Laman

Senin, 20 Januari 2014

KONSEP PENDIDIKAN YANG ISLAMI UNTUK ANAK USIA DINI

KONSEP PENDIDIKAN YANG ISLAMI
UNTUK ANAK USIA DINI

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Seminar Pendidikan Agama Islam

Dra. Hj. Titing Rohayati, M.Pd.



oleh:

Hana Hapipah             1103063
Siti Misbahul Ajijah   1102352
Suci Maulida             1102244

PGPAUD 5B


PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG

2013


KATA PENGANTAR
           
            Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. Karena, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul  “Konsep Pendidikan yang Islami untuk  Anak Usia Dini”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam.
            Anak usia dini merupakan masa dimana anak akan tumbuh dan berkembang secara pesat apabila dioptimalkan dengan baik. Anak usia dini merupakan masa peka dimana anak akan memaksimalkan apa yang mereka lihat, dengar, dan alami sendiri. Orang tua dan guru sebagai salah satu pendidik didalam pertumbuhan dan perkembangan anak hendaknya selalu mendidik berdasarkan landasan Al-Quran, hadist juga akhlak Rasulullah. Selain itu, orang tua dan guru harus selalu berkoordinasi dengan baik agar perkembangan anak mampu tercapai secara maksimal. Lalu bagaimana  pentingnya pendidikan yang islami untuk anak?  Bagaimana metode mendidik anak dengan cara islami? Dan bagaimana menciptakan suasana pembelajaran yang islami? Pertanyaan inilah yang menjadi fokus makalah yang penulis susun. Sejalan dengan itu, makalah ini secara jelas membahas tentang pentingnya pendidikan yang islami untuk anak usia dini.
Penulis menyadari, bahwa selama penulisan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.     Dra. Hj. Titing Rohayati, M.Pd., selaku dosen mata kuliah yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini;
2.     Rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini;
3.     Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.
Semoga Allah swt. Memberikan balasan berlipat ganda.
Makalah ini bukan karya yang sempurna, karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Amin.
Bandung, September 2013
     Penulis



























DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................... 1
B.    Rumusan Masalah................................................................................ 3
C.    Tujuan Makalah................................................................................... 3
D.    Manfaat Makalah................................................................................. 3
E.     Prosedur Makalah................................................................................ 4
F.     Sistematika Makalah........................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI
A.    Definisi Pendidikan dan Pendidikan yang Islami............................... 5
B.    Hakikat Anak Usia Dini dalam Islam.................................................. 7
BAB III PEMBAHASAN
A.    Pentingnya Pendidikan yang Islami untuk Anak Usia Dini................ 14
B.    Metode Mendidik Anak dengan Cara Islami....................................... 18
C.    Menciptakan Suasana Pembelajaran yang Islami untuk Anak Usia Dini.............................................................................................................. 25
BAB IV PENUTUP
A.    Simpulan.............................................................................................. 31
B.    Saran..................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 33



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Berbagai masalah yang berhubungan dengan krisis karakter akhir-akhir ini banyak bermunculan, dari mulai korupsi yang semakin merajalela,  tingkat kriminalitas yang semakin tidak terkendali, pencurian, perampokan, pemerkosaan, serta kenakalan remaja  menjadi hal yang tidak aneh di lingkungan masyarakat. Sebagai bangsa yang memiliki mayoritas muslim terbesar sudah seharusnya kita merenungkan hal tersebut dan berusaha melakukan suatu perbaikan yang mampu memperbaiki akhlak serta menjadikan bangsa kita menjadi bangsa yang mampu menerapkan prinsip-prinsip islami dalam pendidikan. Selain itu juga ada pemikiran masyarakat yang selama ini tidak mementingkan ilmu keislaman dan lebih memprioritaskan ilmu-ilmu duniawi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan krisis karakter itu sendiri, pada zaman sekarang ini masyarakat akan lebih bangga jika anaknya mampu berbahasa asing sejak dini dari pada bisa membaca Al-qur’an, lebih bangga pula jika anaknya menjadi seorang dokter dibandingkan menjadi seorang pendakwah, dan banyak pula para pengusaha yang tidak memberikan waktu sholat bagi pegawainya serta lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah yang sudah mulai meninggalkan aturan-aturan islam dalam melakukan proses pendidikannya. Semua hal tersebut membuktikan bahwa akhlak bangsa kita sudah mulai tergoncang dan melenceng dari tujuan pendidikan islam. Namun bukan berarti ilmu duniawi tidak boleh dipelajari, melainkan kedua ilmu tersebut harus sejalan dan seimbang dalam kehidupan semua individu yang bertujuan agar kita mampu mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat, seperti apa yang tertera di dalam Al-qur’an surat Al-‘alaq ayat 1-6 Allah memerintah kepada manusia untuk senantiasa mencari ilmu







Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas"
Berbagai permasalahan yang telah disebutkan tentunya harus segera diatasi sedini mungkin melalui berbagai metode, salah satunya adalah melalui pendidikan dimulai dari pendidikan anak usia dini yang merupakan masa golden age, dimana anak mampu meresap segala pembelajaran hidup yang dicontohkan lingkungan sekitarnya yang akan menjadi pondasi bagi masa depannya. Oleh karena itu, kita harus mampu memanfaatan masa peka tersebut dengan memberikan stimulus yang tepat dan positif sehingga anak memiliki filter dalam menjalani kehidupan di dunia. Pendidikan tersebut harus benar-benar dilaksanakan sebaik mungkin dengan berlandaskan pada Al-qur’an dan hadist. Pendidikan anak usia dini ini juga dianjurkan oleh Rasulullahh saw. dalam sabdanya yaitu “Utlubul ‘ilma minal Mahdi ilal lakhdi” yang maknanya tuntunlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat, dengan demikian mendidik anak sejak dari kandungan sang ibu berkaitan erat dengan dasar ajaran agama islam.







B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
1.     Apa pentingnya pendidikan yang islami untuk anak usia dini?
2.     Bagaimana cara mendidik anak usia dini dengan menggunakan metode-metode islami?
3.     Bagaimana cara menciptakan suasana pembelajaran yang islami untuk anak usia dini?

C.    Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.     Pentingnya pendidikan yang islami untuk anak usia dini
2.     Cara mendidik anak usia dini dengan menggunakan metode-metode yang islami
3.     Cara menciptakan suasana pembelajaran yang islami untuk anak usia dini

D.    Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan, baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengetahuan tentang konsep pendidikan yang islami untuk anak usia dini, secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.     Penulis, sebagai penambah pengetahuan tentang konsep pendidikan yang islami untuk anak usia dini;
2.     Pembaca/guru, sebagai media informasi tentang konsep pendidikan yang islami untuk anak usia dini.




E.    Prosedur Makalah
Metode yang digunakan adalah deskriptif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan malalui studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur, yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data tersebut dalam konteks tema makalah.

F.     Sistematika Makalah
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.    Rumusan Masalah
C.    Tujuan Makalah
D.    Manfaat Makalah
E.     Prosedur Makalah
F.     Sistematika Makalah
BAB II KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Pendidikan dan Pendidikan yang Islami
B.    Hakikat Anak Usia Dini dalam Islam
BAB III PEMBAHASAN
A.    Pentingnya Pendidikan yang Islami untuk Anak Usia Dini
B.    Metode Mendidik Anak dengan Cara Islami
C.    Menciptakan Suasana Pembelajaran yang Islami untuk Anak Usia Dini
BAB IV PENUTUP
A.    Simpulan
B.    Saran


BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Pendidikan dan Pendidikan yang Islami
Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang harus dijalani oleh seluruh umat manusia, karena dalam agamapun kita diwajibkan untuk menuntut ilmu sampai akhir hayat.
Istilah pendidikan bisa ditemukan dalam al-Qur’an dengan istilah ‘at-Tarbiyah’, ‘at-Ta’lim’, dan ‘at-Tadhib’, tetapi lebih banyak kita temukan dengan ungkapan kata ‘rabbi’, kata at-Tarbiyah adalah bentuk masdar dari fi’il madhi rabba , yang mempunyai pengertian yang sama dengan kata ‘rabb’ yang berarti nama Allah. Dalam al-Qur’an tidak ditemukan kata ‘at-Tarbiyah’, tetapi ada istilah yang senada dengan itu yaitu; ar-rabb, rabbayani, murabbi, rabbiyun, rabbani. Sebaiknya dalam hadis digunakan istilah rabbani. 
Semua fonem tersebut mempunyai konotasi makna yang berbeda-beda. Beberapa ahli tafsir berbeda pendapat dalam mengartikan kata-kata diatas. Sebagaimana dikutip dari Ahmad Tafsir bahwa pendidikan merupakan arti dari kata ‘Tarbiyah’ kata tersebut berasal dari tiga kata yaitu; rabba-yarbu yang bertambah, tumbuh, dan ‘rabbiya- yarbaa’ berarti menjadi besar, serta ‘rabba-yarubbu’ yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara.
Sedangkan, menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Sedangkan menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003  (http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana             belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara (http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu
Tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak mampu melaksanakan berbagai tugas perkembangannya tanpa bantuan orang lain. Dengan demikian pendidikan yang islami itu sendiri adalah suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Sehingga jika pendidikan yang islami itu diterapkan pada anak usia dini maka hal tersebut berisikan tentang segala bentuk bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak yang bertujuan agar anak mampu menjadi hamba Allah yang taat dan mampu mengamalkan segala perintah agamanya serta menjadikan Al-Qur’an dan hadist sebagai pedoman hidupnya.
B.    Hakikat Anak Usia Dini dalam Islam
Anak merupakan buah hati, cahaya mata, tumpuan harapan, pusat kebanggaan keluarga serta amanah yang diberikan Allah swt. kepada setiap orangtua. Sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Anfal ayat 27

Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kalian mengkhianati (amanat) Allah dan Amanat Rasul,dan janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang diamanatkan kepada kalian,sedangkan kamu mengetahui”.(Q.S. al-Anfal ayat 27)
Selain itu, Anak juga merupakan ujian bagi setiap orangtua sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Anfal ayat 28 yang berbunyi :
Artinya :”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.” (QS.al-Anfal ayat 28).
Ayat tersebut, menjelaskan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada orangtua yaitu anak-anak mereka. Itulah sebabnya setiap orangtua hendaklah benar-benar bertanggungjawab terhadap amanah yang diberikan Allah swt. sekaligus menjadi batu ujian yang harus dijalankan. Jika anak yang dididik mengikuti ajaran Islam maka orangtua akan memperoleh ganjaran pahala yang besar dari hasil ketaatan mereka.   
Menurut Hamzah Hasan (2009:10)
Berbahagialah orangtua yang menjadikan agama sebagai modal awal pendidikan bagi anak-anaknya, sebab jika pendidikan diawali dengan tidak berdasarkan pada agama maka anak bisa saja meninggalkan fitrahnya menganut agama tauhid.

Pendidikan agama ini juga akan lebih baik jika dilaksanakan sejak dini sebagaimana yang disampaikan oleh Sa’ad Karim (2006:7). “Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dilakukan sejak dini’’.
Pendidikan yang islami pada anak usia dini sangat diperlukan guna membentukan akhlak yang baik bagi anak dimasa mendatang. Dalam hal ini peran orangtua dan guru sangat diperlukan dalam mendidik dan membimbing anak menuju ke arah kebaikan dengan pemberian pembelajaran yang baik dan tepat. Dalam hal ini diperkuat oleh sabda Rasullullah saw. yang berbunyi:Tidaklah orangtua memberikan kepada anaknya pemberian yang lebih utama selain dari pendidikan yang baik (HR. Tirmidzi & Thabrani). Dalam hadist lain juga dijelaskan:Tidak ada pemberian orangtua terhadap anaknya yang lebih utama selain dari pada pemberian budi pekerti yang baik. (HR. Tirmidzi).
Al-qur’an merupakan petunjuk bagi seluruh umat, berbagai macam petunjuk kehidupan dapat kita temui di dalam Al-qur’an dan petunjuk-petunjuk itupun disempurnakan dengan hadist agar manusia mampu memahami dan mampu mengamalkannya. Termasuk dalam bidang pendidikan anak usia dini,  telah dijelaskan dalam Al-qur’an bagaimana kewajiban orangtua dan lingkungan sekitar dalam membentuk generasi yang berakhlaqul karimah serta mampu menjadi hamba Allah yang taat, Semenjak dilahirkan seorang anak telah dianugrahi berbagai potensi yang harus dikembangkan, hal tersebut tercantum dalam hadist berikut ini,
Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah saw. bersabda: Tiadalah seorang dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah, maka ayah ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari)
Berdasarkan pada hadist tersebut manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan. Kemampuan itulah yang disebut pembawaan atau potensi. Ayah Ibu yang disebut dalam hadits di atas adalah lingkungan, sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan.

Selain di dalam hadist beberapa pembahasan mengenai pendidikan anak usia dini juga tercantum dalam Al-qur’an, diantaranya dalam  Surat Luqman ayat 12-19. Menurut Athiyyatul Mazidah (http://paudtara.blogspot.com/2011/03/pendidikan-anak-usia-dini-dalam-islam.html) ayat tersebut berisi tujuan pendidikan anak usia dini, yaitu
membentukan kepribadian anak di usia dini kepada kepribadian seorang hamba Allah yang beriman dan bertakwa dengan cara hati-hati dalam menanamkan keesaan Allah swt. nilai syukur serta nilai tauhid. sebab anak sejak lahir telah membawa fitrah keagamaan yang berfungsi di kemudian hari melalui proses bimbingan dan latihan setelah berada pada tahap kematangan, menanamkan ketaatan pada ibu bapak, mengajarkan pergaulan yang benar, menanamkan kepribadian yang kuat, serta membentuk kejiwaan yang kokoh, menumbuhkan sifat rendah hati dan menjauhkan sifat sombong, mengajarkan kesopanan dalam sikap dan ucapannya.

Semua paparan tersebut tersirat dalam surat Luqman ayat 12-19 berikut ini

Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
(Luqman berkata): Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji saw.i, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Menurut An-nahlawi (1996:283) dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut, kita perlu tahu beberapa metode-metode yang pas untuk diajarkan pada anak usia dini, tentunya yang telah tercantum dalam Al-quran dan hadist.
Ada beberapa metode pendidikan yang islami untuk mendidik anak usia dini. Pertama adalah mendidik dengan menggunakan kisah Quran dan Nabawi. Seperti yang telah dijelaskan dalam QS Yusuf ayat 2 dan 3,
Yang artinya : Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.”

Allah menurunkan wahyu berupa cerita-cerita kaum zaman dahulu agar seluruh umat muslim dapat belajar dan mengambil pengalaman dari kisah-kisah tersebut. Maka kita sebagai guru dan orangtua hendaknya mengetahui kisah-kisah inspiratif yang mendidik dan dapat dijadikan sebagai contoh juga teladan yang akan disampaikan kepada anak-anak. Menurut An-nahlawi (1996:332) kisah-kisah Qurani dan Nabawi memiliki keistimewaan yaitu
mereka dapat memikat perhatian pembaca tanpa memakan waktu lama, menyentuh perasaaan manusia dalam keadaaan utuh dan menyeluruh, dapat mendidik perasaan-perasaaan ketuhanan, memberikan kesempatan mengembangkan pola pikirnya.

Yang kedua adalah pendidikan melalui perumpamaan. Perumpamaan dalam bahasa arab disebut tamsil. Allah swt berfirman dalam QS. Al-ankabut ayat 43,
Artinya : “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu’’

Membuat perumpamaan saat mengajarkan materi sangat besar dampaknya dalam memberikan kejelasan dan pemahaman terhadap para peserta didik. Rasulullah saw. sering menggunakan metode ini dalam banyak kesempatan, karena hal itu memudahkan para peserta didik memahami apa yang beliau sampaikan” (musbikin, 2010:236).
Yang ketiga yaitu pendidikan dengan teladan. Manusia telah diberi fitrah untuk mencari suri teladan agar menjadi pedoman bagi mereka, yang menerangi jalan kebenaran dan menjadi contoh hidup yang menjelaskan kepada mereka bagaimana seharusnya melaksanakan syariat Allah. Oleh karena itu, untuk merealisasikan risalah-Nya dimuka bumi, Allah mengutus para Rasul-Nya yang menjelaskan kepada manusia syariat yang diturunkan Allah kepada mereka. Allah swt. berfirman dalam QS An-Nahl ayat 43-44,
Yang artinya : Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al-quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”

Yang keempat yaitu pendidikan dengan latihan dan pengalaman. Penggunaan metode pengajaran dengan pengalaman dan latihan ini diharapkan dapat mengubah akhlaq yang baik pada jiwa anak sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang lebih istiqamah dan bahagia, karena merasakan dirinya sukses dalam perbuatan dan pekerjaannya. Hal ini selanjutnya dapat melahirkan suatu masyarakat yang terpadu.






















BAB III
PEMBAHASAN

1.     Pentingnya Pendidikan yang Islami untuk Anak Usia Dini
Al-Qur’an memerintahkan kepada para orangtua agar mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang didasari oleh keimanan dan menanamkan nilai takwa ke dalam hati anak-anaknya. Anak-anak yang lahir ke alam dunia adalah generasi penerus. Mereka adalah tunas-tunas baru yang akan tumbuh dan berkembang. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an Tidak ada pendidikan yang akan membuahkan hasil yang baik kecuali pendidikan yang didasari oleh keimanan. (Sa’ad Karim.2006:5)
Allah swt. Berfirman dalam Quran surat An-Nissa ayat 9



Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (An-Nisaa:9)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sudah kewajiban orang dewasa untuk tidak menyianyiakan anak-anak mereka dan memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak tersebut. Selain itu, anak juga merupakan sebuah anugrah yang diamanatkan oleh Allah kepada orangtua maka dari itu orangtua wajib bertanggungjawab atas segala kebutuhan anaknya baik berupa materil maupun immateril.
Dijelaskan pula oleh Imam Abu Hamid Al-Ghazali (Sa’ad Karim, 2006:9) dalam kitab Ihya-nya menyatakan “Sesungguhnya seorang anak yang terlahir ke alam dunia adalah amanah yang diberikan Allah kepada orangtua. Ia terlahir dalam kondisi putih, suci dan bersih tanpa noda dan kotoran sedikitpun.”

Dan juga dijelaskan dalam Surah Al-Anfal ayat 27



Artinya:Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kalian mengkhianati (amanat) Allah dan Amanat Rasul,dan janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang diamanatkan kepada kalian,sedangkan kamu mengetahui”. (Q.S. al-Anfal/8:27)

Menurut ayat diatas dijelaskan bahwa sebuah amanah tidak boleh di sia-siakan begitu saja, amanah harus dipelihara sebaik mungkin. Anak adalah amanah yang dititpkan oleh Allah swt. kepada setiap orangtua. Sebagai amanah, maka sang anak harus dipelihara, dijaga, dirawat dan dididik dengan baik serta berilah pondasi iman yang kuat dan benar agar mereka tumbuh menjadi manusia yang membangun, bukan merusak. Memberi pendidikan yang islami kepada anak usia dini secara tepat, akan melahirkan generasi yang tidak saja pandai ilmu pengetahuan tapi pandai bersyukur sebagai makhluk Allah swt.
Pada dasarnya pendidikan agama Islam harus ditanamkan bagi anak-anak sejak usia dini sampai akhir hayatnya karena manusia memiliki kewajiban untuk terus berikhtiar mencari ilmu sepanjang kehidupannya di dunia.  Seperti yang kita ketahui di tengah zaman globalisasi ini terdapat banyak sekali pengaruh negatif yang mampu menjauhkan kita dari Islam termasuk anak usia dini. Oleh karena itu, untuk membentuk anak-anak kita menjadi generasi yang sholeh, berbakti kepada orangtua dan mampu mengembalikan kejayaan Islam maka kita sebagai orang dewasa harus membimbing serta mengarahkan mereka ke jalan yang diridhoi oleh Allah swt.
Di Indonesia sendiri saat ini yang menjadi permasalahan yakni semakin merosotnya akhlak masyarakat yang menjadi salah satu keprihatinan. Globalisasi kebudayaan sering dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan akhlak tersebut. Memang, kemajuan filsafat, sains, dan teknologi telah menghasilkan kebudayaan yang semakin maju. Namun, kebudayaan yang semakin mengglobal itu, ternyata sangat berdampak terhadap aspek moral manusia itu sendiri, termasuk anak usia dini.
Sementara itu, globalisasi kebudayaan benar-benar tidak dapat ditiadakan atau dihindari. Berdasarkan hal ini pula, para orangtua dan pendidik wajib memberikan penguatan iman dan pendidikan yang memiliki konsep islami guna memberi antisipasi agar anak tidak melakukan penyimpangan dalam berperilaku. Pendidikan yang berkonsep islami akan membuat anak memiliki filter dalam perilaku sosialnya, anak akan mampu melaksanakan yang baik dan menghindari hal-hal yang buruk. oleh karena itu, pembentukan akhlak yang baik diawali dari pemberian pengajaran islam sedini mungkin bagi anak.
Akhlak mulia terbentuk dari pengajaran dan perilaku orang dewasa itu sendiri, karena pada dasarnya anak adalah peniru ulung. Apa yang terjadi pada perilaku anak itu merupakan hasil tiruan anak dari orang-orang terdekatnya. Apa yang anak lihat, apa yang anak dengar dan apa yang anak alami didalam suatu lingkungannya itu akan berpengaruh besar pada karakter dan akhlak yang dimiliki oleh anak tersebut. Maka dari itu ajaran islam atau didikan islamlah yang dianjurkan untuk membentuk karakter dan akhlakul karimah pada anak berdasarkan apa yang telah dicantumkan didalam Al-qur’an.
Selain orangtua pengaruh guru juga begitu besar terhadap perkembangan jiwa anak, sehingga segala perbuatan dan tingkah laku guru lebih mewarnai kehidupan sehari-hari anak, biasanya anak lebih menurut bila gurunya memberi nasihat dari pada orangtuanya sendiri, lebih-lebih anak di bawah usia lima tahun.
Sejak lahir ajaran-ajaran islam sudah mulai diterapkan pada anak, hal tersebut dibuktikan dengan konsep-konsep pendidikan dan pembinaan anak, bahkan sejak masih dalam kandungan yang diterangkan dalam ajaran islam contohnya saja sejak lahir anak sudah mulai diadzani, hal tersebut tentunya merupakan upaya pengenalan adanya sang pencipta terhadap anak. Jika anak sejak dini telah mendapatkan pendidikan Islam insyaallah ia akan tumbuh menjadi insan yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berbakti kepada orangtuanya. Untuk itulah pentingnya pendidikan pada anak usia dini ditanamkan agar anak ketika besar dapat mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam.

Anak usia dini merupakan aset bagi bangsa, oleh karena itu kita harus mengupayakan agar  penerus bangsa ini tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin, sehingga mereka kelak akan mampu mewujudkan apa yang diinginkan bangsa dengan tepat bahkan lebih dari apa yang kita harapkan.

Di Taman Kanak-kanak, anak akan selalu memperhatikan setiap tingkah laku guru, kemudian mencontohnya dan akan dikerjakannya setiap ada kesempatan. Sosok gurunya adalah sosok yang menjadi idola bagi anak, karena itu, amatlah penting peranan seorang guru Taman Kanak-kanak dalam pembinaan dan pengembangan mental anak didiknya, lebih-lebih dalam masalah pendidikan agama dan budi pekerti. Untuk itu, seorang guru Taman Kanak-kanak harus pandai dalam segala bidang ilmu pengetahuan sehingga mereka dapat menyampaikan materi atau bahan pengajaran dalam proses belajar mengajar setiap harinya. Di samping mereka harus menguasai metode dan teknik pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak.
Pada umumnya tingkat keimanan seseorang ditentukan oleh pengalaman dan latihan-latihan yang dilalui pada masa kecilnya. Seseorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada saat dewasa, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang diwaktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama misalnya ibu bapaknya orang yang mengenal agama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama secara disengaja di rumah, sekolah dan masyarakat. Maka anak-anak itu akan dengan sendiriya mempunyai kecenderungan untuk hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat merasakan nikmatnya hidup.
Pentingnya pendidikan yang islami pada anak usia dini juga didukung oleh karakteristik anak usia dini itu sendiri. Menurut Dodi Wandra (http://dodiiwandra.blogspot.com/2012/01/perkembangan-anak-usia-dini.html) terdapat beberapa karakteristik anak usia dini, diantaranya ;
1.     Bersifat egosentris
2.     Memiliki rasa ingin tahu yang besar
3.     Aktif dan energik
4.     Memiliki Keunikan
5.     Eksploratif dan berjiwa petualang
6.     Senang dan kaya dengan fantasi
7.     Mudah Frustasi dan putus asa
8.     Daya perhatian yang pendek
9.     Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman
Dengan beberapa karakteristik yang dimiliki oleh anak tersebut, maka akan mempermudah anak dalam memperoleh pendidikan yang bermakna dan mampu diingat anak sampai akhir hayatnya.

2.     Metode Mendidik Anak dengan Cara Islami
Anak usia dini merupakan pokok dalam mendidik anak, karena dimana masa peka terdapat pada rentan anak usia dini. Dimana pada masa ini anak akan dengan cepat menyerap hal-hal yang diajarkan padanya, oleh karena itu diperlukan metode-metode yang baik untuk mendidik anak usia dini. Metode-metode yang diajarkan pada anak usia dini hendaknya selalu berlandaskan dan selalu dikaitkan dengan Al-quran dan hadist serta mencontoh akhlak Rasulullah saw. Apabila orangtua dan guru selalu bekerja sama dan bersinergi dalam mendidik anak dengan cara islami, maka bukan tidak mungkin, beberapa tahun kedepan anak-anak bangsa ini akan mempunyai akhlak yang baik yang berlandaskan Al-quran, hadist dan juga suri tauladan dari Nabi Muhammad saw.
     Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam mendidik anak, diantaranya :
a.      Mendidik Dengan Menggunakan Kisah Quran dan Nabawi
Kisah-kisah dalam Al-quran dan hadist merupakan modal yang utama bagi orangtua dan guru untuk membentuk karakter anak sesuai dengan teladan-teladan baik dalam cerita tersebut. Allah swt. berfirman dalam QS. Al-Kahfi ayat 83,
yang artinya : Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya’”.

Dalam surat ini Allah telah memperintahkan nabi Muhammad untuk menceritakan kisah-kisah dizaman dulu yang patut untuk dicontoh oleh orang muslim. Dimana didalam kisah nabi zulkarnain beliau adalah seorang pemimpin yang adil dan dapat memberantas semua kedzaliman di bumi ini pada masa pemerintahannya.
Musbikin (2010:249) menyatakan bahwa, “Melalui bercerita, orangtua atau guru bisa menceritakan secara menarik mengenai suatu tokoh yang berprilaku baik. Sehingga, dengan begitu si anak akan terdorong meniru perilaku dari tokoh yang bersangkutan.
Dengan bercerita, orangtua bisa mengkomunikasikan apa saja melalui bahasa yang bisa menyentuh hati anak-anaknya. Sehingga dengan komunikasi yang sering terjadi itu, orangtua bisa menanamkan nilai-nilai, kepribadian dan akhlak mulia sehingga seorang anak diharapkan bisa tumbuh dan berkembang dengan akhlak yang terpuji.
Melalui kisah-kisah, anak-anak akan mudah mencerna banyak pelajaran. Tanpa disadari saat mendengarkan kisah yang dibacakan, anak-anak bermain dengan khayalannya sendiri. Sehingga dia bisa mengurutkan alur cerita menurut versinya sendiri dan kecerdasan kognitif anak akan semakin meningkat.
Tidak dapat dipungkiri mengajarkan anak dengan kisah Al-quran dan kisah Nabi juga harus melibatkan seluruh aspek perkembangan, tanpa terkecuali aspek fisik dan motorik anak. Contohnya ketika orangtua bercerita tentang kisah Siti Hajar dan Nabi Ismail yang menemukan sumur zam-zam, kita bisa mengajak anak berlari-lari kecil  seperti Siti Hajar berlari-lari diantara bukit Shafa dan Marwah. Pengembangan motorik ini juga dianjurkan oleh nabi yang tersirat dalam hadistnya yaitu “kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah mengajari mereka menulis, berenang dan melempar, serta tidak memberi rezeki kecuali dengan rezeki yang baik.” (HR. Baihaqi), hadist tersebut tentunya menggambarkan pentingnya pengembangan motorik bagi anak.

b.     Pendidikan Melalui Perumpamaan
Mengajar anak usia dini memanglah tidak mudah, karena mengajarkan sesuatu pada anak usia dini haruslah memakai bahasa-bahasa anak, dan tentunya harus sesuai dengan daya nalar anak ketika akan menerangkan suatu hal. Dalam hal ini kita sering menggunakan perumpamaan agar lebih memudahkan anak untuk memahami kita, perumpamaan dalam bahasa arab dikenal dengan istilah tamsil.
Membuat perumpamaan saat mengajarkan materi sangat besar dampaknya dalam memberikan kejelasan dan pemahaman terhadap peserta didik. Rasulullah saw. pun sering mengajar dengan metode perumpamaan dalam banyak kesempatan, karena hal itu dapat memudahkan anak untuk memahami apa yang beliau sampaikan. Sebagai contoh perumpamaan yang dibuat Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan oleh HR. Bukhori dan Muslim.
Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang buruk bagaikan seorang penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi bisa jadi memberimu minyak wanginya atau kamu membeli darinya. Atau minimal, kamu mencium darinya bau yang sagat harum. Sedangkan seorang pandai besi, kalau dia tidak membakar bajumu dengan apinya, pasti minimalnya kamu mencium bau busuk darinya (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita sebagai orangtua hendaknya selalu mengajarkan anak dengan sebuah perumpamaan-perumpamaan yang bisa diterima oleh nalar anak, sehingga anak dapat dengan mudah mencerna pesan apa yang akan disampaikan.

c.      Pendidikan Dengan Teladan
Anak usia dini merupakan peniru yang ulung dan penjelajah yang tangguh, oleh sebab itu kita harus memanfaatkan masa peka ini untuk menumbuhkan dan mendidik anak dengan sebuah contoh dan keteladanan dari setiap orang yang ditemui oleh anak. Keteladanan merupakan salah satu cara dalam mendidik anak untuk mempunyai akhlak yang mulia. Keteladanan yang patut dicontoh seluruh umat manusia adalah keteladanan akhlak Rasulullah saw. Kita sebagai orangtua harus pandai bersikap dan selalu mencontoh akhlak Rasulullah agar anak kitapun senantiasa selalu bersikap dan berakhlak baik. Kita juga harus selalu mensinergikan kepada orang-orang disekitar anak kita untuk bersikap dengan akhlak yang baik. Kita harusnya sadar bahwa anak usia dini merupakan seorang peniru yang sangat ulung, mereka selalu meniru apa yang orang dewasa lakukan, meskipun itu buruk bagi mereka, karena mereka belum berpikir secara konkrit melainkan hanya meniru apa yg dilakukan.
Dengan kepribadian, sifat dan tingkah laku dan pergaulan Rasulullah saw. kepada sesama manusia yang berlandaskan pada Al-quran, orangtua hendaknya sepenuhnya mencontoh semua sikap Rasulullah sehingga itu menjadi sebuah kebiasaaan yang dapat diterapkan pada anak usia dini.
Bekal awal yang harus kita lakukan sebelum menjadi seorang orangtua yang baik adalah memilih istri atau suami yang baik. Allah swt berfirman dalam QS An-Nur ayat 26.
Yang artinya: Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”

Dalam hal ini jelas Allah telah memilihkan pendamping yang baik untuk wanita atau laki-laki yang baik dan wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dalam hadist dikatakan bahwa “wanita dinikahi karena 4 perkara, karena kacantikannya, nasab (keturunannya), hartanya, dan agamanya. Maka pilihlah berdasarkan agamanya, niscaya kamu akan beruntung” (HR. Al-Tirmidzi). Sedangkan untuk wanita apabila ingin memilih calon suami maka Rasulullah memberitahu dalam hadistnya, “Apabila datang pada kalian seorang pemuda yang kalian suka agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia dengan putri kalian. Bila tidak maka pasti akan terjadi bencana dan kerusakan besar dimuka bumi.” (HR Al-Tirmidzi)
Dalam kedua hadist tersebut jelas sekali bahwa pondasi yang pertama dalam memilih pasangan adalah berdasarkan agama dan akhlaknya. Apabila seorang laki-laki ingin mendapatkan istri seshalehah Fatimah Az-zahra, maka laki-laki itupun harus seshaleh Ali bin Abi Thalib, begitupun sebaliknya. Jika orangtua ingin mendapatkan seorang anak yang sholeh dan menjadi generasi muslim yang taat pada Allah, maka orangtualah yang pertamakali harus menjadi orangtua yang shaleh dan shalehah terlebih dahulu.
Sebagai orangtua harus mengetahui beberapa karakter menakjubkan dari Rasulullah yang harus ditiru oleh semua orangtua. Allah swt berfirman dalam QS Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: ”sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah saw. itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (Al-Ahzab: 21). Sebagai suami Rasulullah selalu bersikap adil bagi anak dan istrinya, selalu bermusyawarah dalam setiap kesempatan, lapang dada dan penyayang, suka menasihati dengan lembut, dan suka bercanda. Rasulullah pun adalah seorang ayah yang mempesona berkaitan dengan kasih sayang beliau terhadap anak-anak. Perilaku Nabi Muhammad yaang seperti itu tidak hanya kepada keluarganya melainkan pada semua orang tanpa terkecuali. Terdapat sebuah peristiwa ketika Rasulullah ingin menjadikan Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin pasukan muslim dalam perang, meskipun usia Zaid baru menginjak 16 tahun. Ini menunjukan bahwa nabi benar-benar menjadi seorang contoh pendidik yang baik yang telah mengajarkan kepada kita pentingnya prinsip-prinsip pendidikan yaitu pentingnya anak mempunyai rasa percaya diri, mandiri dan mampu mengemban tanggungjawab di usia dini.

d.     Pendidikan dengan Latihan Dan Pengalaman
Metode belajar learning by doing atau dengan jalan mengaplikasikan teori dengan praktek yang sesungguhnya, sangat terkesan dalam jiwa, mengkokohkan ilmu didalam qalbu dan menguatkan dalam ingatan. Dalam hal ini selain belajar mendidik anak dengan teori, kita juga harus menyampaikan pendidikan melalui latihan dan pengalaman yang harus dimiliki oleh anak-anak, agar ilmu mereka bertambah serta pengalaman mereka pun kian matang.
Latihan atau pembiasaan merupakan salah satu metode yang dilakukan oleh Rasulullah dalam mendidik para sahabat dan orang-orang disekitarnya. Contohnya yaitu ketika Rasulullah membiasakan sahabatnya untuk melaksanakan puasa, bersedekah dan lain sebagainya. Diantara metode belajar dengan pengalaman dan latihan ialah sebagai mana sahabat-sahabat nabi mempelajari cara berwudhu Rasulullah saw. cara Rasul membetulkan mereka atau mereka saling membetulkan satu sama lainnya. Dari contoh tersebut kita dapat mengambil sebuah tuntunan dalam mengajarkan berwudhu pada anak, orangtua atau guru terlebih dahulu meminta anak agar memperhatikannya, kemudian orangtua atau guru berwudhu secara sempurna dihadapan anak, sesudah itu ia meminta agar anak-anak berwudhu seperti ia berwudhu tadi atau mengulang seluruh gerakannya. Dengan demikian orangtua atau pendidik telah mengikuti salah satu metode pendidikan yang islami yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
Orangtua yang shaleh hendaknya telah mendidik anak mereka sejak dalam kandungan seorang ibu. Dari latihan dan pengalaman yang dilalui oleh orangtua ketika mendidik anak, itu akan mempengaruhi sebagian karakter dari diri anak tersebut. Orangtua hendaknya selalu mendoakan anak ketika masih dalam kandungan, memberinya perhatian yang cukup, mendengarkan ayat-ayat Al-qur’an, menceritakan kisah-kisah teladan, dan hendaknya orangtua menjaga perkataan atau lisannya ketika ia mengandung. Ketika anak akan dilahirkan kedunia, maka hendaknya orangtua lebih sering melantunkan dzikir dan doa untuk keselamatan si bayi. Setelah bayi lahir, bersegeralah ayah dari bayi tersebut untuk mengumandangkan adzan ditelinga kiri bayi dan iqomah ditelinga kanan bayi tersebut. Didalam hadist disebutkan bahwa “aku melihat Rasulullah memperdengarkan adzan pada telinga Hasan bin Ali ketika dilahirkan Fatimah (HR. Abu dawud dan Tirmidzi).
Setelah hari ke tujuh seorang anak dilahirkan, hendaknya segera dilakukan aqiqah untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah dianugrahkan, disamping itu anak tersebut harus dipotong rambutnya dan diberi nama yang baik. Selain itu seorang ibu mempunyai tanggungjawab untuk menyusui anak hingga usia dua tahun. Orangtua pun harus selalu membimbing anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya, menanamkan benih-benih keimanan pada anak, menanamkan cinta kepada nabi Muhammad saw., dan meneladani semua akhlaknya, mendidik anak agar taat kepada orangtua, sopan kepada orang-orang disekitarnya, dan juga selalu memberikan perhatian ketika anak sakit dan membutuhkan perhatian lebih. Ketika perlakuan dan pengalaman pertama yang anak dapatkan baik maka ia akan selalu merasakan keamanan dan kenyamanan didalam lingkungan pertamanya yaitu lingkungan rumah. Maka dari itu latihan, pembiasaaan dan pengalaman yang diberikan pada anak harus dilandasi dengan metode keislaman agar anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan landasan islam.

3.     Menciptakan Suasana Pembelajaran yang Islami untuk Anak Usia Dini
Menurut An-nahlawi (1996:203) agama islam sesungguhnya memiliki dua sendi asasi bagi kelangsungan pendidikan yang terarah, kedua sendi itu ialah :
a.      Tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu beribadah kepada Allah SWT semata, mengenal dan beriman kepadanya didalam seluruh agama samawi
b.     Kurikulum yang menggariskan materi berfikir dan bertingkah laku tertentu, yaitu taat kepada Rosul-Nya, dalam rangka upaya agar generasi berikutnya memelihara dan mengamalkan segala tuntunannya, kemudian mentrasformasikannya kepada generasi penerus.
            Kedua sendi tersebut menggambarkan bahwasanya sebuah sekolah yang berlandaskan islam haruslah mengarah pada tujuan pendidikan anak yaitu mendidik anak agar beriman kepada Allah SWT, sehingga berbagai ilmu yang didapatkan anak semata-mata agar menambah ketaqwaannya kepada Allah swt. Hal tersebut mampu diwujudkan dalam berbagai kegiatan bermakna dalam bidang sains, teknologi, maupun ilmu-ilmu sosial yang pada akhirnya mampu membawa anak pada keyakinan yang sesungguhnya terhadap agama islam. Sendi yang kedua menunjukan bahwa sekolah harus mampu membangun akhlaqul karimah anak serta mampu memfasilitasi anak agar ia mampu meneladani Rasulullah, baik berupa kesederhaan serta kesungguhan dalam menggapai ridho Allah swt.
Dalam menciptakan suatu pembelajaran yang islami pada anak tentunya tidak lupa kita harus mengemas pembelajaran tersebut sesuai dengan karakteristik dari pembelajaran anak itu sendiri, diantaranya:
1.     Belajar, bermain, dan bernyanyi
Menurut Slamet Suyanto (2005: 133)
Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan, Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.

Selain itu, dalam riwayatnya Rasulullahpun bermain bersama Zainab binti Ummu Salamah seraya berkata kepadanya ”wahai Zainab, wahai Zainab” mengulanginya berkali-kali. Fatimahpun berkata kepada Hasan “Anakku menyerupai Nabi, dan bukan menyerupai Ali”. Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata bahwasanya Abbas menggendong anaknya Qutsam dan meletakannya diatas dadanya. Demikianlah beberapa bukti sejarah bagaimana Rasulullah saw. Mengajarkan para pendidik tentang pentingnya bersenda gurau dalam proses mendidik anak
Contoh kegiatan pembelajarannya seperti permainan teman malaikat atau teman setan, dalam permainan tersebut anak diberi satu kartu bergambar, dalam kartu tersebut terdapat gambar yang menunjukan suatu perbuatan baik itu perbuatan baik maupun buruk, jika anak mendapatkan kartu bergambar perbuatan baik maka kartu dimasukan ke dalam kotak teman malaikat jika sebaliknya kartu dimasukan kedalam kotak teman setan, ketika anak melakukan permaianan tersebut anak dapat mengenali perbuatan yang seharusnya tidak mereka lakukan maupun perbuatan yang harus mereka lakukan. Selain melalui permaianan juga bisa dilakukan melalui nyanyian-nyanyian yang bersifat keagamaan.

2.     Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan
Menurut Masitoh Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu : “1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social budaya.
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.
Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.
Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, dan faktor budaya yang melingkupinya.
Contoh pembelajarannya misalkan pembelajaran mengenal praktik-praktik ibadah yang sederhana yang disesuaikan dengan anak usia TK A atau TK B seperti berwudhu dengan mempertimbangkan perkembangan motorik anak yang tidak sama sehingga guru harus memberikan toleransi dan bimbingannya pada anak yang belum sempurna dalam berwudhu.

3.     Belajar Kecakapan Hidup
PAUD mengembangkan diri anak secara menyeluruh. Bagian dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, moral, sosial, emosional, kreativitas, dan bahasa. Menurut Selamet Suryanto, tujuan belajar kecakapan hidup ialah agar kelak anak berkembang menjadi manusia yang utuh yang memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerjasama dengan orang lain, dan mampu hidup berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat.
Belajar memiliki fungsi untuk memperkenalkan anak dengan lingkungan sekitarnya. Belajar kecakapan hidup adalah salah satu cara mengasah kemampuan bertahan hidup. Hal tersebut adalah untuk membekali anak sebagai makhluk individu dan sosial dimasa yang akan datang.
Berkaitan dengan nilai agama kecakapan hidup yang bisa diajarkan dalam pembelajaran anak usia dini contohnya adalah pembiasaan untuk mengucapkan salam kepada sesama muslim, karena sopan santun dapat membantu anak dalam bersosialisasi. Selain itu, Rasulullah juga memerintahkan orangtua untuk mengajarkan anaknya sholat dalam sabdanya ”Ajarilah anak-anak kalian shalat sejak usia 7 tahun dan pukullah ia karena meninggalkannya bila telah berusia 10 tahun.” (HR. Abu Dawud)

4.     Belajar dari Benda Konkrit
Anak usia 5-6 tahun menurut Piaget “sedang dalam taraf perkembangan kognitif fase Pra-Operasional.” Anak belajar dengan baik melalui benda-benda nyata.
Contoh kasusnya jika anak mempertanyakan tentang keberadaan Tuhan, maka guru menjelaskannya melalui hal yang konkrit seperti memperlihatkan kepada anak proses pengadukan gula pasir didalam air, jelaskan bahwasanya gula tersebut jika diaduk didalam air akan menghilang tetapi masih bisa dirasakan bahwa air itu manis. Begitupun dengan Sang Pencipta dapat kita rasakan melalui ciptaan-Nya. Menciptakan pembelajaran melalui perumpaan atau hal-hal konkrit juga dapat kita temui di dalam Al-qur’an dan diterangkan pula dalam sebuah ayat yaitu surat Al-ankabut ayat 43 yang artinya “Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buatkan untuk manusia, dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”

5.     Belajar Terpadu
Pada Pendidikan Anak Usia Dini, pembelajaran diberikan secara terpadu, tidak belajar mata pelajaran tertentu. Begitupun pembelajaran yang islami juga dapat terintegrasi dalam kegiatan anak melalui berbagai kegiatan rutin maupun kegiatan lainnya. Seperti yang kita ketahui bahwa Rasulullah saw. sering kali memanfaatkan banyak kesempatan dan peristiwa untuk menyampaikan materi yang hendak beliau ajarkan, beliau selalu mengaitkan peristiwa yang terjadi pada saat-saat tertentu dengan ilmu-ilmu yang hendak beliau ajarkan sehingga hal itu menjadi sangat jelas dan mudah dipahami. Berikut ini terdapat hadist Jabir bin Abdillah ra dia berkata “Rasulullah saw. pernah melewati sebuah pasar. Beliau masuk dari Aliyah (nama tempat di kota madinah) sementara para sahabat ada disamping kanan kirinya. Kemudian beliau melalui seekor bangkai kambing kecil yang bertelinga pendek. Beliau mengengkat kambing itu dengan mengangkat telinganya, kemudian bertanya ‘siapa yang membeli bangkai kambing ini dengan harga satu dirham?’ Para sahabat menjawab ‘Wahai Nabi gratispun kami tidak mau dan untuk apa bangkai itu untuk kami? Rasulullah saw. kembali bertanya ‘senangkah jika ini menjadi milik kalian?’ Para sahabat menjawab ‘wahai nabi seandainya kambing kecil ini hidup ia sudah mempunyai cacat karena telinganya pendek, apalagi ia sudah mati, siapa dari kami yang mau menerimanya?’ Maka Rasulullah saw. berkata ‘demi Allah, dunia lebih rendah di sisi Allah swt. Dibanding kambing ini bagi kalian.’”(HR. Muslim dan Abu Daud)
Selain dilihat dari sisi pembelajarannya pendidikan yang islami bagi anak usia dini juga harus didukung dengan guru yang berkualitas pula yaitu guru yang mampu menjadi teladan bagi siswanya
Menurut Munawar Rahmat et.al. (2007:172)
Pendidik dalam arti guru tentunya tidak harus setara dengan kualitas para ulama pewaris para nabi. Tapi dari kriteria pewaris para nabi sekurang-kurangnya para guru bisa menteladani dan mengembangkan diri kearah kriteria itu. Guru tidak harus mencapai tafaqquh fid-din, tapi mereka harus selalu berusaha meningkatkan pengetahuan agama, guru tidak harus mencapai derajat filosof, tapi mereka harus selalu berusaha memahami derita-derita murid dalam belajar dalam rangka meningkatkan proses belajar dan mengajar, guru tidak harus mencapai derajat sufi, tapi mereka harus selalu berusaha meningkatkan   peribadatan dan qona’ah (merasa cukup dengan rizki yang Allah berikan), dan guru pada umumnya tidak harus mencapai derajat mujahid tapi mereka harus selalu berusaha memperjuangkan kualitas pendidikan.


BAB IV
PENUTUP

A.  Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
1.     Anak adalah amanah yang dititpkan oleh Allah swt. kepada setiap orangtua. Sebagai amanah, maka anak harus dipelihara, dijaga, dirawat dan dididik dengan baik serta berilah pondasi iman yang kuat dan benar agar mereka tumbuh menjadi manusia yang membangun, bukan merusak. Memberi pendidikan yang islami kepada anak usia dini secara tepat, akan melahirkan generasi yang tidak saja pandai ilmu pengetahuan tapi pandai bersyukur sebagai makhluk Allah swt..
2.     Akhlak mulia terbentuk dari pengajaran dan perilaku orang dewasa, karena pada dasarnya anak adalah peniru ulung. Apa yang anak lihat, apa yang anak dengar dan apa yang anak alami didalam suatu lingkungannya itu akan berpengaruh besar pada karakter dan akhlak yang dimiliki oleh anak tersebut. Maka ajaran islam atau didikan islamlah yang dianjurkan untuk membentuk karakter dan akhlakul karimah pada anak berdasarkan apa yang telah dicantumkan didalam Al-qur’an.
3.     Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam mendidik anak, yaitu mendidik dengan menggunakan kisah quran dan nabawi, pendidikan melalui perumpamaan, pendidikan dengan teladan, dan pendidikan dengan latihan dan pengalaman
4.     Ketika perlakuan dan pengalaman pertama yang anak dapatkan baik maka ia akan selalu merasakan aman dan nyaman didalam lingkungannya. Maka latihan, pembiasaaan dan pengalaman juga teladan yang diberikan pada anak harus dilandasi dengan metode keislaman agar anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan landasan islam.
5.     Dalam menciptakan suatu pembelajaran yang islami pada anak tentunya kita harus mengemas pembelajaran sesuai dengan karakteristik dari pembelajaran anak, diantaranya belajar, bermain, dan bernyanyi, pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan, belajar kecakapan hidup, belajar dari benda konkrit, dan belajar terpadu.

B.  Saran
Sejalan dengan simpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1.     Orangtua merupakan orang pertama yang akan dikenal anak setelah ia lahir didunia. Sebagai orangtua hendaknya selalu memperhatikan seluruh proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Orangtua harus senantiasa membimbing dan mendidik anak dengan metode-motode mendidik yang baik, akhlak yang baik, juga teladan yang baik yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. yang tentunya selalu berlandaskan pada Al-Quran dan hadist.
2.     Guru merupakan pendidik kedua yang selalu anak amati dalam perjalanan pertumbuhan dan perkembangannya. Guru senantiasa harus selalu berusaha meningkatkan pengetahuan agama, guru harus selalu berusaha memahami derita-derita murid dalam belajar dalam rangka meningkatkan proses belajar dan mengajar, guru harus selalu berusaha meningkatkan   peribadatan dan qona’ah (merasa cukup dengan rizki yang Allah berikan), dan guru pada umumnya harus selalu berusaha memperjuangkan kualitas pendidikan.




DAFTAR PUSTAKA


Al-Quranul Karim dan Hadist

An-nahlawi, A. (1996). Prinsip-prinsip dan metode pendidikan islam.       Bandung: Diponegoro.

Efendy, A. (2010). Pentingnya Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada        Anak Usia Dini. [Online]. Tersedia :             http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/04/pentingnya-pembelajaran-            pendidikan.html.

Hasan, H. (2009). Melejitkan 3 Potensi Dasar Anak. Jakarta: Qultum Media

Haryanto. (2012). Pengertian pendidikan menurut ahli. [Online]. Tersedia : http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/


Karim, S. (2006). Agar Anak tidak Durhaka. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.

Mazidah. (2010).  Konsep pendidikan anak usia dini dalam Al-qur’an [Online].             Tersedia : http://paudtara.blogspot.com/2011/03/pendidikan-anak-usia-    dini-dalam-islam.html.

Melinasari, dkk . (2012). Hadist tentang pendidikan diri, pendidikan anak.             [Online]. Tersedia : http://www.slideshare.net/11111047/hadis-tarbawi-   versi-bhs-indonesia.

Musbikin, I. (2010). Buku Pintar PAUD. Yogyakarta: Laksana.

Rahmat, M.dkk. (2007). Seminar pendidikan agama islam. Bandung: UPI             Press.



Rasihun. (2012). Pentingnya Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada            Anak Usia Dini [Online]. Tersedia :             http://rasihun.wordpress.com/2012/07/18/pentingnya-pembelajaran-            pendidikan-agama-islam-pada-anak-usia-dini/.

Rifani, N. K. (2013). Cara Bijak Rasulullah Dalam Mendidik Anak.           Yogyakarta: Real Books.

Suyanto, S. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:     Departemen Pendidikan Nasional.

Umam. H. U. (2013). pendidikan-agama-islam [Online]. Tersedia :             http://hakimuddinhumam.blogspot.com/2013/04/berikan-pendidikan-       agama-islam-pada.html.

Wandra, D. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini. [Online]. Tersedia :             http://dodiiwandra.blogspot.com/2012/01/perkembangan-anak-usia-            dini.html.

Yusuf, I. (2012). Wasiat Rasul untuk Orangtua dalam Mendidik Anak.      Bandung: PT Grafindo Media Utama.

4 komentar:

  1. boleh share yaaa...materinya pas buat tugasku.mudah2an ilmunya bermanfaat.

    BalasHapus
  2. http://ceritahatiku168.blogspot.com/2017/06/cerita-jenny-kisah-inspirasi-jawaban.html
    http://ceritahatiku168.blogspot.com/2017/06/cerita-jenny-kisah-nyata-kasih-ibu.html

    BalasHapus
  3. CV Bahagia Sukses Makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa jual dan sewa berbagai jenis tenda dengan harga murah dan kualitas terbaik.
    Tenaga kerja profesional dan terlatih, cara kerja efektif dan efesien dalam membangun Tenda Roder, sehingga anda tidak perlu cemas.

    Tenda Roder / Tenda Hanggar ini menjadi pilihan utama untuk kegiatan outdor dengan kebutuhan skala yang besar. Karena meskipun sifat nya temporary / sementara penggunaan tenda ini sangat aman dan sangat nyaman karena menggunakan material terbaik yang efektik / blackout mencegah bagian dalam terpapar sinar UV matahari / kemasukan air hujan. Sehingga tenda dapat bertahan dengan kokoh.

    Meskipun terik matahari sangat panas atau sedang hujan deras, tenda roder tetap mampu mengakomodasi kebutuhan dan kenyamanan penghuni maupun barang - barang didalamnya.

    Keunggulan Tenda Roder

    Alasan utama seseorang menyewa Tenda Roder karena kualitas produk yang terjamin. Selain itu Tenda roder memiliki sejumblah keunggulan berikut :

    - Mudah Diinstalasi

    - Bersifat Portable

    - Desain Tenda dapat menyesuaikan keinginan

    - Ukuran Tenda yang lebar, yaitu mulai dari bentangan 10, 15 dan 20 , serta penjang ke belakang mulai dari bentangan 5 m. / sesuai kebutuhan dilokasi.

    - Atap dan Dinding tahan terhadap sinar UV karena menggunakan PVC blackout,



    Untuk Informasi lebih lanjut anda bisa mehubungi 081316140397 rahma.

    office ; Ruko Cendana raya NO. 15A, Bencongan indah, karawaci tangerang.

    Jasa Pengiriman Kami Melayani Pesanan Seluruh Indonesia.



    https://tendagudangjakarta.blogspot.com/

    https://id.pinterest.com/tangerang0290/

    https://twitter.com/TangerangRoder

    https://www.instagram.com/tendarodertangerang1/

    https://sites.google.com/d/13ngcAypBp3gn-PdcA7XaRjpYZH8Cu3kM/p/1THW6hgDfmbFrFrMj9qbjdbOh4Fg7_1Sq/

    #tendamurah #sewatendamurah #jualtenda #jualtendamurah #jualsewatenda #jualsewatendamurah #tendamembran #tendahanggar #tendasarnafil #tendabazar #tendakerucut #tendagudang #tendajualan #tendadarurat #tendavaksin #tendaevent #tendaroder #tendapabrik #tendacafe #tendajabodetabek #tendatangerang #tendabogor #tendalaris #tendakerucut #tendapameran #tendakarnaval #tendavaksinasi #tendakerucut #tenda #jualtenda #jualtendajakarta







    BalasHapus
  4. Lembaga pendidikan Islam adalahtempat berlangsungnya proses pendidikan Islam bersama dengan prosespembudayaan serta dapat mengikat individu yang berda dalamnaungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum. Wallpaper Islami HD harga kardus bekas di pengepul harga jual kardus bekas ke pabrik pabrik daur ulang kardus bekas
    Jasa Penulis Artikel SEO jasa percetakan sampul raport K13 percetakan lamongan cetak poster terdekat

    BalasHapus