Pengaruh Pendidik Muslim
Pada Pendidikan Anak Usia Dini
MAKALAH
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata
Kuliah
Seminar Pendidikan Agma Islam
Dosen
Dra. Hj. Titing Rohayati, M.Pd
Oleh:
Oleh:
Dian Surya Aprilyanti 1103011
Irma Noffia 1105161
Rini Fitriani 1105963
V B PG-PAUD
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu cara dalam meningkatkan mutu
pendidikan adalah dengan meningkatkan kualitas dari tenaga pendidiknya. Seorang
pendidik adalah pigur yang memiliki pengaruh besar terhadap jalannya
perkembangan yang dilalui oleh anak,
keberhasilan seorang anak dimasa yang akan datang tergantung pada bagaimana cara lingkungan di sekitarnya
memberikan pengaruh terhadap kehidupannya. Oleh karena itu, penting bagi
seorang pendidik untuk mengetahui dan dapat mengimplementasikan berbagai metode
dalam mendidik anak.
Sejalan dengan pemaparan diatas, partisipasi guru
sebagai pendidik dapat dengan menggunakan metode yang digunakan oleh Rasulullah
saw. dalam mendidik sebagai contoh teladan guru. Pigur pendidik muslim memiliki peranan yang
sangat penting dalam pendidikan karena upaya dalam mendidik tidak hanya mengedapankan
keberhasilan didunia akan tetapi keberhasilan di akhirat. Hal ini sejalan
dengan Firma-Nya Qs. Al’ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ
كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Kebesaran
Allah swt. atas rahmat-Nya yang telah menciptakan seorang Rasul yang dapat
menjadi teladan hingga akhir jaman. Namun dalam perkembangan kehidupan yang
semakin berkembang dengan pesat, tidak sedikit umat manusia yang melupakan
Rasulullah saw. sebagai suri teladan. Kenyataannya, di dalam mendidik anak terkadang orang tua
atau pendidik mengalami kendala untuk membentuk kepribdian anak yang berakhlak
mulia. Hal ini terjadi karena anak mengalami masalah dalam dirinya yaitu anak
yang mengalami ketidaknormalan atau anak
normal tetapi menunjukkan perilaku yang bermasalah. Hal tersebut adalah berbagai tantangan bagi
pendidik untuk dapat memperbaiki akhlak-akhlak anak didiknya, selain
mengembangkan kemampuan intelektual anak didik. Diperlukanlah pigur pendidik
muslim yang dapat membantu serta memperbaiki akhlak, moral, budi pekerti dan
budaya-budaya hedonisme yang terjadi saat ini.
Dengan
demikian, penulis menyusun makalah ini sebagai salah satu media informasi
tentang pentingnya ”Pengaruh Pendidik Muslim pada Pendidikan Anak Usia Dini”.
Semoga pembaca khususnya calon pendidik dapat menjadi pigur pendidik muslim
yang berpengaruh bagi terciptanya pendidikan bangsa yang madani.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana
metode Rasulullah saw. dalam mendidik?
2. Bagaimana
tugas pigur pendidik muslim dalam proses pembelajaran?
3. Bagaimana
sikap pigur pendidik muslim dalam menyikapi anak yang bermasalah?
C.
Tujuan
penulisan makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas,
makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Metode
Rasulullah saw. dalam mendidik;
2. Menjelaskan
tentang tugas pigur pendidik muslim dalam proses pembelajaran;
3. Menjelaskan
sikap pigur pendidik muslim dalam menyikapi anak yang bermasalah.
D.
Manfaat
Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan dapat
memberikan manfaat baik itu secara teoritis maupun secara praktis. Secara
teoritis makalah ini bermanfaat sebagai pentingnya pigur pendidik muslim
dimiliki oleh para pendidik. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat
bagi:
1. Penulis,
sebagai cara untuk menambah pengetahuan khususnya tentang pentingnya figure
pendidik muslim;
2. Pembaca/guru,
sebagai media informasi tentang pentingnya figure pendidik muslim baik secara teoritis maupun secara praktis.
E.
Metode
Penulisan Makalah
Metode yang digunakan dalam menyusun
makalah, mengumpulkan data, dan menganalisis data menggunakan teknik pustaka
artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang
relevan dengan tema makalah.
F.
Sistematika
Uraian
KATA PENGANTAR , DAFTAR ISI , BAB I PENDAHULUAN (Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan Makalah, Manfaat Penulisan
makalah, Metode makalah, Sistematika Uraian), BAB II KAJIAN TEORI, BAB III
PEMBAHASAN (Metode Rasulullah saw dalam mendidik, Alasan figure pendidik muslim
penting dimiliki oleh seorang pendidik, Menjelaskan hambatan dan solusi bagi
seorang pendidik muslim pada masa kini), BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN (Kesimpulan,
Saran)
BAB
II
KAJIAN
TEORI
Dalam
Undang-Undang sistem pendidikan Nasional (2003) pasal 1 ayat 14 dinyatakan
bahwa Pendidikan anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.
Tercapainya setiap
perkembangan anak merupakan cerminan dari keberhasilan pendidik dalam membimbingnya.
Menjadikan anak yang memiliki akhlak mulia akan sulit untuk diraih jika
pendidiknya sendiri tidak memiliki contoh teladan yang baik dalam mengajar.
Untuk itu, menjadi pigur pendidik muslim merupakan sosok yang harus dimiliki
oleh setiap pendidik. Arham (www.diatercinta.pun.bz/pengertian-muslim.com)
menyatakan “muslim berarti berserah diri”. Pendidik muslim merupakan pigur yang
membimbing, mengajar, dan melatih anak didik nya disertai niat hanya karena
Allah swt.
Rasulullah
saw. merupakan teladan terbaik bagi umat manusia. Semua umat muslim di dunia
mengenal bagaimana sosok Rasulullah saw. sesungguhnya. Oleh sebab itu sebagai
umat Islam kita patut untuk menjadikan Rasulullah saw. sebagai figur atau
referensi dari segala hal terutama dalam pendidikan Islam bagi anak. Ditegaskan
bahwa Rasulullah saw. adalah sosok penyabar, baik, suka menolong kepada
siapapun, penyayang, sehingga contoh terkecil yang dilakukan oleh Rasulullah
saw. adalah sebagai acuan cara mendidik anak dengan Islami. Hal ini sejalan
dengan Firman-Nya dalam Qur’an Surat Al-Anbiya:107
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya :“Dan tiadalah Kami
mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam. (qs.alanbiya:107)”
Dalam hadist-hadist
terpercaya yang telah dikumpulkan para ulama (Wendi Zarman 2011:158) menyatakan
bahwa metode pendidikan Rasulullah saw. dapat diterapkan dalam pendidikan dalam
rumah tangga ataupun di sekolah (1) menasehati melalui perkataan; (2) mendoakan
anak; (3)memberikan pujian sebagai motivasi; (4) memberikan kasih sayang yang
tulus; (5) mendidik dengan keteladanan. Sosok Rasulullah saw. memberikan petunjuk
bagi pendidik dalam hal mendidik anak. Hingga sebenarnya anak mendapatkan
haknya dalam memperoleh pendidikan dan pendidik dapat melaksanakan kewajibannya
dalam mendidik anak dengan baik. Allah swt. berfirman dalam QS.Ali Imran ayat
14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ
النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Artinya: “Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa- apa yang diingini yaitu wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan binatang-binatang ternak dan SAWah ladang.”
Sejalan
dengan ayat tersebut diterangkan bahwa anak adalah salah satu anugrah dari
Allah swt. sebagai titipan dunia yang harus dipertanggung jawabkan dalam segala
hal, termasuk dalam pendidikan. Islam
memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan anak sebelum ia
dilahirkan. Masa kanak-kanak dalam kehidupan manusia mempunyai kedudukan yang
sangat penting. Karena masa kanak-kanak merupakan umur-umur paling penting yang
didalamnya kepribadian anak terbentuk juga. Dari masa kecil pengendalian
keagamaan, pengetahuan terhadap hal-hal yang haram dan mubah pada diri seorang
anak telah terbentuk. Begitu pula dengan hati nuraninya dari sisi moral, sosial
dan emosionalnya. Hal itu karena anak mudah terpengaruh dengan lingkungan
sekitarnya terutama dari orang dewasa, yaitu anak cepat meniru, dan menerima
apa adanya masalah-masalah agama.
Sejalan dengan hal tersebut,
Rishelcha (www.blogspot.com)
menyatakan tugas khusus pendidik adalah “(1) Sebagai pengajar (instruksional) (2) Edukator (3) Pemimpin ( managerial) pakar lain menyebutkan Abdul mustaqim 2005 : 103 menyatakan
bahwa, tugas pendidik muslim dalam mendidik anak adalah (1) mengembangkan
perilaku moral pada anak (2) mengajarkan sopan santun kepada anak (3) memahami
bakat dan mengembangkan kreativitas (4) menumbuhkan dan meningkatkan minat baca
anak (5) mengurangi kemanjaan dan mendidik anak. Tugas bagi pendidik dalam
mendidik anak menurut Abdul Mustaqim 2005: 38 tentu tidak mudah, maka dari itu
seorang pendidik haruslah dapat menjadi sosok yang dapat diteladani anak
seperti (1) sabar (2) lemah lembut (3) luwes dalam bertindak dan (4) bersikap
moderat. Sikap pendidik tersebut akan terlihat dalam keseharian pendidik,
hingga anak akan meniru setiap langkah, dan gerak gurunya disadari atau tidak.
Cara
mendidik anak tidak hanya dilakukan oleh pendidik di sekolah, akan tetapi cara
mendidik anak juga harus selalu senantiasa dilakukan di luar sekolah atau rumah
yaitu oleh orang tua. Sehingga peran pendidik ataupun orang tua harus mampu
memberikan lingkungan yang cocok sehingga anak terdidik dan tumbuh dengan baik
di dalamnya. Sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah saw bahwa memberikan pendidikan
bagi anak harus dengan penuh kasih sayang. Di dalam pendidikan Islam itu bukan
hanya teori – teori saja yang diajarkan, akan tetapi implementasi secara
praktikum pun harus disampaikan dan diberikan kepada anak. Dengan contoh –
contoh yang baik, yang patut untuk ditiru oleh anak. Namun di dalam implementasinya, tidak jarang pendidik menemukan
masalah yang terjadi pada anak sehingga mengganggu pada proses perkembangannya.
Firman Allah swt. Dalam QS. At-taghabun ayat:15
Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu
hanyalah cobaan (bagimu) dan disisi Allah-lah pahala yang besar”.
Anak
dapat menjadi cobaan bagi orang tua di dunia untuk menguji keimanan kedua orang tuanya, diantaranya
ujian saat anak berprestasi ataupun anak yang bermasalah. Sehubungan dengan
ayat tersebut maka sebagai pendidik tentunya harus mengetahui bagaimana cara
untuk mengatasi anak yang bermasalah.
Abdul
Mustaqim 2005:145 mengemukakan tentang kiat-kiat menangani anak yang bermasalah
diantaranya (1) Bagaimana menangani anak yang malas, (2) Bagaimana menangani
anak yang suka berbohong, (3) Mengatasi rasa takut pada anak, (4) Jika prestasi
anak menurun, (5) mengatasi anak yang sulit belajar, (6) Mengatasi anak yang
sulit bergaul dengan teman sebaya. Anak sangat membutuhkan bimbingan dalam
menjalani kehidupannya, karena anak belum mengetahui konsekuensi dari perbuatan
atau perilaku yang dilakukannya, bimbingan dari pendidik dapat membawa anak
menjadi pribadi yang diharapkan sesuai dengan nilai dan norma yang ada.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Metode
Rasulullah saw dalam mendidik
Di dalam Firman-Nya telah ditegaskan
bahwa Rasulullah saw. merupakan teladan terbaik bagi seluruh umat manusia. Setiap
perilaku yang dilakukan oleh Rasul merupakan acuan bagi umat manusia dalam segala
hal, termasuk dalam pendidikan anak. Mengingat bahwa anak merupakan suatu
investasi masa depan maka sangat penting menyiapkan pendidikan anak yang
dimulai sejak dini. Tercapainya suatu pendidikan yang telah dirancang dengan
baik, tidak terlepas dari pigur yang mengimplementasikannya yaitu guru ataupun
orang tua melalui proses pembelajaran. Sehingga pigur pendidik muslim dalam
pendidikan menjadi penting keberadaannya. Metode Rasulullah saw. dalam mendidik
merupakan cara-cara yang dilakukan olehnya dalam mendidik anak. Melalui metode Rasul, pendidik dapat
mencontoh hal-hal yang dilakukan olehnya, mengambil pelajaran (ibrah) sehingga
pembelajaran yang diberikan pada anak akan bermanfaat dan menjadikan anak didik
memiliki akhlakul karimah. Berikut ini merupakan metode Rasulullah yang
diterapkan oleh pendidik muslim.
1.
Menasehati
melalui perkataan
Dalam Kamus Bahasa Indonesia,
nasehat adalah ajaran yang baik. Artinya bahwa menasehati anak adalah
mengajarkan kebaikan. Menasehati adalah cara paling mendasar dan sering
dilakukan oleh pendidik, oleh karena itu penting untuk diperhatikan bagaimana
cara yang baik untuk menyampaikan nasehat kepada anak. Untuk itu, ketika
menasehati penting untuk diperhatikan kedisiplinan dalam berbicara baik itu
kata-kata yang diucapkan, ataupun irama saat berbicara. Jangan sampai maksud
baik untuk menasehati memiliki pengertian yang salah bagi anak hanya karena
cara menyampaikannya yang salah. Allah swt menegaskan dalam Qur’an surat Luqman
tentang pendidikan dilihat dari nasehat-nasehat yang diberikan. Sebenarnya,
Luqman al-Hakim adalah seorang pria yang shaleh dan namanya diabadikan menjadi
nama surat dalam Al-Qur’an. Sebagai contoh, ketika menasehati anak supaya
bersikap sopan dan patuh terhadap orangtua, maka sampaikanlah dengan bijaksana
sehingga anak memahami bahwa menyayangi,mendidik, merawat, dan menjaganya dari
bahaya dilakukannya sepenuh hati tanpa mengaharapkan balasan apapun dari sang
anak. Hal ini sejalan dengan Firman-Nya dalam Q.S Luqman:13
Artinya : “Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-yapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
2.
Mendoakan
anak
Pada
waktu ibadah atau dalam keadaan apapun Rasulullah SAW adalah orang yang suka
berdo’a. Beliau banyak mendo’akan keluarga, sahabat-sahabat dan umat islam pada
umumnya. Dengan berdo’a bersungguh-sungguh kepada Allah SWT, niscaya Allah akan
mengabulkan do’a yang dipanjatkan hambaNya. Maka dari itu, pendidik tentunya
harus senantiasa mendo’akan anak didik nya supaya diberikan kebahagiaan baik di
dunia maupun di akhirat, karena sekeras apapun untuk mengupayakan keberhasilan
anak, pada akhirnya hanya Allah lah yang akan menentukan. Pendidik juga tidak
boleh lupa untuk mengajarkan anak supaya senantiasa berdo’a untuk dirinya
sendiri, meminta kepada kedua orang tua, kakek, nenek dan orang-orang yang
shaleh baik dikala ia dalam kesulitan ataupun dalam keadaan lapang. Dengan
mengajarkan anak untuk selalu berdo’a kepada Allah SWT telah menjadikannya
termasuk dalam golongan anak yang soleh, karena Allah SWT menyukai hamba-hamba
yang suka berdo’a kepada-Nya. Sejalan dengan Firman Allah SWT dalam QS.
Al-mu’minun [40]:60.
دَاخِرِينَ جَهَنَّمَ
سَيَدْخُلُونَ
عِبَادَتِي
عَنْ
يَسْتَكْبِرُونَ
الَّذِينَ
إِنَّ
ۚ
لَكُمْ
أَسْتَجِبْ
ادْعُونِي
رَبُّكُمُ
وَقَالَ
Artinya:“Berdo’alah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah (berdo’a) kepada-Ku akan
masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina”
Maha
Suci Allah dengan segala FirmanNya, sebagai pendidik penting untuk diingat
bahwa janganlah mendo’akan keburukan bagi anak. Terkadang dalam keadaan emosi
yang meluap-luap orang tua tidak sadar dan tidak berhati-hati sehingga
mengungkapkan suatu hal yang buruk, padahal hal itu dapat menjadi do’a yang
dikabulkan oleh Allah SWT. Misalnya ketika marah orang tua mengatakan “Dasar
kamu anak yang malas”, maka hal itu bisa saja dikabulkan Allah SWT sehingga anak benar-benar menjadi anak pemalas. Larangan mendo’akan keburukan
terhadap anak telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Beliau mengingatkan kepada
umat manusia supaya berhati-hati karena bisa saja Allah SWT mengabulkan
keburukan tersebut.
3.
Pujian
sebagai motivasi
Banyak
cara yang dilakukan oleh orang tua dalam memotivasi anak supaya menjadi giat
belajar. Mulai dari cara yang halus maupun tegas namun tetap saja tidak ada
perubahan dalam diri anak. Mungkin saja sebagian orang tua melakukannya dengan
mengiming-iminngi hadiah yang akan diberikan, sehingga membuat anak giat untuk belajar. Namun kenyataannya, ini
bukan hal yang mudah, untuk sementara waktu anak mau, semangat dan giat dalam
belajar, namun pada akhirnya begitu mendapatkan hadiah yang di inginkan,
kebiasaan belajar kian mengendor dan bahkan hilang. Hal ini membuat orang tua kehabisan akal dalam
memotivasinya. Maka dari itu, guru ataupun orang tua dapat mempraktikkan metode
memotivasi Rasulullah SAW yang sangat sederhana yaitu dengan memberikan pujian
tanpa menghilangkan esensi nasehat itu sendiri. Misalnya dengan mengatakan
“Nak, kau adalah anak yang sangat mandiri dan bertanggung jawab jika sehabis
main kamu membereskan kembali mainannya”. Pujian
ini akan memberikan efek yang berbeda dibandingkan dengan hanya menyampikannya
begitu saja, selain itu pujian ini akan membantu anak untuk mengidentifikasi
siapa dirinya. Jika seorang anak sering dipuji sebagai anak yang soleh maka ia
akan memandang dirinya memang soleh. Hal penting lainnya yang harus diingat
adalah memberikan pujian yang sewajarnya terhadap anak supaya tidak membuatnya
menjadi sombong.
4.
Kasih
sayang yang tulus
Menunjukkan
kasih sayang terhadap anak tidak harus selalu dengan ungkapan kata-kata,
melainkan dapat ditunjukkan melalui sentuhan-sentuhan fisik seperti memeluk,
mencium, merangkul, mengusap rambut, menggendong dan sebagainya. Hal ini telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW terhadap anak cucunya dan anak yang lainnya.
Beliau tidak segan untuk mencium, menggendong, dan merangkul anak-anak
dihadapan orang banyak sekalipun.
Memberikan ciuman terhadap anak
bukan hanya sebagi tanda kecintaan kedua orang tua terhadap anaknya, melainkan
dapat bernilai ibadah yang dapat mengantarkan orang tua menjadi ahli surga.
Sebagaimana Sabda Rasul yang artinya “perbanyaklah
kamu mencium anak cucumu, karena imbalan dari setiap ciuman adalah surga”.
Ada
3 manfaat yang yang dapat diperoleh dari sentuhan kasih sayang. Pertama akan mendekatkan jiwa orang tua dengan anak.
Kedekatan orang tua dengan anak dapat meningkatkan ikatan batin antar keduanya,
sehingga hubungan keluarga selalu tercipta harmonis. Kedua, adanya kepercayaan sehingga menjadikan anak selalu terbuka
kepada orang tua. Dengan begitu, anak akan selalu menjadikan orangtua nya
sebagai tempat bercerita pengalaman dan perasaannya. Hal ini dapat memberikan
keuntungan bagi orang tua untuk menilai perkembangan anaknya. Ketiga, akan memberikan dampak positif
terhadap perkembangan emosi anak.
5.
Mendidik
dengan keteladanan
Keteladanan merupakan pondasi dari
pendidikan. Pendidikan tanpa adanya keteladanan hanyalah suatu kemunafikan.
Artinya untuk mengajarkan suatu kebaikan haruslah dengan menunjukkan dan
mencontohkan perilaku baik pula, sehingga tidak berlainan dengan apa yang
dinasehatkannya. Pendidik penting untuk mewaspadai peneladanan anak di luar
rumah atau sekolah, karena anak dapat meneladani sesuatu hal yang seharusnya
tidak ditiru seperti teladan yang di tampilkan dari televisi, internet atau
film-film yang ditonton. Miasalnya anak meneladani idolanya, yang rambutnya
diwarnai, memakai perhiasan yang berlebihan, dan lain sebagainya. Oleh karena
itu pendidik perlu mencermati siapa yang
menjadi idola anak. Sebagai pendidik yang menjadi teladan perlu untuk memahami
prinsip-prinsip keteladanan. Pertama pigur
pendidik muslim teladan akan memiliki kepribadian yang kuat artinya pendidik
tersebut dapat menjadi seseorang yang memilliki keutamaan dimata anak didiknya,
sehingga pantas untuk diteladani. Kedua,
bagi pigur pendidik muslim keteladanan akan dilakukan secara alamiah, artinya
sifat-sifat teladan itu merupakan cerminan akhlak dari pendidik tersebut. Ketiga, keteladanan yang ditunjukkan
pigur pendidik muslim adalah bersifat konsisten.
Pada
dasarnya setiap anak memiliki pembawaan yang berbeda-beda, seperti memiliki
sifat pendiam, pemarah, cerdas, dan sebagainya. Sifat-sifat yang dimiliki anak
bergantung pada pola asuh yang diperoleh anak. Perbedaan karakter ini juga
memunculkan tanggapan yang berbeda-beda antara anak satu dengan yang lain,
seperti anak sudah mengerti dengan diberikan sedikit nasihat, anak sudah
mengerti dengan hanya melihat ekspresi orang tuanya, namun ada juga anak yang perlu diingatkan
dengan keras untuk membuatnya mengerti. Perbedaan karekter ini membutuhkan
pendekatan pendidikan yang berbeda pula, namun dalam Islam pigur pendidik
ditekankan untuk lemah lembut dan ramah tamah dalam mendidik anak. Sehingga
pemberian hukuman dan penghargaan
merupakan sesuatu hal yang lazim dialami anak atas perilakunya, hal ini
sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Maryam ayat 97
Artinya:
“maka sesungguhnya telah kami mudahkan al-qur’an itu dengan bahasamu
agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan al-qur’an itu kepada orang-orang yang bertaqwa,
dan agar kamu memberi peringatan dengannya
kepada kaum yang membangkang.”
Maha suci Allah SWT dengan segala
firmannya, meskipun demikian dalam konteks pendidikan Rasulullah SAW, terbilang
sangat jarang menghukum dan cenderung sering memberi penghargaan. Pernyataan
ini menjadi tolak ukur bagi pigur pendidik muslim bahwa pendidik lebih baik
membrikan penghargaan kepada anak dari pada hukuman. Pigur pendidik muslim
sebaiknya mengetahui prinsip dalam memberikan penghargaan kepada anak seperti
pemberian penghargaan tidak harus berupa materi, penghargaan yang diberikan
karena proses bukan hasil, penghargaan tersebut tidak harus mengikuti keinginan
anak, berikan penghargaan sepantasnya dan tidak berlebihan, dan pendidik harus
memberikan penghargaan yang telah dijanjikan kepada anak.
Hukman bukanlah hal yang diharamkan
diberikan kepada anak, adapun dalam memberikan hukuman kepada anak sebaiknya
pigur pendidik muslim sebaiknya mengetahui prinsip dalam memberikan hukuman,
sepertti memberi tahukan kesalahan anak, memberikan hukuman secara bertahap,
tidak mengatakan kata-kata kasar, pendidik tidak sepenuhnya menyalahkan anak
atas kesalahannya karena pendidik ikut andil dalam mendidik anak, hukuman yang
diberikan sesuai atas dasar perilaku anak, konsisten dalam menghukum dan
hukuman yang diberikan adalah bertujuan untuk memperbaiki perilaku anak.
B.
Tugas-Tugas
Pendidik Muslim Dalam Proses Pembelajaran
Setiap
makhluk hidup di dunia ini memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan perannya
masing-masing. Pendidik merupakan salah satu pigur yang amat sangat ditiru oleh
anak didiknya, sehingga adanya suatu kewajiban untuk menciptakan perilaku yang
baik yang dapat ditiru oleh anak didiknya. Kewajiban seorang pendidik
diantaranya yaitu mendidik, membimbing, mengajar serta tanggung jawab terhadap
tugas yang dipeganggnya sebagai guru.
Tugas pendidik itu pun tidak hanya dilakukan oleh guru saja akan tetapi
orang tua pun ikut andil dalam peranan kehidupan anak. Menjadi seorang pendidik
tidaklah mudah apalagi untuk menjalankan tugas apa yang harus dikerjakannya,
pendidik harus mampu terjun langsung dalam kehidupan anak, menyelami kehidupan
sehari-hari anak. Begitupun sebagai pendidik muslim memiliki tugas bagaimana
cara mendidik anak dalam proses pembelajaran dengan baik, karena menjadi pendidik yang baik termasuk syarat
utama yang akan membantu jalannya suatu pendidikan.
Dengan
adanya pendidik muslim, maka akan menciptakan anak didik yang memiliki budi
pekerti yang baik, karena di dalam pendidikan yang penuh akan kasih sayang, perhatian yang
tulus, dan bimbingan yang islami akan
membentuk perilaku serta sikap anak yang sesuai norma dan ajaran agama.
Kesuksesan dalam mendidik sangat terlihat dari seorang pendidik itu sendiri.
Bagaimana kemampuan pendidik menjalankan tugasnya dengan baik dalam proses
pembelajaran. Maka sebagai pendidik harus memiliki sifat-sifat yang baik dalam
membimbing dan mendidik anak. Sifat-sifat yang tentunya membawa pengaruh
positif terhadap perkembangan kehidupan anak didiknya.
Pendidik dalam islam bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik dalam mengembangkan potensinya serta pencapaian tujuan
dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Menjadi pendidik
muslim harus mampu membentuk pribadi anak yang shaleh, membentuk perilaku anak
ke arah yang positif sehingga anak mampu untuk menyesuaikan diri di dalam
limgkungannya serta mampu diterima di lingkungannya. Selain itu juga pendidik
harus mampu mengembangkan
profesionalitas diri sesuai perkembagan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dan pendidik juga sebagai pengganti orang tua anak selama berada di dalam lingkungan
sekolah.
Dari beberapa penjelasan
di atas maka adapun beberapa tugas pokok sebagai pendidik muslim dalam proses
pembelajaran anak, sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al baqarah ayat 129
رَبّـَنَا وَابْعَثْ فِـيْهِمْ رَسُـوْلًا مِـنْهُمْ
يَتْلُوْاعَلَيْهِمْ اَيَااتِـكَ وَيُـعَلِّمُهُـمُاالكِتـاَبَ
وَالحِكْمَةَ
وَيُزَكِّـهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ العَزِيْزُ الحَكِيْم ُ
Artinya : “Wahai Tuhan kami, Bangkitkanlah dari kalangan anak kami seorang
rasul, yang membacakan kepada
mereka tentang ayat-ayat Mu, dan mengajari mereka tentang kitab dan hikmah, serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha bijaksana.
Maka dari itu dapat disimpulkan beberapa tugas pendidik muslim diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Sebagai pengajar (instruksional)
Merencanakan program pengajaran. Pada tugas ini seorang
pendidik merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah
disusun yang diakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program usai
dilakukan.
2. Edukator
Mengarahkan ke tingkat kedewasaan menuju kepribadian
insan kamil, seiring dengan tujuan Alloh SWT menciptakannya. Pendidik memberikan pengetahuan yang sebelumnya anak tidak mengetahui
menjadi tahu, menjadikan anak menuju kedewasaan baik dalam berpikir ataupun
bertingkah laku.Dalam mengarahkan kedewasaan anak dalam kehidupannya harus
diiringi dengan pendidikan yang islami sehingga perilaku anak dalam menuju
kedewasaan dapat menunjukan sikap dan perilaku yang positif.
3. Pemimpin (Managerial)
Memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik
serta masyarakat yang terkait, terhadap masalah yang menyangkut upaya
pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan partisipasi atas program
pendidikan yang dilakukan.
4.
Mengembangkan
perilaku moral pada anak
Terbentuknya perilaku anak adalah
dari lingkungan keluarga yaitu orang tua. Anak dididik dibesarkan pertama
kalinya oleh orang tua, jadi tingkah laku ataupun kejaadian yang diperlihatkan
anak adalah akibat dari pola asuh keluarga. Keluarga islami yang mampu mendidik
anak dengan baik maka akan menciptakan perilaku, moral anak yang baik pula.
Pada dasarnya manusai memiliki kesamaan pola perkembangan moral, seperti pada
awal kehidupannya yang mencerminkan nilai moral, seperti sabda Rasulullah saw,
beliau bersabda “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan
akhlak” (HR AHMAD). Sebenarnya manusia telah memiliki potensi perilaku moral,
hanya saja masih perlu disempurnakan. Maka dari itulah pentingnya tugas seorang
pendidik untuk membentuk tingkah laku anak, sehingga anak memiliki moral yang
baik yang sesuai dengan aturan dan norma di mana anak itu berada.
Berkaitan dengan upaya mengembangkan
perilaku moral anak, ada beberapa cara yang harus ditempuh oleh orang tua,
yaitu.
a.
Menciptakan
kasih sayang dan kehangatan.
Kasih sayang yang diberikan orang
tua ataupun guru sangat mempengaruhi perilaku moral anak. Curahan kasih sayang
dari pendidik terutama orang tua akan berdampak positif terhadap perkembangan
perilaku moral anak, kamungkinan tindakan untuk anak melakukan kejahatan
seperti mencuri jauh lebih kecil dibandingkan dengan anak yang dibesarkan oleh
orang tuanya dengan penuh kekerasan. Hal ini menunjukan bahwa sangatlah penting
akan pendidikan di usia dini.
b.
Menjadi
teladan yang baik.
Orang tua baik guru yang biasanya
menunjukan teladan baik di lingkungannya, maka akan ditiru oleh anaknya. Hal
positif ini akan mengembangkan pergaulan yanng positif juga di dalam
kehidupannya. Anak kecenderungan banyak meniru dari lingkungan yang ia lihat,
apa yang ia dengar. Maka sebagai pendiik harus mampu memberikan contoh perilaku
moral yang baik terhadap anak, misalnya jika ada orang yang terjatuh maka orng
tua harus memberikan contoh dengan menolong orang tersebut, atau contoh kecil
yang mudah dilakukan anak sehari hari adalah dengan membunag sampah pada
tempatnya, maka anak kan meniru apa yang ia lihat.
c.
Mengajarkan
disiplin dan empati.
Disiplin yang dilakukna oleh orang
tua ataupun guru dapat berfungsi sebagai upaya untuk memberikan pelajaran
empati kepada anak. Misalnya melarang anak untuk melakukan sesuatu dengan
memberikan alasan yang jelas bahwa jika ia melakukan itu maka akan membahaykan
orang lain. Namun dalam mengajarkan disiplin terhadap anak tidak dengan
menggunakan kekerasan. Contoh kecil lainnya mengajarkan disiplin bangun pagi,
mandi dan belajar membereskan tempat tidur sendiri, sehingga dengan
kebiasaan-kebiasaan terseebut akan terbentuk dalam diri anak.
5.
Mengajarkan
sopan santun kepada anak
Pada dasanya anak sejak lahir belum
mengetahui mana yang buruk dan mana yang baik, mana yang harus mereka lakukan
dan mana yang harus untuk tidak mereka lakukan, begitupun pada anak yang masih
kecil ia belum mampu mengerti bagaimana untuk membedakan cara berperilaku
terhadap teman sebaya ataupun terhadap yang lebih tua. Maka dari itu pendidikan
dari seorang penidik baik itu dari orang tua ataupun guru amat sangatlah
penting untuk membimbing dan mendidik agar anak mampu berperilaku sopan santun
terhadap orang lain. Agar anak memiliki
sikap hormat dan sopan santun pendidik baik orng tua ataupun guru harus
berusaha keras untuk menanamkan nilai-nilai akhlak melalui pendidikan
keteladanan, baik di rumah ataupun di luar rumah. Pendidik membiasakan kepada
anak untuk berbicara yang baik terhadap teman sebaya atau terhadap orang yang
lebih tua. Misalnya anak diajarkan untuk bersalaman kepada tamu “ nak ini ada
teman ibu yu salaman dulu sama tante”. Dari contoh terkecil dengan adanya suatu
kebiasaan maka akan menjadikan anakpun terbiasa untuk melakukan hal tersebut.
Tidak hanya di rumah, di sekolah pun anak dibiasakan untuk bersalaman dengan
guru-gurunya dan mengucapkan salam.
Adapun bebrapa langkah yang dapat
dilakukan pendidik agar anaknya menjadi pribadi yang sopan dan santun, yaitu :
a.
Membangun
hubungan yang positif dengan anak.
Lingkungan yang baik di rumah
ataupun sekolah yang santun, santai dan penuh kelembutan akan berpengaruh
terhadap sikap anak. Dengan kata-kata yang lembut, sikap yang lembut akan
menjadikan anak menjadi sopan dan menghormati orang lain terutama orang tuanya.
Misalnya ketika orng tua mengajak anaknya mandi dengan kata-kata lembut dan
enak di telinga naak, “Nak ayo cepat mandi ya supaya tidak terlambat”. Dengan
kata-kata itu maka anak akan menurutinya karena kelemah lembutannya. Pujian,
dan ucapan terima kasih akan mendoorng niat anak untuk terus bersemangat.
b.
Menanamkan
sikap ramah dan sopan santun.
Tanamkanlah sikap ramah dan sopan
santun melalui keteladanan. Pendidik adalah cermin bagi anak-anaknya. Jika
orang tua atau guru mampu menjadi teladan yang baik, maka anak akan meniru
sikap dari orang tua dan gurunya tersebut.
6.
Memahami
bakat dan mengembangkan kreativitas
Semua anak yang lahir ke dunia ini
sudah membawa takdir dari Illahi Robi, begitupun dengan anak ketika lahir ke
dunia ini mereka sudah membawa bakat, potensinya masing-masing. Bakat atau
potensi sudah bisa dimonitor sejak masih bayi. Karena bayi baru lahir belum
bisa melakukan apa-apa, maka orang tua berkewajiban untuk memonitor dan
mengembangkan bakat anak sejak masih bayi. Agama juga menjelaskan bahwa anak
lahir dalam keadaan suci dan akan jadi apa anak itu kelak, tergantung bagaimana
orng tua membimbingnya. Sebagai pendidik di sekolah seorang guru harus mampu
untuk memahami bakat dan potensi setiap anak, mampu mengembangkan bakat dan
potenmsinya sesuai dengan perkembangannya masing-masing.
Terkadang ada beberapa anak yang
memiliki bakat terpendam di dalam dirinya, maka tugas pendidik adalah dengan
mengembangkan kompetensinya. Bakat, keterampilan, prestasi anak akan berkembang
secara optimal, jika anak memiliki
kompetensi yang baik. Anak yang memiliki kompetensi tinggi akan mudah belajar
dari lingkungan, mempelajari keterampilan-kterampilan baru, dan mudah
beradaptasi. Semua ini merupakan modal awal untuk mengembangkan bakat anak yang
masih terpendam dari diri anak. Selain bakat, pendidk juga harus mampu
mengembangkan kreativitas anak. Kreativitas akan berkembang dengan baik jika
dipupuk dari sejak usia kanak-kanak.
Pendidik mengembangkan kreatifitas
anak dapat dilakukan dengan membentuk pengalaman belajar sesuai dengan rasa
ingin tahu alamiah anak dengan masalah yang relevan dan sesuai kebutuhan anak.
Memberikan pengalaman yang nyata dengan kehidupannya yang menuntut peran aktif
pada anak. Dorong dan hargai inisiatif dan rasa ingin tahu anak terhadap
sesuatu. Biarkan anak belajar dari kesalahannya dan menerima akibatnya. Dan
yang terakhir pendidik harus menghargai dan memuji usaha anak.
7.
Menumbuhkan
dan meningkatkan minat baca anak
Biasakan anak untuk menyukai
cerita-cerita, dongeng-dongeng yang akan memancing anak untuk senang membaca.
Sebenarnya minat baca anak bisa dipupuk sejak anak belum lahir, yaitu sejak
masih dalam kandungan. Misalnya dengan diperdengarkan bacaan ayat-ayat suci
AL-Quran, shalawat Nabi Saw, dzikir dan senanndung. Namun upaya ini harus terus
berlanjut sampai anak lahir hingga anak mampu mnegenal kata, berbicara mampu
membaca dan memahami bacaan. Selain itu juga berikan situasi yang menyenanggkan
ketika anak membaca, atau bahkan bisa dengan adanya ilustrasi pada buku sebagai
upaya agar anak mampu berfantasi. Kemudian memberikan buku-buku yang disukai
anak.
8.
Mengurangi
kemanjaan dan mendidik anak dengan baik
Memberikan kasih sayang terhadap
anak secara berlebih akan membentuk anak yang penuh dengan kemanjaan, misalnya
dengan selalu memberikan apa yang anak inginkan, terlalu membiarkan anak bebas
dalam bergaul sehingga anak akan menjadi pribadi yang tidak mandiri dan manja.
Pendidik harus mampu memberikan kasih sayang, perhatian yang sewajarnya
terhadap anak.
Dari beberapa penjelasan diatas
diketahui bahwa banyak sekali tugas yang harus dilakukan oleh pendidik baik
sebagai orang tua ataupun sebagai guru, karena dengan adanya didikan, bimbingan
yang baik akan menghindarkan anak dari perilaku-perilaku yang kurang baik.
Apabila dilihat dari tugas-tugas sebagai pendidik msulim, maka seorang pendidik
itu sendiri harus memiliki sifat-sifat yang baik yang patut untuk ditiru oleh
anak.
Adapun
bebrapa sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pendidik diantaranya sebagai
berikut.
a.
sabar
Kesabaran
merupakan sifat utama yang harus dimiliki oleh pendidik. Karena dengan
kesabaran akan menciptakan jiwa pendidik yang dewasa ketika menghadapi suatu
masalah anak didiknya. Melalui kesabaran akan memahami keinginan anak didiknya,
dan anak didik pun akan memahami apa yang diharapkan pendidiknya. Hal ini
sejalaan dengan firman Allah swt dalam QS Alfushilat ayat 35.
وَمَايُلَقَّاهَاإِلَّاالَّذِينَصَبَرُواوَمَايُلَقَّاهَاإِلَّاذُوحَظٍّعَظِيمٍ
Artinya:
“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
sabar dan tidak dianugerahkan melainkan yang mempunyai keberuntungan yang besar.
Faktor yang terpenting dalam
mengajar adalah kesabaran dari dalam jiwa pigur pendidik muslim, tanpa adanya
suatu kesabaran mungkin kekacauan akan terjadi dalam proses pembelajaran ketika
ada anak yang bermasalah atau berkelahi dengan temannya. Maka dari itu
kesabaran harus dimiliki oleh setiap pendidik baik itu guru ataupun orang tua,
dengan kesabaran insyaallah akan mendapatkan keberuntungan cukup besar.
b.
Lemah
lembut
Selain dari kesabaran, pigur pendidik
muslim juga harus memiliki sifat lemah lembut terhadap anak didiknya, karena
dengan kelemah lembutannya akan mejadikan anak patuh terhadap gurunya atau
orang tua, jika dibandingkan dengan pendidik yang memiliki sifat kasar mungkin
akan menjadikan anak tidah patuh bahkan takut untuk berhadapan dengan kita.
c.
Luwes
dalam bertindak
Pigur
pendidik muslim sepatutnya bersikap luwes setiap kali menghadapi anak didiknya.
Dengan adanya sikap luwes akan membantu proses penanganan setiap masalah anak
didik. Contoh keluwesan dapat tercermin dengan sikap bijak ketika menghadapi anak didiknya. Ketika
pendidik menyuruh anak didiknya dengan ajakan yang penuh perhatian. Misalnya
“Nak yu kita simpan sepatunya di rak sepatu biar rapih ya”. Dengan ajakan
seperti itu anak akan merasa diperhatikan karena menyurhnya tidak dengan
paksaan.
d.
Bersikap
moderat
Sikap
berlebihan merupakan perbuatan tercela dalam urusan apapun. Karena itu Nabi Saw
lebih menyukai sikap moderat dibandingkan sikap berlebihan dalam pandangan
agama. Hal ini patut diterapkan dalam pendidikan anak usia dini. Pendidik yang
bersikap moderat tentunya akan dikagumi oleh anak didiknya sehingga anak akan
menirunya misalnya dalam berpenampilan yang anggun dan sederhana akan membuat
anak untuk meniru, dibandingkan dengan sikap yang berlebihan, karena dengan
sikap yang berlebihan juga akan membuat anak diddik menjadi berlebih pula.
C.
Pigur
Pendidik Muslim dalam Menyikapi Anak Yang Bermasalah
Firman Allah SWT menegaskan dalam QS.
At-Tahrim ayat 6
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ
اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka”.
Anak adalah sosok harapan bagi orang
tua, dititipkan oleh Allah, SWT kepada orang tua. Namun tugas mengasuh dan
mendidik anak bukan hanya tugas orang tua, keluarga dan masyarakat juga ikut
mempengaruhi perkembangan anak secara fisik dan psikis. Dalam proses
perkembangan anak, tentu banyak hal yang terjadi baik positif dan negatif. Hal
positif dan negatif yang terjadi pada anak tersebut dapat menjadi pelajaran dan
pengaruh pada anak. Tidak jarang anak melewati hal-hal negatif yang tidak
diharapkan oleh orang tua, hal-hal tersebeut adalah sebagai berikut.
1.
Anak
yang malas
Banyak
hal yang menyebabkan anak menjadi malas,
pertama mungkin anak tersebut belum mengerti manfaat dari sikap rajin
dan bahaya dari sikap malas bagi masa depannnya. Kedua karena adanya pengaruh
lingkungan pergaulan. Ketiga kemungkinan anak merasa jenuh dengan
kegiatan-kegiatan karena tidak ada refreshing. Dalam Hadist Usman bin Affan
mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda “ tidur pada waktu subuh (awal siang)
akan mencegah datangnya rezeki ” (HR Ahmad). Selain itu Nabi saw juga suka
mengajak anak-anak muda untuk memanfaatkan waktu luangnya untuk hal-hal yang
bermanfaat, seperti belajar memanah, berolahraga, berkompetensi dan sebagainya.
Selain itu Nabi Muhammad saw juga
menganjurkan anak-anak muda untuk menggunakan waktu luangnya dengan beribadah
hanya kepada Allah swt. Hal ini agar menjadi kebiasaan bagi mereka bagaimana
cara untuk memanfaatkan waktu yang sebenar benarnya. Secara umum ada dua
kemungkinan mengapa anak menjadi super malas. Pertama mungkin kondisi fisiknya
yang tidak beres. Kedua mungkin anak memiliki masalah atau pikiran yang belum
terselesaikan. Sehingga membuat pikiran anak tidak fokus dan malas. Anak dapat
dibentuk menjadi sosok yang giat, sejak anak usia dini. Saat anak mulai masuk
Pendidikan Anak Usia Dini, anak sudah mulai dibiasakan dengan kegiatan
bermanfaat di sekolah. Anak juga akan terbiasa bangun pagi karena harus
siap-siap ntuk berangkat ke sekolah.
2.
Anak
yang berbohong
Selain malas, masalah yang kerap
muncul pada anak adalah berbohong. Nabi saw bersabda “ tanda-tanda orang munafik ada tiga, jika
bicara ia berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika dipercaya berhianat”
(HR AL- Bukhari dan Muslim). Faktor yang menyebabkan anak yang suka berbohong
adalah faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal yang membuat
anak
berbohong
diantaranya.
a) Rasa ingin tahu anak
Anak tidak tahu bahwa itu perilaku berbohong, dan
anak
sengaja
untuk
berbohong.
Rasa ingin
tahu
adalah
salah
satu
karakteristik
anak.Anak yang belum
pernah
berbohong, dan memiliki rasa ingin tahu untuk berbohong, akan
melakukannya
tanpa
memikirkan
apa
konsekuensi yang akan di
dapat dari hal tersebut. Peran
pendidiklah yang dapat
meluruskan
dan
membimbing
anak, jika
anak
melakukan
hal yang menyimpang.
Berikanlah pengertian bahwa hal tersebut adalah perilaku yang
tidak
boleh
dilakukan
anak.
b)
Anak
tidak
tahu
bahwa
itu
adalah
perilaku
berbohong, hingga
anak
melakukan
hal
tersebut.
Pendidik yang baik
tidak
akan
mengajarkan
berbohong
kepada
anak, hingga
saat
anak
berbohong
dan
ia
tidak
mengetahui
bahwa
hal
tersebut
adalah
keliru. Pendidik
dapat
memberikan
pegertian
dan stimulus untuk
berlaku
jujur
dengan
berbagaicara, misalnya
melalui
cerita
atau
contoh-contoh yang ada di
sekitar
anak.
c)
Anak
sengaja
untuk
berbohong,
Bisa saja terjadi jika anak tersebut merasa ada pada posisi yang ter
sudutkan, tidakaman, dan
tertekan
atau
anak
sudah
senang
dengan
perilaku
berbohong, misalnya
karena
takut
dimarahi orang tua. Saat
pendidik
mengetahui
hal
ini, pendidik
bertugas
memberikan
tindakan
dan
larangan yang tegas
namun
penyampaiannya
lembut
hingga
anak
mengerti
untuk
tidak
mengulangi perbuatannya lagi.
Faktor eksternal yang membuat
anak
berbohong
diantaranya.
a)
Tidak konsisten dalam menanamkan
kejujuran kepada
anak.
Hal tersebut memunculkan kebingungan kepada anak. Anak akan berpikir bahwa berbohong boleh dilakukan sesekali dan sesekali juga berbohong tidak boleh dilakukan. Dari pernyataan tersebut, maka
inilah yang diperlukan
pendidik
dalam
mendidik
anak, yaitu ‘konsistensi’.
Konsistensi dapat membuat anak menjadi pribadi yang tegas
dan
memiliki
pendirian yang kuat.
b)
Mendidik
dengan kekerasan kepada
anak,
Cara ini akan membuat anak merasa tidak aman tidak percaya kepada orang lain dan membentuk perilaku anak menjadi tertutup, karena
mendidik
anak
dengan
kekerasan
akan
menyakiti
fisik
dan
psikis
anak.
Akibatnya
perilaku
tertutup
tersebut
akan
mendektkan
anak
pada
berbohong,anak
tidak
tahu
harus
jujur
kepada
siapa, karenaadanya rasa
tidak percaya pada anakt ersebut. Sebagai
pendidik
anak
usia
dini, kita
harus
mampu
menyediakan
diri
untuk
dapat
memenuhi rasa aman, kasih
saying
dan
perlindungan yang
dibutuhkan
anak.
c)
Sikap orang tua yang kurang adil,
Sikap ini akan membentuk perilaku anak yang serbasalah, rendah
diri, dan
merasa
dikucilkan
.Anak
akan
lebih
dekat
dengan
berbohong
daripada
kejujuran, tujuan
anak
tersebut
adalah
untuk
menutupi
kesalahannya
dengan
berbohong. Anak
akan
berusaha
menjadi
sosok yang diinginkan orang
tua, walaupun dengan jalan berbohong. Pendidik yang baik, akan
ikhlas
dalam
mendidik
setiap
anak, akan
menghargai Allah SWT,
sebagai pencipta maha sempurna. Keikhlasan
tersebut
akan
mencerminkan
perilaku yang adil
kepada
setiap
anak
didiknya.
3. Anak dalam perkembangannya juga
mengalami rasa takut.
Dalam pandangan agama rasa takut
adalah fitrah manusia yang harus dikembangkan ke arah yang positif, misalnya
takut kepada Allah swt, takut berbuat salah, dan takut menyakiti orang lain.
Faktor penyebab anak menjadi penakut adalah sebagai berikut.
a)
Orang tua yang suka menakut-nakuti, yang bertujununtuk agar anak
dapat
menuruti
perkataan orang tua. Namun
dampak negative dari
perlakuan
tersebut
adalah
anak
menjadi
ragu
dalam
melakukan
sesuatu, tidak
memiliki
pendirian
dan
memiliki
sugesti
takut
pada
berbagai
hal. Pendidik
diharapkan
senantiasa
menggunakan
kalimat yang dapat
meningkatkan
kewaspadaan
anak, bukan yang menyebabkan
anak
menjadi
penakut.
b)
Orang tua keliru dalam menyikapi
ketakutan, seperti
menyeplekan
atau
sebaliknya, sangat
mengelu-elukan
ketakutan
anak, contohnya
tidak
jarang
bayak
anak
dan orang dewasa yang takut
buah. Hal tersebut
dapat
terjadi
karena
kebiasaan orang tua yang
terlalu mengelu-eluka nketakutan seseorang terhadap buah saat ia masih kanak-kanak.
c)
Orang tua baik sadar maupun tidak sadar
memeberikan andil kepada anak untuk mengisolasi diri. Perlakuan pendidik, memang
tidak
selalu
tepat
dalam
mendidik
anak. Hingga
sada
rataupun
tidak, orng
tua
ikut
andil
membuat
anak
mengisolasi
diri, seperti
akibat
dari
larangan
anak
untuk
pergi
bermain, atau
untuk
tidak
sering
keluar
rumah. Akibatnya
anak
akan
merasa
asing
dengan
dunia
luar, dan
lebih
memilih
mengisolasi
diriuntuk
berdiam di rumah.
d)
Orang tua suka menceritakan kisah-kisah
misteri.Kisah-kisah
misteri
wallahu’allam
benar
atau
tidaknya
terjadi. Namu orang tua
biasanya
menceritaka
nkisah
misteri
pada
anakb
ertujuan agar anak
waspada
dan
takut
untuk
melakukans
esuatu. Kisah
misteri yang tidak
mendidik, sebaiknya
tidak
diceritakn
oleh
pendidik, Karena
akan
mempengaruhi
terhada
pperkembangan
pemikiran
anak yang masih
bersih
dan
polos.
Rasa takut
pada
anak
dapat
diatasi
dengan berbagai cara, seperti.
Mengajari
anak keimanan yang benar kepada Allah swt, memberi kebebasan kepada anak untuk
melakukan perbuatannya dan memegang tanggung jawab menurut kemampuan usianya, jangan mnakut-nakuti anak dengan hal-hal yang tidak
perlu
seperti
ucapan ‘takut
ada
laba-laba’, mengajari
anak untuk senang berteman,dan
mengajari
anak untuk meneladani Rasulullah
4.
Orang tua menggantungkan harapan terhadap anaknya, salah satu harapan orang tua
terhadap anak adalah memiliki prestasi yang baik.
Hal utama yang harus dilakukan
supaya prestasi anak dapat dipertahankan yaitu, orng tua harus menyusun jadwal
belajar yang benar dan berusaha mengambil jeda sebentar diantara waktu-waktu
belajarnya. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyangngkan dan
menggairahkan dan memberikan motivasi (Targhiib) ataupun memberikan cerita
tentang orang-orang yang sukses sebagai upaya untuk menyemangati anak untuk dapat lebih giat belajar.
5. Masalah yang biasa muncul pada
anak adalah sulit belajar.
Untuk mengidentifikasi gangguan
belajar pada anak dapat melakukan test perseorangnan yang dirancang untuk
mengetahui apakah hubungan anak dengan orang tua cukup baik, apakah anak tidak
mau belajar sebagai reaksi oposisi terhadap sikap otoriter pendidikan atau orang-orang di sekitarnya,
apakah tuntutan orang tua terlalu tinggi
dan apakah anak selalu dikritik sehingga ia tidak mau mengambil resiko
kegagalan. Di samping itu orang tua harus selalu berdoa kepada Allah swt supaya
anak mereka menjadi cerdas seperti memanjatkan surat Alfatihah setelah selesai
shalat, dan yang harus diingat adalah bahwa setiap anak terlahir dengan potensi
kecerdasan yang berbeda-beda seperti yang telah dikemukankan oleh Howard
Gardner.Anak
adalah
makhluk yang memiliki
hati
nurani, sehingga
pendidik
juga
harus
memperlakukanny
adengan
sebaik-baiknya, tidak
memaksaka
nsesuatu yang anak
tidak
mampu, dan
tidak
selalu
menyalahkan
atau
menuntut
anak.
6. Mengatasi anak yang sulit
bergaul dengan teman sebaya.
Jika anak mengalami kesulitan dalam
bergaul atau mengenal orang lain maka ada beberapa cara supaya anak senang
bergaul dengan teman sebayanya, yaitu sebagai berikut.
a).
Menunjukkan pada anak manfaat pergaulan yang positif. Agar anak
tertarik
dan
mau
untuk
bergabung
dengan
anak lain. Orang tua
dapat
mendukung
anak
pada
kegiatan
tersebut, dan
pendidik
atau guru di sekolah
dapat
menyelenggarakan
kegiatan yang dapat
membuat
anak
tertarik
untuk
ikut
berpartisipasi.
b).
Mendorong anak untuk berperan dalam keluarga, seperti melibatkan anak pada kegiatan rumah. Seperti
anak
perempuan
dilibatkan
untuk
memasak, anak
laki-laki
dilibatkan
untuk
mengurusi
ternak. Sehingga
anak
merasa
dirinya
bertanggungjawab
dan
ada
keterlibatan
dalam
keseharian.
c).
Mendorong anak bergabung dalam kelompok khusus, seperti kelompok bimbel atau kelompok pengajian. Hal tersebut
akan
membuat
anak
senang
berorganisasi
dan
berinteraksi
dengan orang lain. Akan
senang
bergaul
dengan
orang lain.
d.)
Mencari kelompok pelatihan keterampilan sosial, hingga anak dilatih untuk bersosialisasi
dan
dapat
menerima
keberadaan orang lain yang
ada di luar dirinya.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bersadarkan
pembahasaan di atas maka penulis dapat mengemukakan kesimpulan mengenai
pengaruh pendidik muslim pada pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut.
1. Mendidik
anak bukanlah suatu hal yang mudah, akan tetapi mendidik anak membutuhkan cara.
Cara yang dapat dilakukan dalam mendidik anak dapat mengacu atau melihat pada
metode Rasulullah saw. karena metode Rasulullah saw. adalah metode yang paling
baik untuk membawa anak pada kebaikan dunia dan akhirat. Metode-metode tersebut
yaitu, (a) Menasehati melalui perkataan, (b) Mendoakan anak, (c) Pujian sebagai motivasi, (d) Kasih sayang yang tulus, (e) Mendidik dengan keteladanan.
2. Pendidik
muslim memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan berbagai aspek dalam diri
anak, terutamanya untuk membentuk pribadi anak yang berakhlak mulia.
Tugas-tugas pendidik muslim itu sendiri yaitu (1) Sebagai pengajar, (2) Edukator,
(3) Pemimpin (managerial), mengembangkan perilaku moral pada anak (4)
mengajarkan sopan santun kepada anak (5) memahami bakat dan mengembangkan
kreativitas (6) menumbuhkan dan meningkatkan minat baca anak (7) mengurangi kemanjaan dan mendidik anak
dengan baik.
Sebagai
tauladan yang baik pendidik penting untuk memiliki sifat-sifat yang baik dalam
melakukan pengajaran dan bimbingan diantaranya yaitu, (1) sabar (2) lemah lembut (3) luwes dalam
bertindak dan (4) bersikap moderat.
3. Berbagai
permasalahan muncul dalam mendidik anak, maka dari itu sebagai pendidik harus
mampu untuk menyikapi anak yang
bermasalah. Sikap-sikap yang sering dimunculkan oleh anak yang bermasalah
tersebut misalnya (1) Anak yang malas (2) Anak yang suka berbohong, (3) rasa takut
pada anak, (4) Jika prestasi anak menurun, (5) anak yang sulit belajar, (6)
anak yang sulit bergaul dengan teman sebaya. Permasalahan sikap yang ditunjukan
oleh anak, menuntut pendidik untuk menyikapi dan mengatasi permasalahan
tersebut dengan baik.
B.
Saran
Sejalan dengan kesimpulan di atas,
maka penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1. Pendidik
harus benar-benar mampu memahami karakteristik setiap anak,memahami irama perkembangannya yang berbeda-beda.
Sehingga dalam mendidik anak harus penuh dengan kesabaran, kasih sayang
yang tulus, serta perhatian.
Mendo’akan
anak adalah hal yang sangat membantu karena anak adalah ciptaan Allah swt.
paling sempurna, maka ebagai pendidik harus mendoakan anak didiknya agar
senantiasa menjadi anak yang shalaeh dan shalehah.
2. Pendidik
hendaknya memiliki sifat-sifat yang baik yang patut ditiru anak ketika
menjalankan tugasnya sebagagai
pendidik.
3. Pendidik
hendaknya mampu menyikapi setiap permasalahan anak baik ketika
dalam proses belajar ataupun di luar proses pembelajaran.
4. Pendidik
hendaknya memberikan contoh-contoh yang baik dan bersifat positif, sehingga anak
akan tumbuh dan berkembang dengan baik serta memiliki perilaku, moral yang baik
pula.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-‘ALIM Alqur’an dan Terjemahannya
Edisi Ilmu Pengetahuan. 2011. Almizan Publishing
house. Bandung
Arham. (2013). Pengertian Muslim. [Online]. Tersedia: (http://www.diatercinnta.pun.bz/2013/9/pengertian-muslim.xhtml)
Mustaqim abdul.(2005).menjadi orang tua bijak.Al-Bayan Mizan:
Bandung
Rishelcha. (2013). Tugas Pendidik.
[Online]. Tersedia: (http://www.rishelcha.blogspot.com/2013/03/tugas-pendidik.html)
Zarman Wendi.(2012).Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu
mudah & lebih efektif.Ruang Kata:Bandung.