Laman

Rabu, 20 Februari 2013

Perkembangan Sosial


Perkembangan Sosial
A.    Pengertian perkembangan sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial yang sesuai dengan tuntutan yang berlaku dimasyarakat. Kematangan tersebut diperoleh dari proses belajar dan bertujuan agar tingkah laku anak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat. Pembentukan perkembangan sosial dimuai dari sejak konsepsi hingga akhir hayat. Interaksi sosial anak dimulai ketika ia masih bayi yaang berinteraksi dengan orangtuanya. Seseorang bisa bersosialisasi karena adanya kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain.

B.     Proses perkembangan sosial
Menurut Hurlock (nugraha,2008:1.18) menyatakan bahwa ada tiga proses sosialisasi:
1.      Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat
2.      Belajar memainkan peran sosial dimasyarakat
3.      Mengembangkan sikap/tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada dimasayarakat.
Berdasarkan proses sosialisasi tersebut individu dapat dibedakan menjadi tiga kelompok. Yaitu kelompok individu sosial individu nonsosial dan individu antisosial. Individu sosial yaitu mereka yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga proses sosialisasi tersebut dan mereka selalu diterima dan diinginkan sebagai anggota kelompok. Sedangkan individu nonsosial adalah orang yang tidak berhasil memcerminkan ketiga kelompok sosialisasi tersebut. Mereka tidak mengetahui apa yang diharapkan kelompok sosial sehingga apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan harapan sosial. Dari individu nonsosial bisa saja berubah menjadi individu antisosial, yaitu individu yang mengetahui harapan dari kelompok sosial tetapi sengaja melawan hal tersebut dan berakibat individu ini terkucilkan dari masyarakat.
Ada pula para ahli yang menyebutkan istilah individu yang introvert dan extrovert. Introvert adalah kecenderungan seseorang yang menarik diri dari lingkungannya. Dalam pengambilan keputusan, minat dan juga sikapnya selalu didasari denagn perasaan dan pengalamannya sendiri. Biasanya orang tersebut pendiam,tidak membutuhkan orang lain karena ia merasa kebutuhannya telah bisa ia penuhi sendiri. Sedangkan extrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, bakat dan keputusan yang diambil lebih ditentukan oleh peristiwa yang terjadi diluar dirinya. Orang yang extrovert biasanya cenderung aktif, suka berteman dan ramah.

C.     Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial
Perkembangan sosial khususnya pada anak usia dini lebih dipengaruhi oleh 4 faktor. Yaitu faktor keluarga, faktor lingkungan rumah/keluarga, faktor kematangan dan faktor pendidikan.
Faktor keluarga merupakan faktor terpenting dalam perkembangan sosial anak usia dini, karena ketika anak dilahirkan yang paling pertama bersosialisasi atau berinteraksi yaitu dengan kedua orang tuanya. Ketika sosialisasi anak dengan orang tua baik, maka perkembangan pada tahap selanjutnya akan dilalui anak dengan mudah.
Faktor lingkungan rumah atau masyarakat sangat berpengaruh penting bagi perkembangan sosial anak. Ketika anak dapat berinteraksi dengan baik dan diterima dilingkungan sekitarnya maka anakpun akan merasa nyaman dan bebas. Begitu pula sebaliknya, ketika proses sosialisasi anak tidak diterima dimasyarakat, maka akan terjadi penghambatan dalam proses sosialisasinya dan anak akan melakukan perilaku yang menyimpang.
Faktor kematangan merupakan salah satu aspek penting dalam sosialisasi. Ketika anak sudah matang dalam perkembangannya, maka anak tersebut akan mudah dalam melakukan sosialisasi. Tetapi jika kematangannya belum sempurna maka penyesuaian diri terhadap lingkungannya akan terhambat.
Faktor yang tidak kalah pentingnya dengan yang lain yaitu faktor pendidikan. Bagaimana seorang guru dapat berkontribusi dalm perkembangan sosial anak. Guru harus memberikan pengawasan, pengarahan juga motivasi yang baik dalam pergaulan sosial juga tidak lupa pemberian contoh sangat diperlukan bagi anak usia dini.

D.    Peran bermain dalam mengembangkan keterampilan sosial anak
Bermain merupakan salah satu aktivitas yang menyiapkan anak untuk menghadapi pengalaman sosialnya. Pengalaman tersebut menjadikan anak dapat menentukan sikap kepada orang lain. Ada beberapa sikap yang dapat dikembangkan melalui bermain, diantaranya:
1.      Sikap sosial
     Bermain mendorong anak untuk meninggalkan sikap egosentrisnya. Anak belajar mempertimbangkan sudut pandang temannya, belajar bekerjasama, belajar menunda keinginan beberapa saat, belajar berbagi, bersaing jujur, bertanding sportif, dan peduli terhadap orang lain.
2.      Belajar berkomunikasi
     Anak didorong untuk bisa berkomunikasi dengan baik agar iabisa mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya. Anak belajar bagaimana menjalin hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan menyelesaikan masalah.
3.      Belajar mengorganisasi
     Saat bermain bersama teman sekelompoknya anak belajar bagai mana berorganisasi. Misalnya dengan pembagian peran yang diatur mereka, atau pembagian kelompok menjadi kelompok kecil.
4.      Lebih menghargai orang lain dan perbedaan
     Dalam bermain dengan temannya anak belajar saling menghargai dan toleransi terhadap perbedaan yang ada diantara mereka. Kemampuan empatinya akan dikembangkan, membangun pemahaman yang lebih baik terhadap orang lain, lebih toleran serrta mampu berlapang dada atas perbedaan yang terjadi.
5.      Menghargai harmoni dan kompromi
     Ketika anak sering bersosialisasi maka pengalamannya pun semakin bertambah dan akan tumbuh kesadaran akan adanya peran sosial dimasyarakat, pentingnya persahabatan, perlunya menjalin hubungan dengan orang lain serta mampu menempatkan diri diantara orang lain.

Menurut Patmonodewo, ada lima tingkatan dalam bermain sosial untuk anak yaitu:
1.      Bermain solitaire
Bermain solitaire yaitu ketika anak bermain dalam satu ruangan, mereka tidak mengganggu dan tidak memperhatikan satu sama lain. Contohnya didalam ruangan ada dua anak. Anak yang satu asyik dengan boneka mainanya, anak lainnya asyik dengan mobil-mobilannya.
2.      Bermain sebagai penonton/pengamat
Bermain sebagai penonton atau pengamat anak mulai peduli terhadap teman temannya yang berada satu ruangan. Selama anak menjadi penonton ia sangat pasif padahal ia sangat mengamati dan memperhatikan temannya.
3.      Bermain pararel
Bermain pararel yaitu permainan dimana beberapa anak bermain bersama dengan mainan yang sama dalam satu ruangan. Namun apa yang dilakukan masing-masing anak yidak saling bergantung dan berhubungan. Jika seorang anak meninggalkan area permainan maka permainnan tersebut masih bisa berjalan.
4.      Bermain asosiatif
Bermain asosiatif yitu permainan yang melibatkan beberrapa orang anak namun belum terorganisir. Masing-masing anak tidak mendapat peran secara spesifik sehingga jika ada anak yang tidak mengikuti atauran permainan tetap dapat berlangsung.
5.      Bermain kooperatif
Bermain kooperatif dilakukan secra berkelompok masing-masing anak memiliki peran yang spesifik untuk mencapai tujuan permainan. Contohnya ada anak yang bermain peran menjadi penjual dan pembeli, ketika anak yang menjadi pembeli meninggalkan permainan, maka permainan tersebut tidak dapat dilanjutkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar