Laman

Rabu, 16 Maret 2016

TANTANGAN DAN PENGEMBANGAN DAKWAH DI ERAGLOBALISASI


TANTANGAN DAN PENGEMBANGAN DAKWAH DI ERAGLOBALISASI

MAKALAH


diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam

Dosen:
Dra. Hj. Titing Rohayati, M. Pd.





oleh:
Deh Iyan Apriani Rohmah 1104322
Ria Mustika 1106586
Yuli Kartini Indriawati 1107145

5B-PGPAUD








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013




BAB I
PENDAHULUAN
  
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindari dan memiliki konsekuensi nyata baik bagi individu maupun kelompok. Kenyataan tersebut disebut globalisasi. Globalisasi dipercaya merupakan tangga evolusi kehidupan manusia yang akan menuntun manusia pada sebuah perkembangan zaman yang pesat dalam berbagai bidang. Jika dikatakan perkembangan maka tentu saja terdapat berbagai perubahan. Hal yang menjadi kontroversi saat ini adalah perkembangan atau perubahan sebagai akibat dari globalisasi ini tidak sepenuhnya berdampak positif. Terdapat banyak dampak negatif yang dilahirkan oleh globalisasi. Tentu saja, hal tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja, terutama apabila hal tersebut menyangkut aqidah atau keimanan seseorang. 
Salah satu dampak globalisasi menyamarkan antara hal yang baik dan buruk. Namun, dalam Islam ada yang disebut dakwah. Dakwah ini memiliki tujuan untuk menyeru manusia untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan yang buruk. Sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali Imron ayat 110 yaitu:
  
 “Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan, (karena) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman).”
 Dengan landasan inilah yang membuat umat Islam memiliki kewajiban untuk selalu beriman kepada Allah dan menyeru orang lain pada kebaikan serta mencegah kemungkaran. Dengan demikian, dakwah menjadi salah satu solusi bagi umat manusia dalam menghadapi tantangan globalisasi.
Globalisasi menyentuh semua bidang. Artinya, setiap peri kehidupan manusia tidak akan terlepas dari dampak positif dan negatif yang dilahirkan oleh globalisasi. Pada hakikatnya, bidang kehidupan manusia terdiri dari sosial, ekonomi, pertahanan, kesehatan dan pendidikan. Dan semua bidang tersebut dikendalikan oleh manusia. Akan muncul masalah apabila manusia tidak mampu mendapatkan nilai positif justru mendapatkan atau terjerumus pada dampak negatif globalisasi. Ketidakmampuan manusia ini berkaitan dengan pondasi agama yang lemah. Sementara alam pikirannya telah dikuasai rasionalitas globalis. Seperti manusia yang sekular, liberalis, materialistis dan lain-lain.
Solusi permasalahan di atas, sudah jelas salah satunya adalah melalui dakwah. Pertanyaanya adalah “Mungkinkah dakwah tradisonal bisa menjawab tantangan globalisasi?” apabila tidak maka  “Metode seperti apakah yang tepat untuk menjawab semua tantangan globalisasi?”. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mengantarkan penulis atau mendorong penulis untuk menyusun makalah yang berjudul “Tantangan dan Pengembangan Dakwah di Era Globalisasi”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengaruh globalisasi bagi masyarakat (umat)?
2. Bagaimana tantangan dakwah di era globalisasi?
3. Bagaimana metode pengembangan dakwah di  era globalisasi?

C. Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan penulisan makalah adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1. pengaruh globalisasi bagi masyarakat (umat);
2. tantangan dakwah di era globalisasi;
3. metode pengembangan dakwah di  era globalisasi.

D. Manfaat Penulisan Makalah
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi:
1. penulis, menambah wawasan mengenai tantangan dan pengembangan dakwah di era globalisasi;
2. pembaca, media informasi mengenai tantangan dan pengembangan dakwah di era globalisasi.

E. Metode Penulisan Makalah
Metode penulisan makalah yang digunakan oleh penulis adalah metode deduktif/studi pustaka. Yakni, penulis membaca berbagai referensi terkait permasalahan yang diangkat dalam makalah ini.

F. Sistematika Penulisan Makalah
Sistematika penulisan makalah terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, bab 1 pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, metode penulisan makalah dan sistematika penulisan makalah, bab 2 kajian teori meliputi hakikat dakwah dan hakikat globalisasi, bab 3 pembahasan meliputi pengaruh globalisasi terhadap masyarakat, tantangan dakwah di era globalisasi dan metode pengembangan dakwah di era globalisasi, bab 4 meliputi simpulan dan saran serta terakhir adalah daftar pustaka.


BAB II
KAJIAN TEORI


A. Hakikat Dakwah
 
 “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang  baik.  Sesungguhnya Tuhanmu Dialah  yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. An Nahl : 125)
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a, yang diartikan sebagai mengajak /menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr, ma’ruf dan nahyi munkar, mau’idzhoh hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah, tarbiyah, ta’lim, dan khutbah.
Munir dan Ilaihi dalam buku Manajemen Dakwah (2006:18) mengemukakan bahwa “dakwah Islam adalah sebagai kegiatan mengajak, mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan istoqomah di jalan-Nya serta berjuang bersama meninggikan agama Allah.” Dapat dijabarkan dari pernyataan diatas bahwa kata mengajak, mendorong dan memotivasi memiliki satu prinsip yang sama yaitu tabligh artinya menyampaikan sesuatu pada orang lain. Sementara bashirah adalah ilmu dan perencanaan yang baik untuk melakukan sesuatu, tentu saja dalam hal ini dakwah. Sedangkan maksud dari meniti jalan Allah adalah tujuan dari berdakwah yaitu untuk mendapatkan keridhaan Allah Swt. (mardhotillah). Istiqomah berarti dakwah hendaknya dilakukan secara berkesinambungan. Menurut Yuliani (2012:20) “…dengan menggunakan prinsip istiqomah  maka akan terlahir semangat dan potensi rohani yang menjadikan dakwah semakin menyentuh”. Dan maksud dari berjuang bersama meninggikan agama Allah adalah kegiatan dakwah dilaksanakan bukan hanya untuk menciptakan keshalehan pribadi namun keshalehan sosial sehingga agama Allah semakin kuat.  
Ulama lain yaitu Ali Makhfudh (Munir dan Ilaihi, 2006:19) menyatakan bahwa ‘dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh kebahagian dunia dan akhirat.’ Dari pernyataan ini, maka dakwah merupakan seruan untuk melakukan kebaikan dan menjauhi perbuatan tercela agar mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat.
Sementara Quraish Shihab (Munir dan Ilaihi, 2006:19) mendefinisikan ‘dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi yang tidak baik ke situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat.’ Jadi menurut Quraish dakwah adalah upaya memperbaiki diri dan masyarakat agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Berdasarkan beberapa pengertian dakwah yang telah dikemukakan oleh para ahli maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dakwah adalah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia baik pribadi maupun kelompok sehingga menjadi orang-orang yang lebih baik dari sebelumnya.


2. Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Adapun unsur-unsur tersebut meliputi da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode dakwah) dan afsar (efek dakwah).
Da’i adalah orang yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran dan pelajaran agama Islam. Orang tersebut harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semesta dan kehidupan serta solusi dari setiap masalah yang timbul juga metode berdakwah yang tepat. Sesuai dengan firman Allah Surah Ali Imron ayat 104 yaitu:



“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar . merekalah orang-orang yang beruntung.”
Mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah baik individu maupun kelompok. Mad’u adalah manusia yang muslim maupun non-muslim atau manusia secara keseluruhan. Menurut Ismail dan Herman (2011:173) 
         Mad’u digolongkan kedalam empat kategori yaitu sikap mad’u terhadap seruan dakwah,  kedua antusiasnya kepada dakwah, kemampuan dalam memahami dan menangkap pesan dakwah dan keempat kelompok mad’u berdasarkan keyakinannya. Kelompok pertama adalah al mala yaitu orang yang memiliki wewenang atas masyarakat, jumhur al –nas yaitu kelompok mayoritas yang berada dibawah kewenangan kaum penguasa, al-munafiqun yaitu orang yang menerima agama dari satu sisi tetapi menolaknya dari sisi yang lain dan al usat yaitu orang yang suka melakukan dosa walaupun di dalam hatinya masih ada pijakan agama. Golongan kedua yaitu mad’u berdasarkan antusiasnya kepada dakwah yaitu kelompok yang bersegera menerima kebenaran, pertengahan dan kelompok yang mendzalimi diri sendiri. Golongan ketiga adalah mad’u berdasarkan kemampuannya menangkap pesan dakwah meliputi orang yang berpendidikan tinggi, berpendidikan dan kelompok awam. Golongan keempat adalah mad’u menurut keyakinannya yaitu mad’u yang bergama Islam dan mad’u yang tidak beragama Islam.
Maddah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u tentu saja mengenai ajaran Islam. Menurut Munir dan Ilaihi (2006:24) “secara umum materi dakwah diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok yaitu masalah aqidah (keimanan), masalah syari’ah, masalah mu’amalah dan masalah akhlak.”
Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada mad’u. menurut Hamzah Ya’qub (Munir dan Ilaihi, 2006:32) ‘wasilah dakwah dibagi menjadi lima macam yaitu lisan, tulisan, lukisan, audio visual dan akhlak’. 
Sementara thariqah (metode) adalah cara atau jalan yang dipakai da’i untuk menyampaikan ajaran atau materi dakwah Islam. Cara yang digunakan haruslah cara yang baik seperti yang disampaikan Rasulullah Saw. dalam H.R. Bukhori Muslim
 أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال يا عائشة:
 إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ ماَ لاَ يُعْطِي عَلَى العُنْفِ وَماَ لاَ يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ. 
(رواه مسلم)

“Sesungguhnya Allah Maha lembut, mencintai kelembutan, dia memberikan kepada yang lembut apa yang tidak diberikan kepada yang kasar.”

Atsar (efek) dakwah adalah umpan balik dakwah dari mad’u. Menurut Jalaludin Rahmat (Munir dan Ilaihi, 2006:35) ‘efek dakwah terdiri dari efek kognitif (perubahan pada apa yang diketahui), efek afektif (perubahan pada apa yang dirasakan) dan efek behavioral (perubahan yang merujuk pada perilaku nyata)’.
B. Hakikat Globalisasi
Menurut Selo Sumarjan (Effendi dan Setiadi, 2010:90)
          Globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia, yang bertujuan untuk mengikuti sistem dan  kaidah-kaidah tertentu yang sama, contohnya : PBB, OKI, ASEAN, beserta hukum-hukum internasional seperti HAM yang tertuang dalam piagam PBB. 
Dari pernyataan Selo Sumarjan mengenai globalisasi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa globalisasi pada hakikatnya merupakan sebuah sistem yang memiliki aturan yang dipatuhi atau diikuti dan dijalankan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Menurut Emanuel Ritcher (http://blogbintang.com/pengertian-globalisasi-menurut-para-ahli) ‘Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia’. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa globalisasi menyebabkan manusia saling bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan pengertian globalisasi menurut para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa globalisasi adalah hasil kerjasama masyarakat dunia yang melahirkan aturan dan membuat masyarakat tersebut saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Risti Zona (www.ristizona.com/2011/01/ciri-ciri  globalisasi.html#ixzz2fmkl0g5P)
           Adapun ciri yang terlihat dalam era globalisasi antara lain:
1. Terjadinya Perubahan dalam konstantin ruang dan waktu.
Berkembangnya barang-barang seperti televisi satelit, telepon genggam dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
3. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
4. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, 
krisis  multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

Dampak dari globalisasi menurut Afand (http://afand.abatasa.co.id/post/detail/2761/dampak-positif-dan-dampak-negatif--globalisasi-dan-modernisasi)
Sementara dampak positf dari globalisasi adalah sebagai berikut.
1. Perubahan tata nilai dan sikap: adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
3. Tingkat kehidupan yang lebih baik: dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Sedangkan dampak negatif dari globalisasi adalah sebagai berikut.
1. Pola hidup konsumtif : perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
2. Sikap individualistik : masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
3. Gaya hidup kebarat-baratan : tidak semua budaya barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
4. Kesenjangan sosial : apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial. 



BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Globalisasi bagi Masyarakat (Umat)
Telah dipaparkan pada bab sebelumnya mengenai globalisasi. Globalisasi merupakan tangga evolusi kehidupan manusia sehingga tidak mungkin untuk dihindari begitu saja. Apalagi globalisasi menawarkan berbagai kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Walaupun demikian, manusia harus juga menghadapi dampak negatif dari globalisasi yang tidak sedikit.  
Globalisasi menyentuh atau memberikan pengaruh bagi kehidupan manusia dalam berbagai bidang. Mari kita kaji satu per satu.
1. Bidang Ideologi Politik
Misalnya negara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci dalam proses pembangunan. Pembangunan dianggap sebagai tanggungjawab semua warga negara. Sehingga proses pembangunan akan selalu melibatkan masyarakat secara aktif.
2. Bidang Sosial Budaya 
Semakin bertambah globalnya berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat dunia. Merebaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi film dan musik dalam bentuk kepingan CD/ VCD atau DVD.
3. Bidang Ekonomi
Globalisasi dan pasar bebas telah menawarkan alternatif bagi pencapaian standar hidup yang lebih tinggi. Semakin melebarnya ketimpangan pendapatan antar negara-negara kaya dengan negara-negara miskin. Munculnya perusahaan-perusahaan multinasional dan transnasional. Membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan dan monopoli usaha dan kekuasaan politik pada segelintir orang. Munculnya lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, WTO. 
4. Bidang Pendidikan
Pendidikan di Indonesia telah berkembang dengan pesat, misalnya adanya dukungan teknologi seperti komputer, in focus dan lain-lain.
5. Bidang Sosial Budaya
Pada era globalisasi disuguhkan beribu busana yang membuka aurat. Akibatnya generasi muda Islam semakin jauh dengan busana muslimah karena dinilai tidak trendy.
6. Bidang Aqidah dan Syari’ah
Toleransi antar umat beragama disalah artikan. Misalnya seorang non-muslim mengundang muslim untuk merayakan natal, valentine day dan lain-lain. Seorang muslim yang tidak mau hadir dinilai kurang toleransi.
Apabila dilihat dari bentuknya maka globalisasi memberikan pengaruh dalam dua aspek, yang dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu makanan dan minuman , serta hiburan dan pakaian.
1. Aspek makanan dan minuman
Dewasa ini, makanan dan minuman baik di desa maupun di perkotaan sudah banyak dipengaruhi oleh makanan dan minuman dari luar negeri terutama negara barat. Banyak makanan dan minuman asli dalam negeri sudah bukan jajanan yang menarik lagi bagi bangsanya sendiri. Mereka lebih tertarik dengan makanan dan minuman seperti humberger, pizza, friedchicken, dunkin donuts, coca cola, mocca float dan lain-lain. Orang akan merasa bangga mengonsumsi makanan dan minuman tersebut dibandingkan memakan gado-gado atau meminum bandrek. Lebih lanjut, banyak isu yang menyebutkan tidak sedikit orang muslim yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang haram. 
2. Aspek hiburan dan pakaian
Berpakaian bukan hanya sekedar menutupi bagian tubuh yang dikehendaki untuk ditutup, namun berpakaian adalah menutupi bagian-bagian tubuh yang disebut aurat. Semenjak globalisasi menyebar, banyak pakaian yang dapat mengumbar aurat dan membentuk lekuk tubuh. Gaya berpakaian seperti ini bukanlah cara berpakaian orang Timur apalagi umat Islam. Sayangnya, sudah banyak yang tidak mempedulikan hal tersebut dengan alasan ingin selalu mengikuti trend dan ingin dikatakan trendy.
Hiburan itu banyak jenisnya. Namun, tidak semua hiburan sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah. Seperti, pergi ke pub atau diskotik melihat banyak maksiat bahkan melakukan hal tersebut misalnya mabuk-mabukan. Hiburan macam ini adalah dampak negatif globalisasi yang membuat degradasi moral bangsa.
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh globalisasi bagi masyarakat (umat) adalah sebagai berikut.
1. Masyarakat yang terbuka tanpa sekat;
2. Masyarakat ilmiah yang kritis dan rasionalis;
3. Masyarakat yang serba kompetitif dan hedoni;
4. Masyarakat yang dekade dan liberal.

B. Tantangan Dakwah di Era Globalisasi
Hidup adalah sebuah perjuangan adalah terminologi yang sudah ada sejak zaman nabi. Terminologi ini memberitahukan manusia bahwa di dunia akan ada tantangan dan agar tetap bisa bertahan serta hidup bahagia di dunia ini maka harus berjuang untuk melewati tantangan tersebut. Begitupun untuk kehidupan kita nanti di akhirat perlu berjuang untuk bahagia di akhirat. Banyak yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat. Namun, untuk mendapatkannya tidak semudah membalikkan telapak tangan yang kosong melainkan seperti membalikkan tangan yang diapit keping baja.
Salah satu yang menjadi tantangan dalam hidup manusia adalah pengaruh globalisasi yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Banyak solusi untuk mendapatkan kesuksesan dalam menjawab tantangan tersebut. Namun, tentu saja satu hal yang menjadi dasar dan utama dari semua solusi itu adalah agama. Agama yang dimaksud tentu saja agama Islam karena hanya agama Islamlah yang bisa menjawab semua tantangan tanpa mendapatkan efek negatif. Tentu saja berbeda dengan agama lain. Seperti yang telah Allah firmankan dalam Q.S. Ali- Imron ayat 19 yaitu: 
 

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”
Islam menyediakan berbagai cara untuk menjawab setiap tantangan hidup termasuk pengaruh globalisasi. Salah satu di antaranya adalah melalui dakwah. Apalagi dakwah merupakan sebuah upaya yang bukan hanya menciptakan keshalehan pribadi namun juga keshalehan sosial. Artinya, dakwah sangat cocok untuk menjawab tantangan globalisasi. Mengapa demikian? karena pengaruh globalisasi tidak menyentuh satu pihak tetapi banyak pihak bahkan masyarakat di seluruh dunia. Setiap pihak akan mempengaruhi pihak lainnya. 
Apabila sudah diketahui solusi terbebas dari tantangan globalisasi adalah dakwah maka lakukanlah dakwah. Namun, harus diingat bahwa menjawab setiap tantangan tidak semudah membalikkan telapak tangan yang kosong melainkan seperti membalikkan tangan yang diapit keping baja. Masih ada masalah yang muncul yakni dalam melakukan dakwah di era globalisasi ini pun terdapat tantangannya. Dan tantangan inilah yang perlu diketahui, dikaji dan dipahami dengan baik. Karena itulah kunci pertama dan utama dari penyelesaian masalah terkait tantangan dakwah di era globalisasi ini. Mari kita kaji setiap tantangan dakwah di era globalisasi dengan bekal pengetahuan dari pembahasan-pembahasan sebelumnya.
Pada hakikatnya tantangan di era globalisasi ini menekankan pada pola pikir manusia. Istilah yang lebih dikenal Ghozwul Fikri. Lebih lanjut, Ghozwul Fikri adalah perang pemikiran. Ghozwul Fikri memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan perang fisik. Abdul Halim El-Muhammady (1992:95) mengungkapkan bahwa 
      Perang pemikiran memiliki banyak keunggulan dibandingkan perang fisik yaitu pertama, dana yang diperlukan tidak sebesar dana yang diperlukan untuk perang fisik. Kedua, sasaran daripada ghazwul fikri ini tidak terbatas. Ketiga, serangannya dapat mengenai siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Keempat, tidak ada korban dari pihak penyerang. Kelima, korban tidak merasakan bahwa sesungguhnya dirinya dalam kondisi diserang. Keenam, kesan yang dihasilkan sangat fatal dan berjangka panjang. Ketujuh, efektif dan efisien.
Ghozwul Fikri diawali dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat. Perang pemikiran bermula dari pemikiran yang menganggap bahwa tidak ada cara yang lebih unggul untuk menghancurkan umat, terkecuali dengan terlebih dahulu memudarkan nilai moral umat tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Q.S Al-Isra : 73 
 
“Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia.”
Dari pembahasan yang dipaparkan diatas maka dapat kita ketahui bahwa tantangan dakwah yang dihadapi da’i maupun mad’u di era globalisasi ini dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu:
1. Faktor tantangan internal yang datang dari da’i.
Maksud faktor tantangan internal ialah faktor yang timbul dari dalam diri  pendakwah  ataupun  da’i  itu  sendiri  karena  sebab-sebab  tertentu. Meliputi, pertama da’i yang ada di tengah masyarakat pada umumnya tidak memahami sepenuhnya agama Islam, sehingga penyampaian Islam hanya menyampaikan dari satu sudut pandang yang menimbulkan pemahaman yang picik, fanatik bahkan muncul banyaknya aliran sesat.  Kedua, da’i yang pada dasarnya kurang kompeten dan kurang persiapan dalam menyampaikan materi dakwah. Padahal hal ini mempengaruhi penyampaian materi agar tidak monoton.Ketiga adalah da’i melakukan dakwah dengan tujuan untuk mencari penghasilan. Keempat, da’i  yang  mencampurkan urusan pribadi dengan 
urusan dakwah. Kelima, terdapat model dakwah da’i yang tidak benar seperti yang dilakukan oleh para teroris dengan beranggapan bahwa jalan yang ditempuhnya adalah untuk berjihad mengatas namakan ajaran agama Islam.
2. Faktor eksternal yang datang dari mad’u
 Adapun faktor yang dapat menyebabkan tantangan dakwah di era globalisasi semakin kompleks  yaitu faktor eksternal yang timbul dari mad’u-nya sendiri berupa masyarakat yang ilmiah dan kritis sehingga masyarakat menuntut rasionalitas dari setiap materi dakwah yang disampaikan. Selain itu masyarakat yang terbuka tanpa sekat yaitu menerima semua informasi atau pengaruh tanpa memfilter atau memilih yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Adapula masyarakat dekade dan liberal, yang memiliki paham kebebasan dalam menanggapi realitas hidup. Masyarakat yang tidak mempercayai ajaran Islam sebagai akibat dari perilaku teroris yang mengatasnamakan umat Islam.
Tantangan dalam melakukan dakwah di era globalisasi hendaknya tidak menjadikan umat Islam putus asa dalam berdakwah. Sesulit apapun tantangan-tantangan tersebut, Allah Swt. pasti memberikan kemudahan dalam menyelesaikannya. Sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Q. S. Al Insyiroh ayat 5 yaitu: 
 
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.



C. Metode Pengembangan Dakwah di  Era Globalisasi
Firman Allah Swt. dalam Q. S. Al-Qisos ayat 56 yaitu:
         “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”.
Dari ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa pemberian hidayah agar seseorang itu menerima dakwah adalah hak Allah Swt., kewajiban umat muslim adalah berdakwah sesuai kemampuan yang dimiliki. Adapun dalam menerapkan sebuah metode harus memerhatikan beberapa hal yaitu pertama, dakwah Bi Al-Hikmah yaitu berdakwah dengan memerhatikan situasi dan kondisi mad’u dengan menitikberatkan pada kemampuannya. Sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam mad’u tidak akan merasa keberatan atau terpaksa. Kedua berdakwah dengan Al-Mau’idzah Al-Hasana ( pelajaran yang baik ) yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan dapat menyentuh hati mad’u. Ketiga berdakwah Mujadallah billati Hiya Ahsan yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan sebaik-baiknya, dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan mad’u. 
Adapun metode yang dapat digunakan dalam berdakwah di era globalisasi adalah  pertama, Dakwah Bi Al-Kitabah yaitu berdakwah melalui buku, majalah, surat, surat kabar, spanduk, pamplet, lukisan-lukisan dan sebagainya, juga dengan menggunakan dunia maya/internet. Kedua, Dakwah Bi Al-Lisan yaitu metode dakwah dengan melakukan ceramah, seminar, diskusi, khutbah, saresehan, obrolan dan lain-lain.  Kegiatan penyampaian ajaran agama Islam secara lisan  ini biasanya dilakukan di majelis-majelis taklim, mesjid-mesjid dan mimbar-mimbar keagamaan. Bentuk kegiatan Dakwah Bi Al Lisan dapat dilakukan dalam rangka bimbingan penyuluhan Islam (irsyad), manajemen dakwah (tadbir), dan pengembangan masyarakat Islam (tatwir). Ketiga Dakwah Bi Al-Hal yaitu metode dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata dan tindakan serta memberikan contoh yang baik sehingga manusia mudah memahami dan mengikutinya tanpa harus mengajak dengan lisannya. Cara ini seringkali dilakukan oleh Rasulullah seperti perilaku yang sopan sesuai ajaran Islam seperti  memelihara lingkungan, dan lain sebagainya.


BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
1. Pengaruh globalisasi bagi masyarakat (umat) adalah masyarakat yang terbuka tanpa sekat, masyarakat ilmiah yang kritis dan rasionalis,masyarakat yang serba kompetitif dan hedoni dan  masyarakat yang dekade dan liberal;
2. Tantangan pengembangan dakwah berasal dari dua faktor, yaitu faktor internal (da’i) dan faktor eksternal (mad’u);
3. Metode yang tepat dalam dakwah di era globalisasi adalah Dakwah Bil Al Kitabah, Dakwah Bil Al Lisan dan Dakwah Bil Al Hal.

B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1. Umat Islam hendaknya melakukan berbagai upaya agar mampu hidup di era globalisasi dengan baik berlandaskan pondasi ajaran Islam;
2. Para da’i hendaknya memahami betul cara melakukan dakwah di era globalisasi yang penuh dengan tantangan.


DAFTAR PUSTAKA


Al- Qur’an dan Terjemahnya. (1986). Departemen Agama. Semarang : CV Alwaah.

Al- Hadits. 
Afand. (2010). Dampak Positif dan Dampak Negatif Globalisasi dan Modernisasi. [Online]. Tersedia: http://afand.abatasa.co.id/post/detail/2761/dampak-positif-dan-dampak-negatif--globalisasi-dan-modernisasi. [18 September 2013].

Effendi dan Setiadi. (2010). Pendidikan lingkungan, Sosial, Budaya dan Teknologi. Bandung : UPI Press.
Halim, A. E. M. (1992). Dinamika Dakwah Suatu Perspektif dari Zaman Awal Islam hingga Kini. Kuala Lumpur: Budaya Ilmu.
Ismail, M. A. dan Herman, P. (2006). Filsafat Dakwah. Bandung : Prenada Media Group. 

Munir, M. dan Ilaihi, S. (2006). Manajemen Dakwah. Jakarta : Prenada Media Group.
Risti Zona. (2011). Ciri-Ciri Globalisasi .[Online]. Tersedia: www.ristizona.com/2011/01/ciri-ciri  globalisasi.html#ixzz2fmkl0g5P. [18 September 2013].
Yuliani, H. (2012). Kumpulan Materi Dasar-Dasar Manajemen Dakwah. Bandung : UIN.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar