Laman

Minggu, 17 Maret 2013

MODEL, PENDEKATAN, DAN TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN


A.    Pengembangan Model Supervisi
Yang dimaksud dengan model dalam uraian ini ialah suatu pola, contoh: acuan dari supervisi yang diterapkan. Ada beberapa model yang berkembang yaitu sebagai berikut.
1.     Model supervisi yang konvensional (tradisional)
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Perilaku supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Sering disebut supervisi yang korektif.  Mencari-cari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya guru-guru merasa tidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru:
a.      Acuh tak acuh (masa bodoh)
b.     Menantang (agresif)
Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak sampai saat ini. Para pengawas datang kesekolah dan menanyakan mana satuan pelajaran. Ini salah dan seharusnya begini. Praktek-praktek supervisi seperti ini adalah cara memberi supervisi yang konvensional.
2.     Model supervisi yang bersifat ilmiah
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a.      Dilaksanakan secara berencana dan kontinu.
b.     Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
c.      Menggunakan instrumen pengumpulan data.
d.     Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang rill.
Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau check-lisi lalu para siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas. Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.
3.     Model supervisi klinis
a.        Beberapa pembatasan tentang supervisi klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Mengemukakan supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profersional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru.
b.       Mengapa perlu dikembangkan supervisi klinis di lingkungan guru-guru?
Ada berbagai faktor yang mendorong dikembangkannya supervisi klinis bagi guru-guru.
1)       Dalam kenyataannya yang dikerjakan supervisi ialah mengadakan evaluasi guru-guru semata.
2)       Pusat pelaksanaan supervisi adalah supervisor, bukan berpusat pada apa yang dibutuhkan guru, baik kebutuhan profesional sehingga guru-guru tidak merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi pertumbuhan profesinya.
3)       Dengan menggunakan merit rating (alat penilaian kemampuan guru), maka aspek-aspek yang diukur terlalu umum.
4)       Umpan baik yang diperoleh dari hasil pendekatan, sifatnya memberi arahan, petunjuk, instruksi, tidak menyentuh masalah manusia yang terdalam yang dirasakan guru-guru, sehingga hanya bersifat di permukaan.
5)       Tidak diciptakan hubungan identifikasi dan analisis diri, sehingga guru-guru melihat konsep dirinya.
6)       Melalui diagnosis dan analisis dirinya sendiri guru menemukan dirinya.

c.      Ada beberapa ciri supervisi klinis
1)       Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah. Tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru-guru memiliki rasa aman.
2)       Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu.
3)       Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi.
4)       Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan.
5)       Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar tapi juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap gairah mengajar.
6)       Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dan guru.
7)       Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif.
8)       Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru lebih dulu, bukan dari supervisor.
Setiap supervisor harus menguasai prinsip-prinsip supervisi berikut ini.
d.       Prinsip-prinsip supervisi klinis
1)       Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru lebih dahulu.
2)       Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
3)       Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya.
4)       Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang rill yang mereka sungguh alami.
5)       Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.
e.        Langkah-langkah dalam pelaksanaan supervisi klinis
Langkah-langkah dalam supervisi klinis melalui tiga tahap pelaksanaan yang seharusnya dikerjakan oleh supervisor dan apa yang seharusnya dikerjakan guru sebagai berikut:

1)       Pertemuan awal
Dalam percakapan awal, seorang guru mengeluh, bahkan pada saat dia mengajar ada 3 orang siswa yang selalu menganggu ketertiban di kelas. Guru sudah berusaha memperbaiki tapi ketiga siswa itu tetap membandel. Melalui percakapan awal ini guru mengharapkan agar supervisor sendiri melihat situasi pada saat dia mengajar. Dan guru sudah melakukan, supervisor setuju untuk mengikuti guru waktu mengajar.
2)       Observasi
Pada tahap observasi supervisor menggunakan alat observasi check list.
3)       Pertemuan akhir
Percakapan sesudah analisis, pada tahap ini terjadi percakapan antara supervisor dengan guru. Dalam percakapan itu terungkap bahwa para siswa tidak menaruh perhatian, karena guru hanya melarang tapi tidak berusaha memecahkan masalah.
4.     Model supervisi artistik
Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Supervisor yang mengembangkan model artistik akan menampakkan dirinya dalam relasi dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian baiknya sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan aman dan dorongan positif untuk berusaha untuk maju. Sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema-problema yang dikemukakan, menerima orang lain sebagaimana adanya, sehingga orang dapat menjadi diri sendiri. Beberapa ciri yang khas tentang model supervisi yang artistik, antara lain:
a.        Supervisi yang artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan daripada banyak berbicara.
b.       Supervisi artistik memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup/keahlian khusus, untuk memahami apa yang dibutuhkan seseorang yang sesuai dengan harapannya.
c.        Supervisi yang artistik sangat mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.
d.       Model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas dan proses itu diobservasi sepanjang waktu tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan yang dapat ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.
e.        Model artistik terhadap supervisi memerlukan laporan yang menunjukkan bahwa dialog antara supervisor yang supervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
f.        Model artistik terhadap supervisi memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain dapat menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu.
g.       Model artistik terhadap supervisi memerlukan kemampuan untuk menafsir makna dari peristiwa yang diungkapkan, sehingga orang lain memperoleh pengalaman dan membuat mereka mengappreciate yang dipelajarinya.
h.       Model artistik terhadap supervisi menunjukkan fakta bahwa supervisi yang bersifat individual, dengan kekhasannya, sensitivitas dan pengalaman merupakan instrumen yang utama yang digunakan dimana situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yang disupervisi.

B.    Pendekatan Supervisi Pendidikan
Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru. Ada satu pradigma yang dikemukakan Glickman untuk memilah-milah guru dalam empat prototipe guru. Ia mengemukakan setiap guru memiliki dua kemampuan dasar, yaitu berpikir abstrak dan komitmen serta kepedulian.
Bila guru profesional maka pendekatan yang digunakan adalah non-direktif. Perilaku supervisor (1) mendengarkan, (2) memberanikan, (3) menjelaskan, (4) menyajikan, (5) memecahkan masalah. Teknik yang diterapkan dialog dan mendengarkan aktif.
Bila gurunya tukang kritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang diterapkan adalah kolaboratif. Perilaku supervisi (1) menyajikan, (2) menjelaskan, (3) mendengarkan, (4) memecahkan masalah, (5) negosiasi. Teknik yang digunakan percakapan pribadi, dialog menjelaskan.
Bila gurunya tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah direktif. Perilaku supervisor (1) menjelaskan, (2) menyajikan, (3) mengarahkan, (4) memberi contoh, (5) menetapkan tolak ukur, dan (6) menguatkan.
Berdasarkan uraian singkat tentang pradigma kategori di atas, maka dapat diterapkan berbagai pendekatan teknik dan perilaku supervisi berdasar data mengenai guru yang sebenarnya yang memerlukan pelayanan supervisi.
1.     Pendekatan langsung (direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung.sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan stimulus,. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punish-ment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti berikut ini.
a.      Menjelaskan
b.     Menyajikan
c.      Mengarahkan
d.     Memberi contoh
e.      Menetapkan tolak ukur
f.      Menguatkan
2.     Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami.
Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalah yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, memahami apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut.
a.      Mendengarkan
b.     Memberi penguatan
c.      Menjelaskan
d.     Menyajikan
e.      Memecahkan masalah
3.     Pendekatan kolaboratif
Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam pelaksanaan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu.
Pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut.
a.      Menyajikan
b.     Menjelaskan
c.      Mendengarkan
d.     Memecahkan masalah
e.      Negoisasi
C.    Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan
Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai alat (device) dan teknik supervisi. Umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua macam alat/atau teknik. Teknik yang bersifat individual, yaitu teknik yang dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik yang bersifat kelompok, yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang.
1.     Teknik yang bersifat individual
a.      Perkunjungan kelas
b.     Observasi kelas
c.      Percakapan pribadi
d.     Inter-visitasi
e.      Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar
f.      Menilai diri sendiri
2.     Saling mengunjungi kelas (intervisitation)
Yang dimaksud dengan intervisitation ialah saling mengunjungi antara guru yang satu kepada guru yang lain yang sedang mengajar.
D.    Teknik-Teknik yang Bersifat Kelompok
yang dimaksud dengan teknik-teknik yang bersifat kelompok ialah, teknik-teknik yang digunakan itu dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar