan naturalis dapat
dilihat jika ia senang berinteraksi dengan makhluk hidup dan tumbuhan.
Strategi pembelajaran
kecerdasan naturalis dapat dilakukan dengan jalan-jalan di alam terbuka, dengan
mengajak anak berbicara mengenai apa yang terjadi di lingkungan sekitar,
mendekorasi luar kelas dengan adanya tanaman-tanaman di pot, menanam bunga di
kebun, serta mengajak anak untuk karya wisata dengan tema “menanam 1000 pohon”
9) Kecerdasan
Spiritual
Kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan yang dimiliki anak untuk mematuhi perintah Tuhan Yang Maha
Kuasa dan menjauhi laranganNya. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mengembangkan kecerdasan spiritual yaitu dengan mengajarkan do’a atau pujian
kepada Sang Pencipta. Serta yang lebih penting adalah dengan melalui
keteladanan dalam wujud nyata yang diwujudkan perilaku baik lisan, tulisan
maupun perbuatan yang dilakukan oleh orang dewasa sehingga anak terbiasa untuk
meniru perilaku baik.
3. Teori
Humanisme
Teori Humanisme adalah teori yang meyakini bahwa belajar
menjadi lebih bermakna dengan melibatkan kemampuan intelektual maupun emosional
peserta didik. Tokoh yang terkenal pada aliran ini adalah belajar menurut J.J
Rousseau, Abraham Maslow dan C. Rogers.
a. Teori
menurut J.J Rousseau
Rouseau
menyatakan bahwa peserta didik memiliki potensi atau kekuatan yang masih
terpendam, yaitu potensi berpikir, berperasaan, berkemauan, keterampilan,
berkembang, mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukannya. Melalui
berbagai kegiatan dan usaha belajar peserta didik mengembangkan segala potensi
yang dimilikinya. Oleh karena itu, Rosseau menganjurkan agar peserta didik
tidak usah terlalu banyak diatur dan diberi, biarkan mereka mencari dan
menemukan dirinya sendiri, sebab peserta didik dapat berkembang sendiri.
b. Teori
menurut pandangan maslow
Tokoh
humanisme lainnya yang sangat populer menurut nasution (1991)
Dan rockler (1988) adalah maslow yang memandang
bahwa aktualisasi peserta didik merupakan suatu kebutuhan asasi. Tiap peserta
didik memiliki “self” masing-masing yang tidak di kenal dan di
dasarinya,yang teersembunyi atau tertekan dan karena itu perlu di bangkitkan
dan di kembangkan . maslow termasuk salah satu tokoh humanistik yang
menginginkan pendidikan membebaskan peserta didik agar lebih otonom dan
bersikap lebih sehat terhadap dirinya,terhadap temannya,dan terhadap
pelajarannya. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran harus terdapat hubungan
baik antara guru dan peserta didik dalam susana saling percaya, peserta didik
belajar tanpa adanya paksaan dari pihak guru.
c. Belajar
Menurut Pandangan C. Rogers
Teori psikologi belajar yang termassuk golongan humanistik
adalah teori belajar yang dikemukakan oleh C. Rogers (1969). Teori ini
membedakan dua jenis belajar yaitu cognitif
learning yang berhubungan dengan pengetahuan terapan. Menurut teori
ini proses belajar dengan adanya keterlibatan pribadi,
inisiatif diri, dan evalusi diri. Experiantial
Learning menyimpulkan bahwa belajar
harus dilakukan oleh peserta didik, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
Guru menciptakan ligkungan yang kondusif yang baik. Pada teori humanisme selain
menganut aliran-aliran pendidikan romantik, menurut syaodih (1997) juga
berpefang pada konsep Gestalt. Bahwa anak harus dipandang sebagai suatu keseluruhan
organisme ang mencapai suatu tujuan tertentu (Arbi dan Syahrun, 1992). Dalam
pendidikan Gestalt, pendidikan hendaknya diarahkan untuk membina peserta didik
yang utuh bukan saja pada aspek fisik dan intelektual akan tetapi juga aspek
sosial dan afektif (emosi, sikap, erasaan dan nilai). Sedangkan menurut
Nasution (1991) para Gestalist menginginkan adanya integrasi, pikiran dan
perbuatan yang memberika kebulatan
pengalaman yang menyenangkan sesuai dengan keinginan peserta didik..
Beberapa pengaruh teori
humanisme terhadap prosese pembelajaran.
1) Individualisasi
: perlakuan individual didasrkan pada kebutuhan dan individualitas/kepribadian;
2) Motivasi
:Motivasi belajar bersifat intrinsik, bersasarkan pemuasan kebutuhan individu;
3) Metodologi : Menggunakan pendekatan proyek
yang terpadu, menekankan pada mempelajari kehidupan sosial;
4) Tujuan-tujuan
kulikuler :Memusatkan diri pada pengembangan sosial, keterampilan
berkomunikasi, tanggap pada kebutuhan kelomok dan individu;
5) Bentuk
pengelolaan kelas : Peseta didik diberi kebebasan memilih, sedangkan guru
membantu bukan mengarahkan.
Teori
belajar behaviorisme, untuk saat ini kurang relevan bila dibandigkan dengan
teori kognitivisme dan humanisme. Pada teori humanisme dan kognitivisme saat
ini dianggap relevan untuk dikembangkan dalam berbagai pembelajaran.
2.
Teori pembelajaran
a.
Teori deskriptif dan Teori Preskriptif
Bruner mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif, preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, dan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah memerika proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan di antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar, atau sebagaimana seseorang belajar. Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar atau upaya mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Teori belajar yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai given, dan memerikan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati atau kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung. Sedangkan teori pembelajaran yang preskriptif, kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan sebagai given dan metode yang optimal dtempatkan sebagai variabel yang diamati, atau metode pembelajaran sebagai variabel tergantung. Teori preskriptif adalah goal oriented(untuk mencapai tujuan), sedangkan teori deskriptif adalah goal free(untuk memerikan hasil). Variabel yang diamati dalam pengembangan teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori-teori pembelajaran deskriptif variabel yang diamati adalah hasil sebagai efek dari interasi antara metode dan kondisi. Jadi, teori ini mengemukakan bahwa adanya keterkaitan antara belajar dengan pembelajaran. Ketercapaian belajar merupakan hasil dari tercapainya tujuan dari pembelajaran.
Bruner mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif, preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, dan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah memerika proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan di antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar, atau sebagaimana seseorang belajar. Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar atau upaya mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Teori belajar yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai given, dan memerikan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati atau kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung. Sedangkan teori pembelajaran yang preskriptif, kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan sebagai given dan metode yang optimal dtempatkan sebagai variabel yang diamati, atau metode pembelajaran sebagai variabel tergantung. Teori preskriptif adalah goal oriented(untuk mencapai tujuan), sedangkan teori deskriptif adalah goal free(untuk memerikan hasil). Variabel yang diamati dalam pengembangan teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori-teori pembelajaran deskriptif variabel yang diamati adalah hasil sebagai efek dari interasi antara metode dan kondisi. Jadi, teori ini mengemukakan bahwa adanya keterkaitan antara belajar dengan pembelajaran. Ketercapaian belajar merupakan hasil dari tercapainya tujuan dari pembelajaran.
b.
Teori Behavioristik
Teori behavioristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behaviouristik mengakui pentingnya masuan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon di anggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.
Penguatan (reinforcement) adaah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positif reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respon juga akan menguat. Tokoh-tokoh penting teori behaviouristik antara lain Thorndike, Watson, Skiner, Hull dan Guthrie.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut suatu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Teori behavioristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behaviouristik mengakui pentingnya masuan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon di anggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.
Penguatan (reinforcement) adaah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positif reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respon juga akan menguat. Tokoh-tokoh penting teori behaviouristik antara lain Thorndike, Watson, Skiner, Hull dan Guthrie.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut suatu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
c.
Teori Kognitif
Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan steruktur kognitif yag telah dimilii siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhan ke kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mepengaruhi keberhasilan siswa.
d.
Teori Konstruktivistik
Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki
kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang
hayat, serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan
pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut,
dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya. Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa
belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamnnya melalui
asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya,
memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh
karena itu, pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya
proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa.
Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu kunstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru konstrutivistik yang mengakui dan menghargai dorongan dari manusia atau siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktifitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal.
Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu kunstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru konstrutivistik yang mengakui dan menghargai dorongan dari manusia atau siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktifitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal.
e.
Teori Humanistik
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfikir induktif. Teori ini juga amat mementingan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfikir induktif. Teori ini juga amat mementingan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
f.
Teori Sibernetik
Teori sibernetik menekankan bahwa belajar adalah pemrosesan informasi. Teori ini lebih mementingkan system informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi dari pesan tersebut. oleh sebab itu, teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi.
Teori sibernetik menekankan bahwa belajar adalah pemrosesan informasi. Teori ini lebih mementingkan system informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi dari pesan tersebut. oleh sebab itu, teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi.
Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari
proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi
(storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang
telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi
yang terorganisasi dan proses penulusuran bergerak secara hirakhis, dari
informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan
rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
Konsepsi landa dengan model pendekatannya yang disebut
algoritmik dan heuristik mengatakan bahwa belajar algoritmik menuntut siswa
untuk berpikir sistematis, tahap demi tahap, linear , menuju pada target tujuan
tertentu, sedangkan belajar heuristic menuntut siswa untuk berpikir devergan,
menyebar ke beberapa target tujuan sekaligus.
Aplikasi teori pengolahan informasi dalam pembelajaran
antara lain dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang mempreskripsikan
adanya 1) kapabilitas belajar, 2) peristiwa pembelajaran dan 3)
pengorganisasian atau urutan pembelajaran.
g.
Teori
Revolusi-Sosiokultural
Pandangan yang dianggap lebih mampu mengakomodasi
tuntunan sosiocultural-revolution adalah teori belajar yang dikembangkan oleh
Vygotsky. dikemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama
berasal dari kehidupan social atau kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu
itu sendiri. teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut pendekatan
ko-konstruktivisme.
Konsep-konsep penting dalam teorinya yaitu genetic low of development, zona of proxsimal development, dan mediasi, mampu membuktikan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar social budaya dan sejarahnya. perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. dimensi kesadaran social bersifat primer sedangkan dimensi individual bersifat sekunder.
Konsep-konsep penting dalam teorinya yaitu genetic low of development, zona of proxsimal development, dan mediasi, mampu membuktikan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar social budaya dan sejarahnya. perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. dimensi kesadaran social bersifat primer sedangkan dimensi individual bersifat sekunder.
Berdasarkan teori Vygotsky maka dalam kegiatan
pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan
zona perkembangan proxsimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan yang dapat
memfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
bantuan dapat dalam bentuk contoh, pedoman, bimbingan orang lain atau teman
yang lebih kompeten. bentuk-bentuk pembelajarn kooperatif –kolaboratif serta
belajar kontekstual sangat tepat digunakan. sedngkan anak yang telah mampu
belajar sendiri perlu ditingkatkan tuntutannya, segingga tidak perlu menunggu
anak yang berada di bawahnya dengan demikian diperlukan pemahaman yang tepat
tentang karaktristik siswa dan budayanya sebagai pijakan dalam pembelajaran.
h.
Teori
Kecerdasan Ganda
Kecerdasan ganda yang dikemukakan oleh Gardner yang
kemudian dikembangkan oleh para tokoh lain, terdiri dari kecerdasan
verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematik, keserdasan visual/ruang, kecerdasan
tubuh/gerak tubuh, kecerdasan musical/ritmik, keceedasan interpersonal,
kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan spiritual, dan
kecerdasan eksistensial, perlu dilatihkan dalam rangka mengembangkan
keterampilan hidup. semua kecerdasan ini sebagai satu kesatuan yang utuh dan
terpadu. komposisi keterpaduannya berbeda-beda pada masing-masing orang dan
pada masing-masing budaya, namun secara keseluruhan semua kecerdasan tersebut
dapat diubah dan ditingkatkan. kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol
kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah.
Para pakar kecerdasan sebelum Gardner cenderung memberikan tekanan terhadap kecerdasan hanya terbatas pada aspek kognitif, sehingga manusia telah tereduksi menjadi sekedar komponen kognitif. Gardner melakukan hal yang berbeda, ia memandang manusia tidak hanya sekedar komponen kognitif, namun suatu keseluruhan. melalui teori kecerdasan ganda ia berusaha menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang kecerdasan (inteligensi). tidak ada manusia yang sangat cerdas dan tidak cerdas untuk seluruh aspek yang ada pada dirinya. yang ada adalah ada manusia yang memiliki kecerdasan tinggi pada salah satu kecerdasan yang dimilikinya. mungkin seseorang memiliki kecerdasan tinggi untuk kecerdasan logika-matematika tetapi tidak untuk kecerdasan music atau kecerdasan bidy-kinestetik.
Srategi pembelajaran kecerdasan ganda bertujuan agar semua potensi anak dapat berkembang. strategi dasar pembelajarannya dimulai dengan (1) membangunkan/memicu kecerdasan, (2) memperkuat kecerdasan, (3) mengajarkan dengan /untuk kecerdasan, dan (4) mentransfer kecerdasan.
Para pakar kecerdasan sebelum Gardner cenderung memberikan tekanan terhadap kecerdasan hanya terbatas pada aspek kognitif, sehingga manusia telah tereduksi menjadi sekedar komponen kognitif. Gardner melakukan hal yang berbeda, ia memandang manusia tidak hanya sekedar komponen kognitif, namun suatu keseluruhan. melalui teori kecerdasan ganda ia berusaha menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang kecerdasan (inteligensi). tidak ada manusia yang sangat cerdas dan tidak cerdas untuk seluruh aspek yang ada pada dirinya. yang ada adalah ada manusia yang memiliki kecerdasan tinggi pada salah satu kecerdasan yang dimilikinya. mungkin seseorang memiliki kecerdasan tinggi untuk kecerdasan logika-matematika tetapi tidak untuk kecerdasan music atau kecerdasan bidy-kinestetik.
Srategi pembelajaran kecerdasan ganda bertujuan agar semua potensi anak dapat berkembang. strategi dasar pembelajarannya dimulai dengan (1) membangunkan/memicu kecerdasan, (2) memperkuat kecerdasan, (3) mengajarkan dengan /untuk kecerdasan, dan (4) mentransfer kecerdasan.
D.
Implementasi
Pembelajaran PAUD Berdasarkan Konsep Dasar dan Teori
Belajar
dan pembelajaran memiliki pengertian berbeda namun saling berkaitan. Setelah
memahami konsep dan teori belajar dan pembelajaran, pendidik perlu
mengaplikasikannya ke dalam kehidupan nyata. Konsep dan teori terus berkembang
seiring zaman, namun perubahan tersebut jarang di aplikasikan langsung oleh
para pendidik. Informasi yang diterima oleh pendidik hanya menjadi pengetahuan
belaka. Tak jarang sarajana pendidikan yang memiliki prestasi akademik dan
pengetahuan tinggi namun tidak mampu mengimplementasikannya ketika ia mengajar.
Kebanyakan beralasan bahwa mereka ragu dan takut untuk memperbaharui sistem
pembelajaran yang sudah ada di sekolah tempat mengajar yang umumnya kasus ini
terjadi pada guru-guru muda. Oleh karena itu pelatihan dan penataran untuk
semua kalangan guru sangat diperlukan agar semua guru memiliki visi dan misi
yang sejalan.
Pada
sebelumnya, guru hanya sebagai pengajar yang berarti memberikan materi
pelajaran pada anak didiknya. Namun sekarang guru bukan hanya sebatas
memberikan materi saja namun guru merupakan pendidik yang berarti memberikan
materi pelajaran dan memastikan bahwa anak didiknya mampu memahami maksud
pembelajaran tersebut. Kini guru juga tidak hanya memberikan materi saja namun
juga memberikan didikan, memotivasi, memberi teladan, serta membetuk karakter
anak didiknya juga.
Berdsarkan
konsep pembelajaran, anak dapat belajar melalui stimulus yang diberikan oleh
guru yang kemudian akan di respon oleh anak dalam perilakunya. Maka dari itu
pendidik, baik itu guru ataupun orang tua perlu berhati-hati dalam memberikan
stimulus pada anak sebab hal tersebut akan berkaitan langsung dengan respon yang
dipertunjukkan anak. Itulah sebabnya mengapa pendidik tidak hanya sekedar perlu
mengetahui konsep dan teori namun perlu memahami dan mengaplikasikannya.
Pengaplikasian
pembelajaran tentunya berbeda berdasarkan tingkat usia dan perkembangan anak
sebab kemampuan dan kematangannya juga berbeda. Pada pembelajaran anak usia
dini tentunya berbeda dengan anak yang sudah berusia lebih dari 8 tahun. Pada
pembelajaran anak usia dini dipusatkan pada kegiatan bermain yang bertujuan
untuk mengoptimalkan perkembangannya. Sebaiknya guru dapat menstimulus anak
agar ia mampu menemukan dan mengembangkan pengetahuannya sendiri. Guru juga
tidak hanya cukup memahami teori saja namun juga perlu memahami karakter setiap
anak didiknya agar mampu mengaplikasikan ilmunya dengan tepat dan optimal. Anak
usia dini merupakan peniru ulung dan menyerap apa yang mereka temukan sebagai
pengetahuannya, maka guru ataupun pendidik perlu menciptakan lingkungan yang
berpotensi baik.
TRIMS MIN.............
BalasHapus