Laman

Jumat, 16 November 2012

KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI


KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI
Pada pendidikan anak usia dini, haruslah mengetahui siapa anak yang akan dihadapi dan bagaimana karakteristiknya yang dimiliki mereka. Batasan tentang masa anak ditemukan cukup bervariasi. Dalam pandangan mutakhir yang lazim dianut di Negara maju, istilah anak usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun, apabila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak baru lahir sampai anak-anak usia Taman Kanak-kanak (kindergarden), yaitu sampai usia 6 tahun.
Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Ia sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarkannya, serta seolah-oleh tidak pernah berhenti belajar. Menurut pandangan psikologis anak usia dini memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak lain yang berada di atas usia 8 tahun. Beberapa pakar mengemukakan mengenai karakteristik anak usia dini.
1.     Richard D. Kelloguh (1996)
a.      Anak bersifat egosentris
Anak cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari perilakunya seperti masih berebut mainan, menangis bila menghendaki sesuatu yang tidak dipenuhi oleh orang tuanya atau melaksanakan sesuatu terhadap orang lain.  Karakteristik ini terkait dengan perkembangan kognitifnya yang menurut Piaget disebutkan bahwa anak usia dini sedang berada pada fase transisi dan fase praoperasional (2-7 tahun) ke fase operasional konkret (7-11 tahun). Keterampilan yang sangat diperlukan dalam mengurangi egosentris di antaranya adalah dengan mengejarkan anak untuk mendengarkan orang lain serta memahami dan berempati pada anak.
b.     Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar
Menurut persepsi anak, dunia ini dipenuhi hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan anak yang tinggi. Rasa keingintahuan sangatlah bervariasi tergantung dengan apa yang menarik perhatiannya. Sebagai contoh anak tertarik dengan benda yang menimbulkan akibat dari pada benda yang terjadi dengan sendirinya. Dalam Brooks and Brooks (1993:29) dikemukakan bahwa keuntungn yang dapat diambil dari rasa keingintahuannya adalah dnegan menggunakan fenomena atau kejadian yang tidak biasa. Kejadian yang tidak biasa tersebut dapat menimbulkan ketidakcocokan kognitif sehingga dapat memancing keinginan anak untuk tekun untuk memecahkan permasalahan atau ketidakcocokan tersebut. Meskipun terkadang sulit dikenali hubungan di antara ketidaksesuaian tersebut namun hal ini dapat membantu mengembangkan motivasi anak untuk belajar sains. Untuk membantu mengembangkan  kemampuan anak dalam mengelompokkan dan memahami dunianya sendiri, guru perlu untuk menemukan masalahnya.
c.      Anak adalah mahluk sosial
Anak senang diterima dan berada dengan teman sebayanya. Mereka senang bekerja sama dalam membuat rencana dan menyelesaikan pekerjaannya. Mereka secara bersama saling memberikan semangat dengan sesame temannya. Anak membangun konsep diri melalui interaksi social di sekolah. Ia akan membangun kepuasan melalui penghargaan diri ketika diberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya. Untuk itu pembelajaran dilakukan untuk membantu anak dalam perkembangan pernghargaan diri. Hal ini dapat dilaksananan dengan cara menyatukan strategi pembelajaran social seperti bekerja sama simulasi guru dari teman sebaya dan pembelajaran silang usia.
d.     Anak bersifat unik
Anak merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki bawaan minat, kapabilitas dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain. Disamping memiliki kesamaan, menurut Bredekamp (1987), anak juga memiliki keunikan tersendiri dalam gaya belajar, minat dan latar belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
e.      Anak umumnya kaya dengan fantasi
Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada umumnya ia kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalaman-pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun. Hal ini disebabkan imajinasi anak berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Sebagai contoh, ketika anak melihat gambar sebuah robot, maka imajinasinya berkembang bagaimana robot itu berjalan dan bertempur dan seterusnya. Jika dibimbing dengan beberapa pertanyaan, maka ia dapat menceritakan melebihi apa yang mereka dengan dan lihat sesuai dengan imajinasi yang sedang berkembang pada pikirannya. Cerita atau dongeng merupakan kegiatan yang banyak digemari oleh anak sekaligus dapat melatih mengembangkan imajinasi dan kemampuan bahasa anak.
f.      Anak memiliki rentan daya konsentrasi pendek
Pada umumnya anak sulit untuk berkonstrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Ia selalu cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lain, kecuali memang kegiatan tersebut selain menyenangkan juga bervariasi dan tidak membosankan. Menurut Berg (1988) disebutkan bahwa sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya perhatian yang pendek membuat ia masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktunya yang lama, kecuali terhadap hal-hal yang menyenangkan. Pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bervariasi dan menyenangkan sehingga tidak membuat anak terpaku di tempat dan menyimak dalam jangka waktu yang lama.
g.     Masa paling potensial untuk belajar
Masa anak usia dini disebut masa golden age atau magic year, NAEYC (1992) mengemukakan bahwa masa-masa awal kehidupan tersebut sebagai masa-masanya belajar dengan slogan “Early Years are Learning Years”. Hal ini disebabkan bahwa selama rentan waktu usia dini anak mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangannya yang sangat cepat dan pesat pada berbagai aspek. Pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Oleh karena itu pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya. Pembelajaran pada periode ini merupakan wahana yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencapai tahapan sesuai dengan tugas perkembangannya.
h.     Peniru ulung
Anak usia dini merupakan seorang peniru yang ulung, pada masa ini anak melihat dan mendengar apapun dan mengaplikasikannya tanpa mempertimbangkan baik-tidak baik apa yang ditirukannya. Hal ini menuntut agar orang yang ada di sekeliling lingkungan anak haruslah bersikap wajar (sesuai) dan menjadi contoh yang baik bagi anak, sehingga dari peniruannya yang baik oleh anak maka akan menjadi suatu pembiasaan.
2.     Maria Montessori (dalam Hurlock, 1978) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi jtertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya, masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak terpenuhi maka anak akan mengalami kesukaran dalam berbahasa untuk periode selanjutnya.
Selain pendapat di atas, Maria Montessor juga menyatakan bahwa masa sensitif anak usia ini mencakup sensitiif terhadap keteraturan lingkungan, mengekplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, sensitif untuk berjalan, sensitif terhadap objek-objek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan.
3.     Erik H. Erikson (dalam Helms & Turner, 1994) yang memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative, pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya maka anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif di bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong , memberi nasihat, dan membantu mengerjakan sesuatu padahal anak dapat melakukannya sendiri, menurut Erikson dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan itu. Apabila lingkungan mendukung proses berprakarsanya maka anak dapat melaksanakan dan membuktikan prakarsanya dengan senang hati. Sebaliknya, apabila lingkungan tidak memberikan dukungan maka prakarsa itu tidak dapat terwujud dan cenderung membuat anak tidak mau mencobanya lagi.
4.     Froebel (Roopnaire, J.L & Johnson, J.E., 1993) masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Masa anak usia dini sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggara pendidikan. Masa emas anak tersebut merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurut Froebel jika orang dewasa mampu menyediakan suatu “taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak maka anak akan berkembang secara wajar.
5.     Jean Piaget dan Lev Vygotsky (kelompok Konstruktivis), anak bersifat aktif dan memiliki kemampuan untukmembangun pengetahuannya. Secara mental anka mengkonstruksi pengetahuannya melalui refleksi terhadap pengalamannya. Anak memperoleh pengetahuan bukan dengan cara menerima secara pasif dari orang lain, melainkan dnegan cara membangun pengetahuannya sendiri secara aktif melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak adalah mahluk belajar aktif yang dapat mengkreasi dan membangun pengetahuannya.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat disaksikan anak tidak takut untuk mencoba dan menemukan sesuatu. Apabila anak sedang bermain pasir, anak akan terus mencoba memasukan pasir dari satu tempat ke tempat lain. Apabila pasir di suatu tempat itu penuh, ia akan menumpahkannya dan mengisinya kembali. Aktivitas seperti itu terus diulang seolah anak tidak lelah melakukannya. Ketika bermain seperti itu, anak mencoba mengamati dan membangun pengetahuannya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar