Laman

Sabtu, 24 Maret 2012

tujuan batasan dan kemungkinan pendidikan (pedagogik)

PEMBAHASAN
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Karena dibelahan bumi manapun yang terdapat adanya kehidupan pasti akan terjadi proses pendidikan, sehingga pendidikan itu sendiri tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan kita.
Pendidikan itu memang begitu penting akan tetapi kita juga harus mengetahui tujuan diadakannya pendidikan itu sendiri. Adapun pengertian pendidikan yang sudah kita ketahui adalah usaha membimbing anak yang belum dewasa menjadi dewasa. Selain kita harus mengetahui arti pendidikan itu sendiri kita harus mengetahui tujuan, batasan dan kemungkinan yang terjadi dalam proses pendidikan.
Tujuan pendidikan ini akan berkaitan dengan pandangan hidup dan nilai-nilai yang ada di masyarkat. Secara umum, tujuan pendidikan sama dengan arti pendidikan itu sendiri yaitu menjadikan manusia menjadi dewasa, namun istilah dewasa disini tentu akan beda antara satu orang dengan orang lainnya. Misalnya dewasa menurut pendidikan di Indonesia ialah berkaitan dengan sejauh mana orang itu bisa menghayati nilai-nilai pancasila. namun tetap saja akan ada orang yang berfikir bahwa dewasa disini adalah dimana kita bisa memandang segala sesuatu dengan cara berfikir kritis. Berfikir kritis disini ialah sejauh mana seseorang mampu mengekspresikan dirinya dan mampu menerapkan pengalaman hidupnya dimasa lalu untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Pendidikan merupakan suatu keharusan, karena pada hakikatnya manusia dilahirkan dengan keadaan tidak berdaya karena ia membutuhkan bantuan orang lain belum bisa melakukan segala sesuatunya sendiri. (Saduloh, 2010;72) tentu saja dalam suatu pendidikan seseorang tidak bisa langsung melakukan semuanya sendiri karena pada saat lahir seorang manusia tidak langsung dewasa dan memahami nilai dan moral yang ada dikehidupan sehingga manusia itu perlu dibimbing. Manusia juga tidak akan memiliki rasa tanggung jawab untuk menanggung segala konsekuensi dan perbuatannya tanpa mengalami proses pendidikan yang terbentuk dari suatu kebiasaan.
1. Tujuan Pendidikan
            Pendidikan merupakan sebuah proses yang didalamnya terdapat tujuan. Misalnya saja orang tua menyekolahkan anaknya, melarang anaknya untuk berbohong tentu semua itu mempunyai tujuan dan maksud yang baik untuk anak itu sendiri, tapi terkadang kita tidak menyadari bahwa dari proses itu kita sedang menjalankan tujuan pendidikan.
            Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa pedagogik adalah ilmu mendidik sehingga terdapat pengertian pendidikan, pengertian itu juga bisa dibedakan antara pendidikan dalam arti sempit dan pendidikan dalam arti luas. Pendidikan dalam arti sempit adalah bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya, artinya bahwa pendidikan ini mengajarkan kita dari hal yang belum tahu menjadi tahu. Sedangkan pendidikan dalam arti luas adalah kemampuan manusia mensejahterakan hidupnya sepanjang hayat. Henderson (Saduloh, 2010;4) artinya bahwa pendidikan itu merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung secara terus menerus yang terjalin dari hubungan sosialisasi seseorang dengan lingkungannya dari sejak lahir sampai akhir hayatnya.
Dari pemaparan diatas tentu kita bisa mengetahui tujuan dari pendidikan itu adalah kedewasaan. Kedewasaan ini telah tercapai apabila seseorang telah mampu berbuat sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, sehingga pendidikan itu sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan kita baik dalam hubungan bertbangsa dan bernegara.



A. Jenis-Jenis Tujuan Pendidikan
            Levengeld (1980) mengemukakan beberapa jenis pendidikan. Yaitu :
1.     Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan akhir yang akan dicapai oleh seseorang yang melalui pendidikan. Sebagaimana tujuan pendidikan yang telah dikemukakan diatas bahwa kedewasaan merupakan tujuan dari pendidikan itu sendiri oleh karena itu semua kegiatan pendidikan harus tertuju pada kedewasaan agar tujuan umum pendidikan itu dapat tercapai. Misalnya seorang ibu menyuruh anaknya membereskan mainan sehabis dia bermain, secara tidak langsung seorang anak itu diajarkan tanggung jawab dan dari tanggungjawab ini akan membentuk sebuah kedewasaan pada diri anak.
2.             Tujuan Khusus
Tujuan khusus ini merupan penghususan dari tujuan umum. Seperti yang telah disebutkan bahwa tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan tapi tentu kedewasaan disini masih sangatlah umum. Karena kedewasaan ini tentunya memiliki ciri tersendiri. Misalnya dalam membentuk kedewasaan anak laki-laki dengan anak perempuan tentu akan berbeda dalam cara membimbingnya. 
3.     Tujuan Insidental
Tujuan insidental adalah adalah tujuan yang menyangkut peristiwa. Misalnya saja orang tua melarang anaknya untuk mandi pada malam hari, alasannya karena si anak bisa masuk angin.
4.       Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang terdapat dalam langkah-langkah untuk mencapai tujuan umum. Misalnya saat seorang anak diajarkan untuk dapat berjalan ia harus mengalami beberapa tahapan dari merangkak, berdiri, berjalan terpatah-patah sampai akhirnya dia bisa berjalan. Inilah yang disebut tujuan sementara.
5.   Tujuan Taklengkap
Tujuan tak lengkap adalah tujuan yang hanya membahas tentang salah satu aspek pendidikan. Misalnya saat kita sedang belajar ilmu pengetahuan sosial tentu saja dalam pembelajaran itu tidak membahas tentang hitungan atau jasmani.
6.     Tujuan Intermedier
Tujuan intermedier adalah alat untuk mencapai tujuan lain khususnya tujuan sementara. Misalnya saja seseorang yang bersekolah tujuannya adalah akhirnya adalah lulus, namun pada saat dia naik kelas dari kelas satu ke kelas dua dan dari kelas dua ke kelas tiga itu merupakan tujuan intermedier

B. Batas-Batas Pendidikan
Pendidikan sebagai sesuatu yang sangat diperlukan dalam kehidupan tentu tidak akan berjalan tanpa adanya batas-batas dalam pendidikan itu sendiri. Adanya batasan ini tentunya sangat penting dalam suatu pendidikan karena tanpa adanya batasan pendidikan kita tidak akan tahu sejauh mana kita bisa mendidik anak didik kita, batasan ini juga akan semakin memperkecil kekeliruan atau kesalahan dalam melakukan pendidikan. Setelah adanya batasan, sebelum melakukan proses pendidikan seorang pendidik harus mengetahui potensi yang dimiliki oleh anak didiknya.





Dibawah ini terdapat lima pandangan mengenai batas-batas pendidikan.
1.     Pendidik
      Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab membimbing seorang anak untuk mencapai kedewasaanya. Pendidik disini adalah orang tua dan guru, keduanya memiliki peran yang sama penting untuk membantu tercapainya kedewasaan anak, namun peran orang tua tentunya paling utama karena orang tua merupakan tempat sosialisasi utama dan pertama untuk anak dan pendidikan pun didapatkan pertama kali oleh anak dari orang tua, akan tetapi orang tua juga memiliki batas dalam mendidik anak misalnya saat disekolah anak tidak lagi mendapat didikan dari orang tuanya akan tetapi gurulah yang menggantikan peran orang tua disekolah. Namun tetap saja sedekat apapun seorang guru dengan anak didiknya disekolah itu tidak akan mampu menggantikan sepenuhnya tugas dan peran orang tuanya dirumah.
2.     Aspek pribadi anak didik
      Persoalan selanjutnya yang berhubungan dengan batas pendidikan adalah anak didik itu sendiri. Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan tergantung dari seberapa jauh anak didik tersebut mampu menerima pendidikan yang kita berikan, jangan sampai kita terlalu memaksakan pendidikan pada anak didik kita untuk diterima sepenuhnya. Anak didik merupakan sosok manusia/individu. “invidu ialah orang yang tidak tergantung  orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempuyai sifat-sifat dan keinginan sendiri” Abu Ahmadi (Saduloh, 2010;86). Oleh karena itu anak didik harus diakui keberadaannya, dia tidak bisa diperintah untuk mengikuti keinginan kita akan tetapi kita harus masuk kedalam dunianya untuk mengetahui apa yang dia inginkan dan dia sukai.


3.     Alat pendidikan
Alat pendidikan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ada. Alat pendidikan ini digunakan untuk mendidik anak secara pedagogis (katif). Misalnya saja seorang ibu yang menyuruh anaknya untuk membereskan tempat tidurnya, itu bertujuan agar anak tersebut memiliki tanggung jawab yang dimulai dfari dirinya sendiri. Ini adalah cara orang tua mendidik anak secar pedagogis agar anak itu terbiasa untuk hidup rapih dan disiplin. Kemudian dibawah ini Lavangeld mengelompoka lima jenis alat pendidikan, yaitu :
a)     Perlindungan
Perlindungan merupakan aspek pertama dalam melakukan pendidikan. Sebagai pendidik tentu saja kita harusa mampu memberikan perlindungan pada anak didik kita, karna tanpa semua itu anak tidak akan mau diajak dalam proses pendidikan. Perlindungan tersebut tidak hanya bersaifat fisik akan tetapi secara fsikisnya juga. Namun karena anak itu paling tidak bisa dilarang oleh karena itu sebagai pendidik kita harus memberikan perlindungan dalam bentuk pengawasan yang baik.
b)     Kesepahaman
Kesepahaman ini terjadi saat guru menjadi contoh untuk anak didiknya dengan memperhatikan secara tidak langsung, anak akan meniru apa yang gurunya lakukan. Tapi tetap saja kesepahaman ini bisa terjadi jika anak sudah merasa aman jika sedang bersama gurunya. Dari sinilah kita bisa melihat bahwa alat pendidikan ini berhasil membawa anak untuk mengikuti apa yang gurunya lakukan, tentu saja peniruan untuk melakukan kesepahaman ini haruslah bersifat positif.
c)     Kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan
Kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan ini ialah berupa tanggung jawab. Misalnya saat sedang bermain seorang guru hendaknya memberikan kepercayaan pada anak didiknya agar anak didiknya mempunyai tanggung jawab dalam menyelesaikan semua tugasnya.
d)     Perasaan bersatu
Perasaan bersatu ini akan timbul karena interaksi yang berlangsung antara pendidik dan anak didik yang terus menerus. Misalnya karena kebiasaan pendidik dan anak didik yang selalu bersama-sama setiap hari disekolah dalam melewati pelajaran itu akan membentuk kenyamanan pada diri anak yang membuat perasaan bersatu itu muncul pada diri keduanya.
e)     Pendidikan karena kepentingan diri sendiri
Pedidikan karena kepentingan diri sendiri, berarti pad saat itu si  anak sudah menyadari bahwa dirinya mempunyai kesadaran bahwa dirinya sudah mampu membentuk karakternya sendiri. Tugas seorang pendidik disini ialah memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada anak didik untuk melaksanakan tugas sesuai keinginan hatinya.
4.     Waktu pelaksanaan
Pada saat anak usia dini, hubungan anak dengan pendidik belum disebut sebagai kegiatan pendidikan melainkan baru dalam proses atau taraf pembiasaan. Karena anak usia dini masih bersifat serba menerima, mereka belum memahami apa itu perintah, aturan, norma dan lain sebagainya. Kegiatan pembiasaan tersebut merupakan langkah awal yang dilakukan oleh pendidik untuk mencapai kedewasaan seorang anak tersebut atau disebut juga dengan pendidikan pendahuluan.
Perbedaan pendidikan pendahuluan dengan pendidikan sebenarnya adalah ketika terjadi hubungn wibawa antara pendidik dan anak didik. Jadi pendidikan yang sebenarnya bukn merupakan kebiasaan melainkan terjadi ketika hubungn wibawa itu ada, ketika anak telah mampu menerima petunjuk dan perintah bukan hanya atas dasar ikut-ikutan atau meniru orang lain.

5.     Aspek tujuan
Tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak untuk mencapai kedewasaannya. Tujuan pendidikan pun dibagi kedalam 2 tujuan, secara mikro dan makro. Tujuan pendidikan secara mikro adalah untuk menjadikan anak didik menjadi dewasa. Sedangkan secara makro yaitu menyiapkan manusia supaya lebih bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan bangsanya.
Anak dikatakan mencapai kedewasaannya apabila dia sudah bisa dan mampu berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik secara biologis, psikologis, ekonomi dan sosial. Juga anak harus sudah bisa bertanggung jawab dalam setiap perbuatannya. Selama ank belum bertanggung jawab maka mereka belum disebut dewasa dan biasanya pendidik yang menjadi penanggung jawab dari anak didik. Apabila tujuan pendidikan itu telah tercapai maka pendidkanpun telah berakhir.

6.     Aspek lingkungan
     Lingkungan tempat dimana kita bertempat tinggal dan mendapatkan pendidikan merupakan lingkungan pendidikan. Lingkungan disekitar anak dapat dibedakan menjadi 4 macam:
1)     Lingkungan alam fisik
Lingkungan ini merupakan lingkungan berupa alam disekitar kita seperti tumbuhan, hewan, udara, rumah dan lain-lain.
2)     Lingkungan budaya
Berupa kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, adat istiadat, bahasa, seni dan lain-lain.
3)     Lingkungan sosial
Berupa hubungan interaksi antar individu yang hidup bermasyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain, tyermasuk didalamnya tentang sikap, perilaku, norma antar setiap individu.
4)     Lingkungan spiritual
Berupa lingkungan agama, keyakinan yang dianut masyarakat yang ada disekitar kehidupan dia.

C. Keharusan dan Kemungkinan Pendidikan
a)     Keharusan Pendidikan
          Didalam kehidupan manusia selalu mengalami kenaikan dan penurunan hidup, melakukan tindakan yang salah dan tindakan yang benar, dan melakukan kehidupan bermasyarakat dengan baik. Dalam hal itu, agar manusia bisa mendidik dirinya sendiri, manusia perlu diarahkan agar menjadi manusia yang ideal atau manusia yang seutuhnya. Yang bisa membedakan mana yang salah dan yang benar, agar bisa menempatkan sikap yag baik dalam hidup bermasyarakat, mematuhi nilai dan norma juga kebudayaan dimasyarakat,dan agar bisa mendidik dirinya untuk mencapai tujuan kehidupannya maka manusia harus mengalami pendidikan agar hidupnya lebih terarah.
Menurut Dewey (Abdurahman, 2009:13) salah seorang tokoh aliran filsafat Pragmatisme atau instrumentalisme dalam bukunya mengemukakan bahwa
‘penekanan pada pentingnya pendidikan karena berdasarkan tiga pokok pemikiran, yaitu (1) pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup, (2) pendidikan sebagai pertumbuhan, dan (3) pendidikan sebagai fungsi sosial.’

          Pendidikan adalah salah satu kebutuhan untuk hidup merupakan hal penting yang melandasi keharusan dalam pendidikan. Dilihat dari fungsinya pendidikan akan sangat berguna untuk menjadi bekal dan tolak ukur dalam menjalani kehidupan, baik secara individu maupun dalam bersosialisasi dimasyarakat.selain itu pendidikan juga berfungsi sebagai salah satu perjalanan dalam mencapai tujuan hidup kita yaitu kedewasaan. Dalam proses pertumbuhan hidup kita pun dipengaruhi oleh pendidikan. Dalam proses kita tumbuh beranjak menuju tingkat kedewasaan lebih tinggi manusia pun tak lepas dari pendidikan sebagai sarana dalam proses tumbuh dan kembangnya seorang manusia. Karena itu pendidikan penting sebagai pertumbuhan. Sedangkan dalam fungsi sosial pendidikan mempunyai perannya tersendiri. Pendidikan selalu mengajarkan kita bagaimana bertingkahlaku dengan masyarakat, bagaimana kita mematuhi nilai, norma dan kebudayaan masyarakat, dan bagaimana kita selalu menyeimbangkan antara kehidupan individu sebagai manusia dan kehidupan bersosialisasi dengan masyarakat. Oleh karena itu manusia harus dididik sebagai salah satu hal penting dalam fungsi sosial.
          Ada beberapa faktor yang menjadi acuan mengapa anak diharuskan untuk mendapatkan pendidikan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1.     Anak diahirkan dalam keadaan tidak berdaya
Dari sudut pandang ank, pendidikan adalah keharusan dan kebutuhan bagi anak. Karena anak lahir dengan keadaan belum bisa melakukan apapun sehingga butuh bimbingan dan didikan agar anak bisa mencapai kedewasaannya dan tidak menggantungkan diri pada orang lain sebagai tujuan dari pendidikan itu sendiri. Dengan demikian pendidikan sangat dibutuhkan oleh anak baik dari orang tua, lingkungan, dan guru disekolahnya, agar anak bisa memiliki bekal kepribadian, moral, pengetahuan dan keterampilan untuk menunjang hidupnya kelak.
Dari sudut pandang orang tua juga pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena ada rasa tanggung jawab dan kasih sayng kepada anaknya agar bisa bertahan dimasa yang akan datang tanpa menggantungkan diri pada orang lain. Secara naluriah orang tua telah mendidik anak dari anak itu lahir hingga dia bisa mendidik dirinya sendiri. Karena rasa tanggung jawab dan kasih sayang tersebut.
2.     Anak lahir tidak langsung dewasa
Dalam proses pendewasaan atau untuk menjadi dewasa memerlukan waktu yang lama. Dimasa modern ini kedewasaan sangat lebih kompleks, beda dengan zaman terdahulu. Ketika zaman terdahulu mungkin anak usia 12 tahun keatas sudah bisa berkeluarga karena dianggap telah dewasa, sedangkan dizaman modern seperti sekarang ini kedewasaan lebih diperluas lagi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini.
Untuk melanjutkan atau melewati masa dewasa anak harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin, bekal ilmu-ilmu penunjang kedewasaan itu diperoleh dari pendidikan.
3.     Manusia sebagai makhluk sosial
Hakikat seorang manusia adalah sebagai makhluk sosial. Mereka hidup saling mengunt8ngkan satu sam lain. Manusia senang hidup bersama orang lain karena manusia adalah makhluk sosial, mereka bisa saling mempengaruhi, membentuk pola prilaku, dan karakternya, menanamkan nilai dan norma, dan aturan-aturan dimasyarakat, sehingga manusia memerlukan pendidikan untuk mengarahkan kepada tujuan manusia itu sendiri yaitu mencapai kedewasaan.
4.     Manusia sebagai makhluk individu yang berdiri sendiri
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial tapi tetap saja manusia merupakan makhluk individu yang memiliki kepribadian dan karakter masing-masing. Mereka hidup bersama namun tetap antar individu.
Karena sikap, kepribadian, dan karakter setiap individu yang berbeda-beda, maka mereka perlu dididik untuk dapat belajar hidup dengan individu lain.
5.     Manusia sebagai makhluk yang dapat bertanggung jawab
Manusia merupakan makhluk yang bertanggung jawab, karena pada dasarnya setiap tindakan yang dilakukan harus dipertanggung jawabkan dengan menerima konsekuensinya. Sebagaimana dalam tujuan pendidikan adalah kedewasaan, maka manusia pun harus dididik untuk mencapai kedewasaan itu.
Salah satu bentuk kedewasaan adalah dilihat dari sikap manusia. Apabila tanggung jawab ini tidak dimiliki oleh manusia, maka kehidupan tidak akan tenang karena semua manusia akan melakukan tindakan sesuai dengan keinginannya sendiri tanpa memikirkan kepentingan orang lain.

6.     Sifat manusia dan kemungkinan terjadinya pendidikan
Seperti yang dijelaskan dalam aspek yang akan dipelajari seumur hidup kita adalah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam psikomotorik saat anak masih dalam usia dini yaitu antara 2 tahun sampai 6 tahun, mereka belum memiliki kesadaran akan kekurangannya, pada saat itu anak cenderung akan menirukan dan berbuat sesuatu. Contohnya ketika seorang kaka sedang mengerjakan tugas kemudian adiknya tiba-tiba memperhatikan kakaknya yang sedang mengerjakan tugas. Sang adik mengambil alat tulisnya dan kemudian mengikuti apa yang kakaknya kerjakan. Lalu kakaknya mengajarkan adiknya memegang pensil yang benar dan mengajarkan menulis, walaupun yang diajarkan hanya garis atau coretan-cooretan sederhana.
Dari contoh diatas, seorang kakak yang mengajarkan adiknya menulis itu belum merupakan pendidikan yang sebenarnya. Karena anak belum paham apa yang diperintahkan atau apa yang dilakukannya. Maka dari itu yang dilakukan oleh kakak tadi bukan merupakan suatu pendidikan, melainkan suatu pelatihan.
     Dengan sifat anak yang suka meniru perilaku atau sikap orang lain, suka bermain dan menerima perintah dari orang lain, maka orang tua harus membimbing dan mendidik anaknya. Pendidik harus senantiasa memberikan contoh bagi anak didiknya dan memberikan pengaruh-pengaruh perilaku yang positif untuk kedewasaannya.

b)     Kemungkinan Dididik
          Pada manusia ada hal-hal yang didapat secara alami dan ada pula ynag didapat secara proses pendidikan. Hal-hal yang didapatkan secara alami contohnya adalah jenis kelamin, bakat dan watak dari setiap individu. Sedangakan hal-hal yang didapat dari proses pendidikan contohnya pembentukan kepribadian, sikap, norma dan lain-lain. Setiap manusia itu bersifat unik, kemungkinan dididik itu tercapai apabila tidak dapat dikembangkan lagi kehidupan rohaninya khususnya kehidupan moralnya.
Menurut suyitno (http://fatamorghana.wordpress.com/2009/04/11/esensi-pendidikan) menyatakan bahwa  “ada enam  prinsip yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik, yaitu prinsip potensialitas, prinsip dinamika, prinsip individualitas, prinsip sosialitas, prinsip moralitas, dan prinsip Keberagamaan atau religiusitas.”

1)     Prinsip Potensialitas
Pendidikan bertujuan untuk mencapai kedewasaan. Salah satunya adalah untuk mencapai manusia yang ideal yaitu manusia yang dapat mengambangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya, manusi yang bertakwa, berakhlak, cerdas, dan lain-lain. Manusia juga memilikpotensi yang beraneka ragam potensi berbuat baik, mematuhi norma, potensi ilmu, karya dan lain sebagainya. Oleh sebab itu manusia akan dapat dididik karena manusia memiliki potensi untuk menjadi manusia yang ideal.
2)     Prinsip Dinamika
Pendidik diharapkan membantu  peserta didik agar mampu mencapi kedewasaannya dan menjadi manusia ideal. Sedangkan manusia itu sendiri memiliki dinamika untuk mencapai manusia yang ideal. Manusia selalu tidak pernah puas, ia selalu mengejar apa yang menjadi keinginannya. Ia selalu berusaha untuk menjadi manusia yang ideal baik secara keimanan pada Tuhannya maupun antar sesama manusia. Karena itu dinamika manusia menjadikan bahwa manusia dapat dididik.
3)     Prinsip Individualitas
   Pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik agar mampu menjadi dirinya sendiri. Disamping itu peserta didik adalahseorang  individu yang memiliki karakter yang bebas dan aktif berupaya untuk menjadi dirinya sendiri. Oleh karena itu, individualitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
4)     Prinsip Sosialitas
Pendidikan berlangsung dalam interaksi antar pendidik dan peserta didik. Melalui interaksi tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan diterima peserta dididik. Hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, mereka hidup bersama dalam bermasyarakat. Dalam kehidupan bersama ini akan terjadi huhungan timbal balik di mana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
5)     Prinsip Moralitas
   Pendidikan dilaksanakan berdasarkan sistem norma-norma  dan nilai yang berlaku dimasyarakat. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia mempunyai akhlak yang mulia dan berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat.Manusia mampu membedakan yang baik dan yang buruk. Oleh sebab itu, dimensi moralitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
6)     Prinsip Keberagamaan/religiusitas
   Umat beragama selalu meyakini bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. Agama yang diyakini seseorang, akan menjadi suatu acuan berfikir dan berbuat yang sesuai dengan hukum-hukum agama, dan ini menuntun, mengembangkan seluruh proses kehidupan manusia dan aspek sosial serta moral dalam kehidupan di masyarakatnya. Atas dasar tersebut, jelas kiranya bahwa manusia akan dapatdididik.

c)     Nativisme
            Menurut teori nativisme, anak yang baru lahir telah memiliki bakat, potensi dan sifat-sifat tertentu yang sangat menentukan terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut. Pendidikan lingkungan tidak berpengaruh apa apa terhadap perkembangan anak tersebut.

d)     Empirisme
            Menurut teori empirisme yang di pelopori oleh Jhon Locke, anak dilahirkan diumpamakan sebagai kertas putih yang bersih, anak tidak memiliki bakat dan pembawaan apa-apa. Teori ini disebut teori tabularasa
            Lingkungan adalah faktor terpenting dalam pembentukan karakter dan kepribadian juga potensi dirinya, anak dapat dibentuk sesuai dengan kehendak pendidiknya.

e)     Naturalisme
            Teori ini diperkenalkan oleh Rousseau, beliau mengatakan bahwa semua anak mempunyai pembawaan baik, lingkungan yang akan merusak pembawaan baik mereka. Menurut teori ini pendidikan yang diberikan akan merusak  perkembangan baik anak tersebut.
f)      Konvergensi
Teori ini menyebutkan bahwa pembawaan dan lingkungan pendidikan merupakan proses yang mendukung perkembangan anak. Pembawaan dan pendidikan lingkungan keduanya harus saling seimbang antara satu sama lain.
g)     Tut wuri handayani
            Konsep pendidikan ini dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Menurut beliau karakter yang menjadi karakter seseorang akan sangan dipengaruhi oleh  pembawaan dan lingkungannya, tergantung mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku seseorang tersebut. Tut wuri handayani berasal dari bahasa jawa. Konsep pendidikan tersebut lebih lengkap dengan  ing ngarso sung tulodo ing madya mangun karso tut wuri handayani.
            Arti dari penggalan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah Ing ngarso = didepan, sung = memberi, tulodo = contoh. Jadi pendidik harus berada didepan sebagai contoh yang baik terhadap anak didiknya. Ing madya = di tengah-tengah, mangun = membangun, karso = kemauan, pendidik bersama-sama berdiri ditengah-tengah anak didiknya agar senantiasa mendorong kemauan anak didiknya. Dan tut wuri = mengikuti dari belakang, handayani = memotivasi, pendidik diharapkan dapat melihat dan menemukan potensi yang ada pada diri anak didik. Jadi pendidikan menurut ki Hajar Dewantara adalah hasil interaksi antara pembawaan dan potensi dengan bakat yang dimiliki anak. Pendidik memiliki peran aktif dalam membimbing perkembangan dan potensi anak.

1 komentar: