KARAKTERISTIK ANAK USIA
DINI
Pada
pendidikan anak usia dini, haruslah mengetahui siapa anak yang akan dihadapi
dan bagaimana karakteristiknya yang dimiliki mereka. Batasan tentang masa anak
ditemukan cukup bervariasi. Dalam pandangan mutakhir yang lazim dianut di
Negara maju, istilah anak usia dini (early
childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun, apabila
dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia maka yang termasuk
dalam kelompok anak usia dini adalah anak baru lahir sampai anak-anak usia
Taman Kanak-kanak (kindergarden),
yaitu sampai usia 6 tahun.
Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Ia
memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari dunia dan
karakteristik orang dewasa. Ia sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir
selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarkannya, serta
seolah-oleh tidak pernah berhenti belajar. Menurut pandangan psikologis anak
usia dini memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak lain yang
berada di atas usia 8 tahun. Beberapa pakar mengemukakan mengenai karakteristik
anak usia dini.
1. Richard D. Kelloguh (1996)
a.
Anak bersifat egosentris
Anak cenderung melihat dan memahami sesuatu dari
sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari
perilakunya seperti masih berebut mainan, menangis bila menghendaki sesuatu
yang tidak dipenuhi oleh orang tuanya atau melaksanakan sesuatu terhadap orang
lain. Karakteristik ini terkait dengan
perkembangan kognitifnya yang menurut Piaget disebutkan bahwa anak usia dini
sedang berada pada fase transisi dan fase praoperasional (2-7 tahun) ke fase
operasional konkret (7-11 tahun). Keterampilan yang sangat diperlukan dalam
mengurangi egosentris di antaranya adalah dengan mengejarkan anak untuk
mendengarkan orang lain serta memahami dan berempati pada anak.
b. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar
Menurut persepsi anak, dunia ini dipenuhi
hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan
anak yang tinggi. Rasa keingintahuan sangatlah bervariasi tergantung dengan apa
yang menarik perhatiannya. Sebagai contoh anak tertarik dengan benda yang
menimbulkan akibat dari pada benda yang terjadi dengan sendirinya. Dalam Brooks and Brooks (1993:29) dikemukakan
bahwa keuntungn yang dapat diambil dari rasa keingintahuannya adalah dnegan
menggunakan fenomena atau kejadian yang tidak biasa. Kejadian yang tidak biasa
tersebut dapat menimbulkan ketidakcocokan kognitif sehingga dapat memancing
keinginan anak untuk tekun untuk memecahkan permasalahan atau ketidakcocokan
tersebut. Meskipun terkadang sulit dikenali hubungan di antara ketidaksesuaian
tersebut namun hal ini dapat membantu mengembangkan motivasi anak untuk belajar
sains. Untuk membantu mengembangkan
kemampuan anak dalam mengelompokkan dan memahami dunianya sendiri, guru
perlu untuk menemukan masalahnya.
c.
Anak adalah mahluk sosial
Anak senang diterima dan berada dengan teman
sebayanya. Mereka senang bekerja sama dalam membuat rencana dan menyelesaikan
pekerjaannya. Mereka secara bersama saling memberikan semangat dengan sesame
temannya. Anak membangun konsep diri melalui interaksi social di sekolah. Ia
akan membangun kepuasan melalui penghargaan diri ketika diberikan kesempatan
untuk bekerja sama dengan temannya. Untuk itu pembelajaran dilakukan untuk
membantu anak dalam perkembangan pernghargaan diri. Hal ini dapat dilaksananan
dengan cara menyatukan strategi pembelajaran social seperti bekerja sama
simulasi guru dari teman sebaya dan pembelajaran silang usia.
d. Anak bersifat unik
Anak merupakan individu yang unik dimana
masing-masing memiliki bawaan minat, kapabilitas dan latar belakang kehidupan
yang berbeda satu sama lain. Disamping memiliki kesamaan, menurut Bredekamp (1987), anak juga memiliki
keunikan tersendiri dalam gaya belajar, minat dan latar belakang keluarga.
Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat
diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan
satu sama lain.
e.
Anak umumnya kaya dengan
fantasi
Anak senang dengan hal-hal yang bersifat
imajinatif, sehingga pada umumnya ia kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita
melebihi pengalaman-pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal
gaib sekalipun. Hal ini disebabkan imajinasi anak berkembang melebihi apa yang
dilihatnya. Sebagai contoh, ketika anak melihat gambar sebuah robot, maka
imajinasinya berkembang bagaimana robot itu berjalan dan bertempur dan
seterusnya. Jika dibimbing dengan beberapa pertanyaan, maka ia dapat
menceritakan melebihi apa yang mereka dengan dan lihat sesuai dengan imajinasi
yang sedang berkembang pada pikirannya. Cerita atau dongeng merupakan kegiatan
yang banyak digemari oleh anak sekaligus dapat melatih mengembangkan imajinasi
dan kemampuan bahasa anak.
f.
Anak memiliki rentan
daya konsentrasi pendek
Pada umumnya anak sulit untuk berkonstrasi pada
suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Ia selalu cepat mengalihkan
perhatian pada kegiatan lain, kecuali memang kegiatan tersebut selain
menyenangkan juga bervariasi dan tidak membosankan. Menurut Berg (1988) disebutkan bahwa sepuluh
menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk
dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya perhatian yang pendek membuat ia
masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktunya
yang lama, kecuali terhadap hal-hal yang menyenangkan. Pembelajaran dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bervariasi dan menyenangkan
sehingga tidak membuat anak terpaku di tempat dan menyimak dalam jangka waktu
yang lama.
g. Masa paling potensial untuk belajar
Masa anak usia dini disebut masa golden age atau magic year, NAEYC (1992) mengemukakan bahwa masa-masa awal
kehidupan tersebut sebagai masa-masanya belajar dengan slogan “Early Years are Learning Years”. Hal
ini disebabkan bahwa selama rentan waktu usia dini anak mengalami berbagai
pertumbuhan dan perkembangannya yang sangat cepat dan pesat pada berbagai
aspek. Pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk
tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Oleh karena itu pada masa ini
anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya.
Pembelajaran pada periode ini merupakan wahana yang memfasilitasi pertumbuhan
dan perkembangan anak guna mencapai tahapan sesuai dengan tugas
perkembangannya.
h. Peniru ulung
Anak usia dini merupakan seorang peniru yang
ulung, pada masa ini anak melihat dan mendengar apapun dan mengaplikasikannya
tanpa mempertimbangkan baik-tidak baik apa yang ditirukannya. Hal ini menuntut
agar orang yang ada di sekeliling lingkungan anak haruslah bersikap wajar
(sesuai) dan menjadi contoh yang baik bagi anak, sehingga dari peniruannya yang
baik oleh anak maka akan menjadi suatu pembiasaan.
2. Maria Montessori
(dalam Hurlock, 1978) berpendapat
bahwa usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu
suatu periode di mana suatu fungsi jtertentu perlu dirangsang, diarahkan
sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya, masa peka untuk berbicara
pada periode ini tidak terpenuhi maka anak akan mengalami kesukaran dalam
berbahasa untuk periode selanjutnya.
Selain pendapat di atas, Maria Montessor juga menyatakan bahwa
masa sensitif anak usia ini mencakup sensitiif terhadap keteraturan lingkungan,
mengekplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, sensitif untuk berjalan,
sensitif terhadap objek-objek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial
kehidupan.
3. Erik H. Erikson
(dalam Helms & Turner, 1994) yang
memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative, pada periode ini anak harus didorong untuk
mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa
yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari
lingkungannya maka anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya,
serta hal-hal yang produktif di bidang yang disenanginya. Guru yang selalu
menolong , memberi nasihat, dan membantu mengerjakan sesuatu padahal anak dapat
melakukannya sendiri, menurut Erikson dapat membuat anak tidak mendapatkan
kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan itu. Apabila
lingkungan mendukung proses berprakarsanya maka anak dapat melaksanakan dan
membuktikan prakarsanya dengan senang hati. Sebaliknya, apabila lingkungan
tidak memberikan dukungan maka prakarsa itu tidak dapat terwujud dan cenderung
membuat anak tidak mau mencobanya lagi.
4. Froebel (Roopnaire, J.L & Johnson, J.E.,
1993) masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga dan
merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Masa anak usia dini
sering dipandang sebagai masa emas (golden
age) bagi penyelenggara pendidikan. Masa emas anak tersebut merupakan fase
yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah
terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi
seseorang. Menurut Froebel jika
orang dewasa mampu menyediakan suatu “taman” yang dirancang sesuai dengan
potensi dan bawaan anak maka anak akan berkembang secara wajar.
5. Jean Piaget dan Lev
Vygotsky (kelompok Konstruktivis), anak bersifat
aktif dan memiliki kemampuan untukmembangun pengetahuannya. Secara mental anka
mengkonstruksi pengetahuannya melalui refleksi terhadap pengalamannya. Anak
memperoleh pengetahuan bukan dengan cara menerima secara pasif dari orang lain,
melainkan dnegan cara membangun pengetahuannya sendiri secara aktif melalui
interaksi dengan lingkungannya. Anak adalah mahluk belajar aktif yang dapat
mengkreasi dan membangun pengetahuannya.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat
disaksikan anak tidak takut untuk mencoba dan menemukan sesuatu. Apabila anak
sedang bermain pasir, anak akan terus mencoba memasukan pasir dari satu tempat
ke tempat lain. Apabila pasir di suatu tempat itu penuh, ia akan menumpahkannya
dan mengisinya kembali. Aktivitas seperti itu terus diulang seolah anak tidak
lelah melakukannya. Ketika bermain seperti itu, anak mencoba mengamati dan
membangun pengetahuannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar