Laman

Senin, 20 Januari 2014

MENGIKUTI GERAKAN HEWAN DI SEKITAR DAN MEIRUKAN SUARANYA

MENGIKUTI GERAKAN HEWAN DI SEKITAR DAN MEIRUKAN SUARANYA
LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Sains untuk Anak Usia Dini



1-UPI OK.jpg

oleh:
Difanty Meza              1103845
Dian Surya Aprilyanti 1103011
Rere Anisah                1102322
5B PGPAUD



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG

2013


Sains sangat penting dikenalkan sejak anak usia dini, karena dengan sains anak dapat mengenal lingkungannya, makhluk hidup dan gejala-gejala alam yang terjadi di sekitarnya. Dalam Permen 58, di kelompok A pengenalan sains mencakup tentang pengenalan warna, pertumbuhan tanaman, mengamati benda, membedakan berbagai macam rasa, bau, dan suara, mengenal konsep bilangan dan menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan. Sedangkan di kelompok B pengenalan sains mencakup tentang menceritakan hasil percobaan sederhana, melakukan percobaan terhadap benda-benda di sekitar, membedakan bermacam-macam rasa, bau, dan suara berdasarkan percobaan.
Pengembangan seluruh aspek perkembangan anak usia dini dapat juga dilaksanakan melalui pengenalan dan pembelajaran sains di pendidikan anak usia dini. Selain memfasilitasi perkembangan kognitif anak, misalnya dalam melakukan percobaan sederhana, pengenalan dan pembelajaran sains dapat memfasilitasi aspek perkembangan sosial emosional, seperti saat berkomunikasi dalam pembelajaran sains dan fisik motorik anak, misalnya senam fantasi meniru berbagai gerakan hewan. Kegiatan mengikuti gerakan hewan di sekitar dan menirukan suaranya membuat anak mengenal mahluk hidup, khususnya hewan yang sering ada di sekelilingnya, seperti anjing, kucing, burung, ikan, bebek, ulat, ular, kuda, kupu-kupu, dan sebagainya.
Dari pemaparan tersebut menimbulkan pertanyaan yang menjadi rumusan masalah. Mengapa anak tertarik dengan suara dan gerakan hewan juga menirukannya? Manfaat mendengarkan, menirukan suara dan mengikuti gerakan hewan? Metode dan contoh kegiatan dalam mengenalkan suara dan gerakan hewan?
A.      Anak-anak gemar mengikuti gerakan hewan di sekitarnya dan menirukan suaranya
Tidak perlu merasa khawatir bila melihat seorang anak mengeong menirukan kucing peliharaan di rumah atau di sekolah, sebab anak takkan terus-terusan mengeong. Anak-anak sangat menyukai dan tertarik dengan hewan, terutama hewan yang ada di sekitarnya. Perilaku tersebut diawali dengan mengamati. Pada usia sekitar satu tahun, anak semakin pintar. Ada banyak hal baru yang ingin anak pelajari, salah satunya adalah meniru hal-hal yang menarik perhatiannya. Meniru adalah cara anak mempelajari berbagai hal diawal kehidupannya. Dalam usia yang masih sangat belia, anak satu tahun tentu belum punya pengalaman cukup sebagai referensi berperilaku. Oleh sebab itu, ia akan mengikuti tingkah laku orang atau hewan yang ada di sekitarnya dan menarik hatinya.
Orang lain akan takjub melihat kepandaian anak meniru hal-hal fisik seperti duduk bersandar pada kursi, meniru gaya orang tua saat mengatakan tidak sambil menggelengkan kepala. Atau, meniru suara binatang yang sering anak lihat dan dengar suaranya. Sejak bayi seorang anak sudah dapat meniru karena kemampuan ini lebih identik dengan anak batita. Sejak usia dua bulan sebenarnya anak sudah terampil meniru. Hanya saja, orang tua tidak menyadarinya sehingga momen ini sering luput dari perhatian. Di atas usia tujuh bulan, fungsi memori bayi sudah semakin baik. Ini berarti kecakapannya untuk menangkap dan menyimpan apa yang dilihat dan didengarnya lalu kemudian ditirunya akan semakin baik. Menginjak usia delapan bulan, keterampilan bayi semakin berkembang dengan kesanggupan mencontoh gerakan motorik, ekspresi emosi, ataupun peniruan obyek seperti memindahkan dan memasukkan mainan. Kemampuan tersebut terus berkembang sesuai dengan usianya.
Dalam penelitian Albert Bandura, ternyata orang dapat mempelajari respons baru hanya dengan melihat respon orang lain. Bahkan proses belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu dan model yang diamatinya juga tidak mendapat penguatan dari tingkah lakunya. Observational learning atau belajar melalui observasi, yakni perilaku seseorang diperoleh melalui proses peniruan perilaku orang lain. Berikut ini ragam peniruan atau modeling. Hal ini merupakan sesuatu yang dialami anak pada usia dini, yaitu meniru. Meniru merupakan karakteristik anak usia dini, anak akan meniru segala hal yang ada di sekitarnya, seperti hewan. Maka, salah satu alasan anak senang menirukan gerakan dan suara hewan adalah karakternya sebagai peniru ulung dan kehidupannya yang dekat dengan hewan, baik di rumah, di sekolah, maupun ketika melihat hewan di televisi.
Walau anak seringkali bersuara seperti hewan yang menarik perhatiannya. Guru atau orang tua tiadak perlu cemas. Perilaku meniru ini hanya akan berlangsung dalam rentang waktu tertentu. Selain itu juga tidak perlu menduga-duga anak mengalami masalah dalam proses tumbuh-kembangnya. Meniru merupakan perilaku sosial yang umum ditunjukkan anak di awal masa kanak-kanaknya. Selain itu, bagi anak, kegiatan meniru suara binatang merupakan hal yang menarik perhatian dan mudah ditiru serta dilakukan.
Pada usia dua tahun, anak betul-betul akan sadar akan tubuhnya sendiri. Melalui hewan-hewan ini, anak berfikir dan belajar mengenai persamaan dan perbedaan dirinya dengan bentuk makhluk lain. Sebenarnya, awal ketertarikan anak pada hewan sama saja dengan benda-benda lainnya. Hanya saja hewan memang menjadi istimewa karena dapat bergerak dan mengeluarkan suara, tanpa harus di putar seperti mainannya. Hewan yang biasa menarik perhatian anak adalah hewan peliharaan karena hewan ini mungkin adalah pertama dilihatnya. Anjing, kucing, ikan, cicak dan ayam adalah beberapa diantaranya. Anak kini dapat melihat bahwa ayam atau anjing berjalan dengan cara yang berbeda dengan dirinya atau, jumlah kaki anjing tidak sama dengan dirinya. Kesempatan ini juga sekaligus dapat menjadi arena belajar bagi anak untuk semakin mengenal tubuh dan dirinya, juga lingkungannya.
Manusia memiliki hubungan alamiah dengan satwa liar, bahkan ketertarikan dengan hewan sudah dimulai sejak dini. Faktanya, anak pun ternyata lebih memilih bermain dengan hewan ketimbang dengan boneka dan mainan mereka. Hal tersebut merupakan hasil penelitian tim dari Rutgers University dan University of Virginia, Amerika Serikat. Mereka melakukan beberapa eksperimen yang melibatkan anak-anak berusia antara 11 bulan sampai tiga tahun. Pertama-tama, anak-anak diberikan hamster dalam sangkar dan ikan dalam tangki bersama dengan 14 mainan kecil termasuk mobil polisi, boneka dan blok. Mereka diamati bersama orangtuanya di dalam ruangan. Lalu, anak-anak diberikan empat mainan yang paling populer, boneka, pesawat terbang, hamster, ikan, tarantula, dan ular California Mountain King. Semua hewan dikurung dan anak-anak tidak bisa menyentuhnya. Pada percobaan ketiga, anak-anak dimasukkan ke dalam sebuah ruangan dengan tiga hewan hidup. Seperti tokek hijau, hamster, dan ikan, serta replika mainan hewan. Dalam ketiga eksperimen tersebut, anak-anak lebih sering berinteraksi dan membicarakan hewan daripada mainan.
“Fakta bahwa anak-anak menganggap hewan begitu menarik menunjukkan bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari memiliki hewan peliharaan,” kata salah satu peneliti, Vanessa LoBue, dikutip dari Telegraph.

Menurut LoBue, hewan dapat menjadi instrumen yang baik untuk belajar. Meluasnya penggunaan karakter hewan di buku anak-anak dan program televisi memang dapat menjadi cara untuk mendekatkan anak kepada hewan. Namun LoBue menyarankan untuk memperkenalkan hewan secara langsung.
Perlu diketahui bahwa anak yang senang dengan hewan merupakan salah satu ciri anak cerdas. Beberapa ciri anak cerdas adalah berteman dengan binatang. Biasanya anak cerdas senang dengan hewan - hewan, hal ini dibuktkian dengan tingginya antusias anak - anak dengan mainan - mainan binatang, dan anak juga begitu senang ketika diajak ke kebun binatang. Selain itu, anak yang cerdas pandai menirukan bunyi hewan ataupun lainnya. Maksudnya, anak suka menirukan suara - suara hewan atau apa saja yang ada di sekitarnya, sekalipun bunyi yang dihasilkan tidak selalu sama dengan bunyi aslinya.
Memberi kesempatan pada anak untuk memperhatikan dan meniru suara binatang yang anak minati merupakan langkah yang mendukung proses tumbuh-kembangnya. Bila kemampuan sosial anak semakin berkembang, misalnya anak punya banyak teman bermain dan memiliki keyakinan diri bahwa akan diterima dengan baik di lingkungan sosialnya, maka kegiatan meniru ini lambat laun akan menghilang dengan sendirinya.
Ketika anak berada dalam tahapan belajar dengan cara meniru ini, anak benar-benar mengandalkan ayah dan ibunya sebagai penuntun. Inilah saat tepat bagi orang tua atau guru untuk memberi informasi dan memperkenalkan perilaku tepat padanya. Saat anak meniru suara "meong", katakan bahwa ini suara kucing. Perkenalkan pula suara ayam, "kukuruyuk" dan anjing, "guk guk... guk"; serta suara binatang lainnya. Dengan begitu ketika orang tua atau guru sebagai pendidik, dan anak melihat gambar binatang, pendidik dapat bertanya pada anak mengenai nama hewan tersebut, dan bagaimana suaranya. Kegiatan ini menambah pengetahuan anak tentang hewan.
Selain itu, pendidik pun dapat mengenalkan berbagai hewan dan suaranya melalui film anak-anak bertema binatang. Kegiatan yang menyenangkan ini selain menghibur anak juga menambah wawasan dan pengetahuannya tentang aneka makhluk hidup.
Berbagai macam kegiatan dapat dilakukan dalam upaya mengembangkan kemampuan anak, salah satu ilmu yang perlu dipelajari anak sejak dini dalam menunjang hal tersebut adalah sains. Sains membantu manusia dalam mempelajari dan memahami alam beserta isinya yang memiliki salah satu tujuan yaitu agar anak dapat menyesuaikan hidup dengan lingkungannya. Salah satu kegiatan sains yang dapat dilakukan dalam memperkenalkan anak pada lingkungannya adalah dengan memperkenalkan hewan di sekitarnya. Kegiatan mengikuti gerakan hewan dan menirukan suaranya dapat dijadikan salah satu cara dalam memperkenalkan sains. Kegiatan ini selain bermanfaat ternyata juga merupakan hal yang menarik bagi anak, sebab sebagian besar anak senang dengan hewan dan mengikuti segala hal yang dilakukan oleh hewan. Bila diperhatikan, sebagian tokoh kartun anak digambarkan lewat berbagai jenis hewan, sebab anak-anak terlihat sangat tertarik dengan tokoh dari hewan. Ketertarikan anak terhadap menirukan hewan dapat dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran.
Ketertarikan anak terhadap hewan dapat dijadikan sarana untuk mengoptimalkan pengetahuan anak. Namun di lain hal, pendidik perlu berhati-hati sebab hal ini masih banyak dipertanyakan, khusus dalam agama Islam, mengenai boleh atau tidak menirukan tingkah laku dan suara hewan. Pada kenyataannya, hampir bisa dipastikan semua orang pernah meniru perilaku atau suara binatang, hal itu sering dilakukan untuk mendidik anak, misal bagaimana bunyi suara kucing, terus bagaimana cara kucing mencuri makanan atau bagi penggemar memelihara burung senang sekali meniru suara burung. Tindakan ini juga sering dilakukan oleh para pendidik di PAUD atau para orang tua dalam upaya mendidik anak-anak mereka yang masih kecil, atau para pendongeng, baik dalam rangka mengenalkan alam semesta atau sekedar menghibur anak-anak. 
Upaya meniru hewan dalam perkara-perkara yang dicela oleh syariat Islam, merupakan perbuatan yang tidak terpuji dan terlarang, seperti dalam meniru suara-suaranya, tindak-tanduknya dan lain sebagainya. Misalnya melolong layaknya lolongan anjing atau meringkik bak ringkikan keledai, makan seperti hewan dan lain sebagainya. Pendidik perlu berhati-hati dalam memperkenalkan segala hal pada anak usia dini, termasuk dalam memperkenalkan hewan. Bisa saja, karena ketertarikan anak kepada hewan, kemudian anak bertingkah laku seperti hewan dalam sehari-hari. Dalam etika, hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang baik untuk dilakukan manusia. Mengajarkan anak mengikuti dan menirukan gerakan hewan bukan merupakan sesuatu yang salah bila dilakukan atas dasar edukasi namun perlu ada pengarahan dan penjelasan lanjut dari pendidik dalam mengajarkan hal tersebut pada anak.

B.      Metode pembelajaran mengikuti gerakan hewan di sekitarnya dan menirukan suaranya
Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Tugas orang tua dan guru sebagai pendidiklah untuk dapat membantu anak menemukan dan mengembangkan potensi tersebut. Dalam ranah pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan penanganan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu anak dalam menyesuaikan proses belajar pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing anak, baik secara intelektual, emosional dan sosial.
Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan.  Seiring berkembangnya zaman, metode pengajaran terhadap anak usia dini terus berkembang, tidak hanya metode ceramah dan bermain melainkan banyak lagi metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran anak usia dini. Dalam mengenalkan makhluk hidup disekitar anak seperti hewan juga dapat dilakukan dengan metode-metode tersebut, baik mengenalkan suaranya, maupun gerakannya. Berikut adalah macam-macam metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada pendidikan anak usia dini.
1.      Metode Ceramah
Menurut Gilstrap dan Martin, ceramah berasal dari bahasa latin yaitu lecturu yang berarti membaca, kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku. Pengenalan suara hewan disertai menirukan gerakannya dengan menggunakan metode ceramah, kurang tepat jika dilakukan kepada anak usia dini. Tingkat dan tahap perkembangan anak usia dini belum mencapai tingkatan abstrak dan formal, sehingga anak akan sulit dalam mencerna pengenalan hewan beserta suara dan gerakannnya jika melalui metode ceramah. Anak mampu berimajinasi namun imajinasi anak belum sampai pada tingkatan yang formal, masih pada tingkatan konkrit.

2.      Metode tanya jawab
Metode ini dapat diklasifikasikan sebagai metode tradisional atau konvensional. Dalam metode tanya jawab, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawabnya, atau sebaliknya siswa bertanya guru menjelaskan. Dalam proses tanya jawab, terjadilah interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak akan menjawabnya sendiri, tetapi akan melemparkan pertanyaan dari siswa kepada siswa atau kelompok lainnya tanpa merasa khawatir dinilai tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Dengan  metode tanya jawab tidak hanya terjadi interaksi dua arah tetapi juga banyak arah. Interaksi dari berbagai arah tersebut dapat membantu proses belajar dan pembelajaran aktif melalui metode tanya jawab. Seperti saat guru mengenalkan berbagai macam hewan beserta suara dan gerakannya. Anak dapat dengan aktif mengikuti alur tanya jawab bersama guru tentang hewan. Namun dengan demikian, penting kiranya metode pembelajaran tanya jawab anak usia dini disertakan media sehingga anak akan mampu melakukan tanya jawab dengan optimal, mungkin saja anak akan secara aktif bertanya dan menjawab sampai pada habitat hewan tersebut, asal hewan dan makanan apa yang hewan tersebut makan selain hanya bertanya seputar suara dan gerakan hewan.
3.       Metode pembelajaran demonstrasi
Metode pembelajaran demonstrasi adalah model mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta didik.Terdapat langkah-langkah model pembelajaran demonstrasi, seperti untuk mendemontrasikan hewan singa dan harimau melalui pertunjukkan, yaitu dengan langkah.
a. Tahap persiapan
1)     Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan dan keterampilan tertentu. Seperti membawa anak pada pertunjukkan singa dan harimau.
2)     Persiapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegagalan. Guru dapat survei terlebih dahulu untuk melihat apakah pertunjukkannya cocok untuk anak atau tidak.
3)     Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan. Jika pertunjukkan tersebut cocok untuk anak, guru dapat memberikan uji coba demonstrasi di kelas, misalnya dengan boneka.
b. Tahap pelaksanaan
1) Langkah pembukaan
a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik dapat melihat dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
2) Langkah pelaksanaan demonstrasi
a)      Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang peserta didik untuk berfikir. Misalnya pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong peserta didik tertarik untuk memperhatikan demonstrasi. Misalnya memberikan pertanyaan kepada anak, “siapa yang pernah lihat singa?”.
b)     Ciptakan suasana yang menyejukkan dan menghindari suasana yang menegangkan.Seperti anak dapat dipastikan rasa aman saat melihat pertunjukkan singa di kebun binatang dengan jarak temnpat duduk dan pembawaan guru dan instruktur atau musik pengiring yang menyenangkan.
c)      Yakinkan bahwa semua peserta didik mengikuti jalannya demonstrasi. Misalnya anak mampu mengamati dengan seksama atau memperhatikan demontrasi yang dilakukan oleh singa atau harimau.
d)     Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi. Seperti, siapa yang suka dengan singa, kucing, dsb.
c.      Langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Misalnya, anak-anak boleh ikut mengikuti suara dan gerakan hewan singa.

4.      Metode pembelajaran eksperimen
Metode eksperimen adalah metode atau cara dimana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi. Misalnya dalam mengenalkan hewan beserta suara dan gerakannya dan anak mampu mengikuti dan mencobanya sendiri. Anak akan mengetahui bagaimana suara hewan yang ia maksud dan bagaimana gerakan hewan tersebut sehingga anak belajar mengidentifikasi sesuatu yaitu hewan dengan mudah dan cepat. Hal ini juga membantu melatih kepekaan anak terhadap hewan-hewan yang ada di sekitar anak.

5.      Metode pembelajaran stimulus
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/ tindakan. Perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Namun demikian tetap saja guru sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran harus mampu terus menstimulus dan merespon apapun perubahan perilaku anak terhadap pembelajaran yang dilakukan. Pengenalan hewan beserta menirukan suara dan gerakannya adalah pembelajaran yang menuntut keaktifan anak, sehingga stimulus yang guru berikan juga harus merupakan stimulus yang dapat membangkitkan semangat dan keaktifan anak, misalnya melalui pertanyaan yang membuat anak ingin mengungkapkan sesuatu seperti melalui pertanyaan “siapa yang pernah ke kebun binatang?”, anak akan secara semangat dan aktif menjawabnya. Adapun jika respon anak adalah masih diam dan tidak tertarik untuk berpartisipasi, maka guru dapat membantu anak tersebut untuk dapat ikut berpartisipasi dalam pembelajaran melalui stimulus atau rangsangan dari hal lain seperti gambar, suara atau gerakan hewan yang diperagakan oleh guru tersebut.

6.      Metode tugas dan resitasi
Resitasi merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada siswa untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang telah diberikan guru. Abu ahmadi, dkk menyatakan bahwa metode tugas dan resitasi merupakan metode pekerjaan rumah yaitu dimana siswa diberi tugas di luar jam pelajaran. Anak dapat  mengerjakan tugas tidak hanya dirumah, tetapi bisa dikerjakan di perpustakaan, di laboraturium, di kebun percobaan, di kebun binatang mini, dan sebagainya untuk dipertanggung jawabkan anak kepada guru. Metode ini bertujuan  agar siswa dapat mendapatkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihannya sendiri dengan pengalaman langsung. Selain itu metode ini juga dapat mengaktifkan siswa untuk mempelajari suatu masalah melalui percobaan sendiri. Sehingga anak mempu melakukan problem solving. Sebagai contoh, guru dapat menugaskan anak untuk melihat perilaku hewan yang ada di sekitar rumah. Di sekolah anak dapat mengemukakan hewan apa yang ia amati, seperti kucing, apa yang dimakan, bagaimana caranya berjalan dan suaranya seperti apa.

7.      Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut. Karena itu guru dituntut untuk mampu menyediakan bahan-bahan pelajaran yang secara manipulasi mampu melibatkan anak bekerjasama dan berkolaborasi dalam kelompok. seperti kegiatan kelompok anak untuk membuat kebun binatang mini dua dimensi, yaitu kegiatan anak menggambar, menggunting dan menempel masing-masing satu binatang dalam selembar kertas karton sehingga anak dapat menekspresikan pengetahuannya tentang binatang dalam karya hasil kerja sama denga kelompoknya tersebut. Atau anak juga dapat menirukan gerakan dan suara hewan didalam kelompok, misalnya kelompok burung, kelompok kucing dan sebagainya.

8.      Metode problem solving
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah untuk pemecahan masalah. Adapun keunggulan metode problem solving adalah sebagai berikut:
a.      Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
b.      Berpikir dan bertindak kreatif.
c.       Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d.      Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
e.       Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f.       Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
g.      Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan.
Keunggulan metode pembelajaran problem solving ini dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk dapat mengembangkan kemampuan mandiri anak dan potensi anak dalam berfikir kreatif. Sehingga anak mampu mendapatkan berbagai cara dan penyelesaian masalah yang dihadapi. Seperti bagaimana ia mengetahui perilaku hewan yang ada disekitarnya, maka anak akan secara kreatif mengikuti hewan tersebut secara sembunyi-sembunyi. Sehingga pada akhirnya mengetahui apa suara dan gerakan hewan yang diamatinya.

9.      Metode latihan
Menurut Roestiyah (2001), metode latihan adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan  agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi  dari apa yang telah dipelajari.
Metode ini dapat diterapkan guru dalam berbagai materi pengajaran, karena selain individu yang aktif, anak juga merupakan individu yang mampu cepat dalam belajar. Seperti dalam materi pengenalan hewan beserta menirukan suara dan gerakan hewanpun, anak dapat dilatih dengan sangat cepat untuk mengikuti atau menirukan suara dan gerakan hewan. Misalnya dilatih suara dan gerakan hewan untuk kepentingan pertunjukkan saat perpisahan kelulusan dan sebagainya.

10.   Metode karya wisata
Metode Karyawisata ini pada dasarnya digunakan karena objeknya tidak dapat dibawa ke dalam kelas. Kalaupun objeknya dibawa ke dalam kelas, keasliannya tidak dapat diamati lagi atau mengalami perubahan dan tidak akan memberikan gambaran, pengetahuan dan pengertian yang sebenarnya mengenai objek yang akan diajarkan kepada siswa. Seperti untuk mengenalkan hewan beserta suara dan gerakannya , anak dapat mendapatkan pengalaman langsung melalui metode karya wisata ke kebun binatang, sehingga anak dapat melihat objek nyata binatang yang ia tiru suara dan gerakannya seperti gajah, jerapah dan sebagainya.

11.   Metode bermain
Bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak. Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri. Melalui bermain anak memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Para ahli psikologi anak menekankan pentingnya bermain bagi anak. Bagi anak-anak, bermain merupakan kegiatan yang alami dan sangat berarti. Dengan bermain anak mendapat kesempatan untuk mengadakan hubungan yang erat dengan lingkungan. Seperti bermain untuk meniru suara dan gerakan hewan yang anak ketahui, anak akan secara jujur, ekspresif dan bebas dalam menirukan suara dan gerakan hewan yang ia ketahui. Seperti dengan jujur, ekspresif dan bebas anak mau melakukan lompat, berlari, berguling, berbisik, berteriak, tertawa, mengaung, mengeong dan sebagainya.

12.   Metode bernyanyi
“Kebanyakan orang memiliki pengalaman mengingat kata-kata dari lagu yang telah mereka dengar. Bahkan, lagu juga kadang-kadang digunakan oleh guru bahasa untuk mengajari anak kecil belajar,” jelas Overy.

Benyanyi adalah salah satu metode atau cara anak untuk dapat berekspresi, mengungkapkan perasaan, dan berimajinasi. Bernyanyi sangat penting bagi anak, oleh sebab itu pembelajaran yang diselenggarakan untuk anak akan sangat efektif jika disertakan dengan nyanyian dan nyanyian tersebut dapat anak salurkan lebih jauh dengan gerakan-gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya anak bernyanyi tentang hewan disertakan dengan suara dan gerakannya. Seperti lagu kelinci, dan sebagainya. guru juga dapat memodifikasi lagu untuk dapat lebih memfasilitasi nyanyian anak dengan berbagai isi, seperti lagu balonku dan liriknya diganti tentang hewan, suara hewan dan gerakan hewan.

13.   Metode bercerita
Dalam bahasa metode bercerita adalah metode penyampaian pesan atau penyajian meteri pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak usia dini. Dalam pelaksanaan kegiatan bercerita kegiatan pembelajaran pada anak usia dini metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan hal yang baru kepada anak dalam rangka mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak usia dini. Metode ini dapat dilakukan guru tanpa buku atau beserta buku, tanpa gambar atau berserta gambar. Pengenalan hewan beserta suara dan gerakan hewan sangat memungkinkan dilakukan dengan metode bercerita. Seperti cerita fabel yang sangat sering diceritakan orang Indonesia yaitu “Si Kancil”. Namun tentu saja guru harus memperhatikan hal-hal lain saat menyampaikan materi pengajaran melalui metode bercerita seperti durasi waktu bercerita dan bahasa isi cerita yang dapat dimengerti dan sesuai untuk anak.

14.   Metode proyek
Metode proyek dipergunakan untuk menyalurkan minat siswa yang berbeda-beda. Baik berhubungan langsung dengan pelajaran di sekolah, atau hal yang menyangkut penggunaan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari.. Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), yang secara umum siswa melakukan kegiatan seperti belajar kelompok, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mengolah informasi. Biasanya memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas. Terdapat perbedaan antara belajar kelompok dan proyek, jika kelompok adalah mengerjakan secara bersama engan hasil yang tentu sama dalam satu kelompok, maka metode proyek menuntut setiap anak untuk mampu menemukan penyelesaian masalahnya masing masing. Misalnya membuat sop buah, setiap anak akan memiliki referensi buah, bagaimana ukuran potongan buahnya, apa yang diperlukan untuk membuat kuahnya, dan tugas apa yang dapat dilakukan untuk membantu mempercepat proses kegiatan proyek tersebut. Dalam mengenalkan suara dan gerakan hewan dengan metode proyek guru dapat menugaskan kelompok anak satu untuk mencari menyebutkan hewan dengan awalan “a” serta menirukan suara dan gerakannya, sehingga setiap anak akan berpikir hewan yang berbeda-beda namun dengan awalan “a”, kelompok kedua dapat dengan awalan “b” dan seterusnya.

C.      Manfaat mendengarkan, mengikuti gerakan hewan di sekitarnya, dan menirukan suaranya
Terdapat berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan untuk merangsang perkembangan anak usia dini, seperti mengenal mengenal, membedakan dan mengelompokkan benda, atau mengenal hewan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di PAUD hendaknya dapat mendukung perkembangan anak apalagi di usia dini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga pemberian rangsangan melalui kegiatan yang bermanfaat akan mengoptimalkan masa golden age tersebut. Salah satu kegiatan yang dapat dijadikan bahan ajar adalah kegiatan mengikuti gerakan hewan di sekitar dan menirukan suaranya.  Kegiatan tersebut memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1.     Sebagai media bagi anak dalam mendapatkan pengetahuan sains, khususnya terhadap hewan-hewan di sekitarnya. Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum, menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas dari sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya guna mengoptimalkan pengembangan pengetahuan sains pada anak.
2.     Anak dapat bereksplorasi dengan berbagai lingkungan di sekitarnya. Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain, termasuk pada kegiatan mengikuti gerakan dan menirukan suara hewan. Kegiatan ini memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai hewan dan segala hal yang berkaitan, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada di sekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.
3.     Melatih anak menggunakan alat inderanya. Anak dilatih untuk melihat dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada di sekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.
4.     Anak mengenal dan memahami lingkungan sekitarnya, khususnya hewan. Binatang merupakan mahluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon rangsang. Anjing, misalnya mampu mengembalikan benda-benda yang dilemparkan pemiliknya. Anak kucing akan mengejar dan menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih diperdebatkan dari segi sanitasi dan higienisnya, memelihara hewan peliharaan dapat mengembangkan rasa kasih dan sayang pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak tentang mahluk tersebut. Oleh karena itu. di negara-negara maju, kebun binatang dilengkapi dengan pojok sains (sains center) agar anak dapat berinteraksi dengan bintang yang jinak dan bersih sambil memperlajarinya. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang. Pertama, anak belajar mengenal dan menghargai mahluk hidup, ia belajar bahwa mahluk hidup memerlukan makanan, papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk menyayangi binatang yang pada akhirnya akan menumuhkan rasa kasih sayang pada mahluk hidup.
5.     Meningkatkan rasa kepedulian anak terhadap hewan. Mengajarkan kasih sayang terhadap sesama seyogyanya tidak hanya difokuskan pada menyayangi antar sesama manusia. Sebab, di dunia ini ada juga makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan yang juga perlu disayangi. Bagi keluarga yang memiliki binatang peliharan, cara mengajarkan anak tentang bagaimana menyayangi binatang bisa lebih mudah dilakukan. Orang tua juga bisa langsung memperlihatkan bagaimana cara memperlakukan dan memelihara binatang peliharaan. Jangan ragu jika suatu ketika anak mendekati binatang. Jangan marah bila suatu saat, anak bermain-main dengan hewan. Faktanya, mengenalkan anak dengan binatang sejak awal, ternyata diperlukan. Psikolog dan pakar pendidikan menyebutkan, anak-anak perlu dikenalkan dengan hewan sejak dini. Selain dapat meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri anak, hubungan yang akrab dengan hewan juga dapat membantu anak mengembangkan rasa percaya kepada orang lain. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memperkanalkan hewan, terutama hewan piaraan kepada anak-anak. Anak yang berumur 3-4 tahun belum cukup matang mengendalikan kemarahan maupun agresivitas hewan. Oleh karena itu, awasilah ia ketika sedang bermain dengan hewan peliharaannya. Manfaat anak memiliki binatang peliharaan:
a.      Meningkatkan kasih sayang dan perhatian anak  terhadap sesama mahluk hidup. Anak-anak yang memelihara binatang/ tanaman yang merupakan mahluk hidup yang perlu dirawat, memiliki perhatian dan kasih sayang yang tinggi terhadap sesama.
b.     Mengekspos anak pada hal-hal yang berkaitan dengan ilmu biologi sejak dini. Dengan memelihara binatang peliharaan anak-anak tanpa disadari akan belajar mengenai biologi dasar dari mahluk hidup.
c.      Meningkatkan rasa sosial dan tanggung jawab anak. Dengan keputusan memelihara binatang, maka anak bisa kita didik untuk bertanggungjawab dengan baik, memberi makan dan minum serta membersihkan kandang serta mengajak binatang peliharaannya bermain. Bila tanggung jawabnya kurang, tentu binatang kesayangannya akan tidak bisa hidup sehat seperti selayaknya. Bermula dari rasa menyayangi, rasa peduli dan rasa tanggung jawab terhadap binatang, maka anak akan mendapatkan pelajaran berharga untuk kehidupannya kelak. Sebab apapun yang diciptakan Tuhan di bumi ini pasti ada manfaatnya dan sudah seharusnya kita sayangi dan memiliki rasa peduli. 
6.     Selain itu juga dapat mengembangkan keterampilan komunikasi verbal dan non verbal, merangsang keterampilan dalam membangun relasi yang hangat dan melatih anak untuk berempati.
7.     Mengembangkan kemampuan motorik anak, sebab anak dapat menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dan mengkoordinasikan anggota tubuhnya. Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam meniru gerakan hewan menstimulus pergerakan otot-otot seluruh tubuh sehingga merangsang perkembangan fisiknya.
8.     Meningkatkan imajinasi dan kreatifitas anak dalam berfikir. Ketika anak menirukan gerakan dan suara hewan, anak akan berpikir dan mengingat gerakan-gerakan hewan yang pernah dilihat kemudian mewantahkannya ke dalam gerakan, sehingga merangsang anak agar mampu berfikir kreatif.
9.     Meningkatkan keaktifan anak. Kegiatan ini termasuk dalam kategori senam fantasi, sehingga kegiatannya lebih menyenangkan dan menarik bagi anak daripada melakukan senam biasa pada umumnya. Selain itu, anak-anak biasanya selalu memiliki banyak pertanyaan atas apa yang terjadi dan dilihat di sekitarnya, termasuk hewan. Mempelajari tentang hewan akan membuat anak tertarik untuk mengulasnya, sehingga dapat merangsang keaktifan anak dalam belajar.
10.  Mengembangkan kemampuan bahasa. Melakukan kegiatan meniru suara hewan dapat melatih otot-otot rahang dan mulut, serta lidah untuk belajar berucap. Kegiatan ini dapat mengembangkan kematangan anak dalam berucap.
Dalam pembelajaran sains bagi anak usia dini ada dua sisi yang sama pentingnya, pertama   lingkungan yang  merupakan sumber belajar yang kaya yang  akan dipelajari oleh anak, baik lingkungan manusia maupun non manusia, yang kedua anak usia dini yang unik dan berpotensi yang memiliki karakteristik yang berbeda dari satu anak dengan anak yang lainnya, kedua  hal tersebut harus dipertimbangkan dengan matang dalam merencanakan pembelajaran agar memberikan  tujuan dan target   yang jelas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar